Puisi  

Rintih Sang Pujangga yang Malang dan Puisi Lainnya

Rintih Sang Pujangga yang Malang

Rintih Sang Pujangga yang Malang
Oleh : Mahadir Mohammed

Tuhanku
Apalagi yang ingin Engkau ambil dariku
Aku tidak punya harta apapun
Selain cinta yang sudah payah kubangun

Kasihanilah aku
Kujaga diriku dalam waktu yang panjang
Kini Engkau ambil kepunyaanku yang sangat kusayang
Engkau tiupkan kabar masa lalunya yang suram
Mendengarnya aku jatuh dalam mimpi yang amat dalam

Apa Engkau ingin aku tenggelam?
Apa Engkau sedang menguji diriku dalam perahu yang karam?

Kasihanilah aku
Aku sudah miskin akan rasa
Rasa yang ada jangan Engkau ambil tanpa iba

_-Hujan, 06-09-2021_

***

Tiang Penyangga Derita

Aku pernah menjadi batu karang atas kesedihanmu
Tapi kau bagaikan arang yang membakar perasaanku menjadi abu

Aku pernah menjadi tiang penyangga deritamu
Tapi kau menjadi lalang yang menancapkan duri tajam kepadaku

Kepada siapa aku harus mengadu?
Setelah kau memasuki alam penghianatan dengan lugu

Aku selalu ada di sampingmu sebagai budak kebutuhan
Walaupun yang kau berikan hanyalah kesedihan dan kepedihan

Aku persembahkan duniaku untukmu
Tapi malah kau menyepaknya dengan keegoisanmu
Sungguh ini menyakitkan
Luka tanpa obat, sesal tanpa akhir
Kuharap segeralah kau akhiri kisahku dengan takdir:
“Kematian”

_-Bumi, 07-09-2021_

***

Tawanan

Tuhanku lihatlah aku
Aku adalah tawanan yang terbelenggu
Yang sedang kehausan akan cinta kepada sesama hambamu

Duhai Tuhan Yang Maha Cinta
Tambahkanlah cinta dan kerinduanku padanya

Cinta yang Kau bangun megah di dadaku
Telah kujaga kesuciannya
Aku haramkan atas diriku
Untuk sekedar menyentuh tangannya

Aku asingkan diriku atas apa yang tidak Engkau suka
Jangan biarkan jiwaku menjadi budak nafsu yang hancur karena murka-Mu.

_-Malam Sepi, 05-09-2021_

***

Jiwaku Telah Terkubu

Kabar demi kabar telah berkibar
Aku tak kuasa untuk mendengar
Bagaikan sebelah pisau tajam
Dengan bebas menghujam

Kibaran masa lalu yang memangsamu
Membuat terluka masa depanku
Aku telah menghabiskan air mata sepanjang malam dipeluk luka

Saat matamu telah kau redupkan
Disaat itulah air mataku bercucuran
Alirkan rasa kehancuran

Kekasihku
Kini tubuhku telah hancur
Jiwaku telah terkubur lebur

_-Hutan, 04-09-2021_

***

Jeruji Mimpi

Perempuan telah merasuki mimpiku
Ia bagaikan wujud kesalahan dan kesesalan
Penipuan dan kekejaman
Keindahan dengan mahkota kebohongan

Aku sangat merasa ketakutan
Bagaikan senar di tangan seniman yang sedang kerasukan

Kini aku telah terjebak
Dari jeruji mimpi nan sesak
Ingin rasanya kubelari dan berteriak
tapi aku tak berdaya dan hanya bisa merangkak

“Ternyata ini hanya mimpi”
Aku tersadar dibangunkan pagi

_-Rumah, 07-09-2021_


Baca Puisi Lainnya: Pranata Bencana