Mulut Tetangga Virus Serius
Sekujur tubuh lemah tergeletak
Di atas dipan diam tak bergerak
Suara cicak datang menjerit
Memberi isyarat itu orang biasa sakit.
Desus tetangga mulai membara
Membakar kuping menghanguskan iba:
“Dia Covid.”
“Jangan dekat rumahnya nanti jangkit.”
Mulut mereka seperti virus
Diam-diam berefek serius
Cepat menyebar tanpa sabar
Menuduh luruh tapi tak benar.
-Pelalawan, 2021
***
Pujangga Kesiangan
Kutulis bait-bait diksi untuk negeri
Di halaman pertama buku diary
Malam membuka imajinasiku cukup brutal
Setelah ditulis kusimpan lagi di bawah bantal.
Akhirnya mata terlelap menghiasi gelap
Mimpi Indonesia tiba-tiba tertangkap
Kemiskinan,
kebodohan,
kelaparan,
Anak-anak sakit
Mamak-mamak menjerit
“Banguuun, Nak!” Kata mamak
Mata kuusap dengan sigap
Ternyata itu semua hanya mimpi
Kulihat lagi catatan diksi
Masih rapi tanpa kena ileran basi
-Pelalawan,2021
***
Katakan Kawan
Kawan, malam itu hujan datang menghampiri
Membisikkan kabar yang tidak bisa kudengar
Lewat rintik-rintik kecil ia sampaikan
Kau sudah menghapus habis memori kebersamaan
Katakan,
Ceritakan,
Apa yang telah kau alami?
Apa dunia ini telah merampas
Rasa kekeluargaan dan melampiaskan benci?
Jika dunia tidak bisa di ajak negosiasi
Biarkan!
Abaikan!
Aku tetap di sini
Menemani dan mendoakanmu
Di dalam sunyi
~Riau, 2021
**