Kilatnews.co – Panggung politik di tanah air sudah mulai ramai kendatipun Pemilahan Presiden 2014 masih terbilang lama. Nama-nama tokoh nasional hingga daerah yang digadang-gadang bakal menjadi Calon Presiden dan Wakil Presiden sudah bermunculan, mulai dari Prabowo, Puan Maharani, Ganjar Pranowo hingga Anis Baswedan.

Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mempunyai kriteria tersendiri mengenai pemimpin yang layak didukung dan diharapkan mampu membawa kemajuan bangsa Indonesia kedepan sebagai pemain global, menjadikan indonesia masuk lima besar dunia.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Anis Matta: Kita Butuh Pemimpin Kombinasi ‘Bung Karno Dan ‘Pak Harto’

Kriteria pemimpin menurut Anis Matta dia sampaikan ketika menjawab pertanyaan dari Akbar Faizal terkait dengan kesiapannya maju Pilpres 2024, saat menjadi narasumber di Chanel Youtube Akbar Faizal Uncensored milik mantan Anggota DPR, Akbar Faizal belum lama ini.

“Saya konsen dengan narasi besar, tapi juga harus disertai pencapaian delivery yang besar juga. Yang kita perlukan kepemimpinan kedepan adalah kombinasi antara Bung Karno (Sukarno) dan Pak Harto (Suharto),” kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (8/6/2021).

Anis Matta menilai bahwa Indonesia kedepan membutuhkan seorang pemimpin yang visioner dan sekaligus seorang eksekutif yang mampu mengkonsolidasikan orang-orang hebat untuk melakukan pencapaian luar biasa.

“Kita tidak kekurangan kemampuan yang orang hebat di indonesia, tetapi kita kekurangan orang yang bisa mengkosolidasi orang-orang hebat itu. Kalau kita bisa mengkonsolidasi orang-orang hebat itu dalam satu arah, saya yakin Insya Allah bangsa ini akan bisa melakukan pencapaian yang luar biasa,” tegasnya.

Foto tangkapan layar chanel youtube Akbar Faizal Uncersored

Dalam penjelasannya, Anis Matta menyampaikan bahwa pemimpin kombinasi yang dia dimaksud adalah seorang pemimpin yang memiliki jiwa seorang orator ulung dan bisa menguasai panggung agar dapat menyampaikan gagasan atau visinya dalam membangun Indonesia kedepan kepada masyarakat.

Pada sisi lain, pemimpin tersebut juga harus mampu bekerja efektif dan detail dari balik meja kerjanya guna mewujudkan visinya itu dengan melibatkan orang-orang hebat di pusat dan daerah.

“Bung Karno wawasanya luar biasa, seorang visioner dan bisa mengkonsolidasi negara-negara Asia-Afrika. Kalau Pak Harto, itu kaya akan eksekusi, dia bener-bener seorang leader yang efektif, sehingga rencananya bisa terlaksana dengan baik selama 32 tahun. Cuman dalam sistem demokrasi, kita perlu orang yang bisa menggabungkan ini. Orang panggung dan dalam waktu yang sama berada dalam ruangan, bekerja secara efektif dan detil,” jelas Anis Matta.

Anis Matta, Ketum Partai Gelora Indonesia menegaskan bahwa pemimpin kombinasi ini juga diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan fundamental aliansi global baru. Dimana krisis akibat pandemi Covid-19 akan melahirkan kesepakatan tatanan dunia baru.

“Krisis ini akan mendekontruksi ulang tatanan global sekarang, dan saya yakin dekade 20 tahunan ini kita akan menyaksikan perubahan-perubahan fundamental, akan ada pembentukan aliansi global baru, akan ada kesepakatan tatanan dunia baru,” katanya.

Dunia saat ini sedang ‘diobok-obok’ pandemi Covid-19, yang tidak diketahui kapan akan berakhir, termasuk negara-negara yang menjadi pemenang dalam menghadapi krisis tersebut. Negara yang bisa survive dari krisis nantinya, yang akan memimpin aliansi global baru dalam membentuk tatanan dunia baru.

“Ini semuanya belum terjadi, karena pandemi sedang mengobok-obok dunia sekarang. Nanti yang survive dari sini, yang akan sukses. Inilah yang harus disiapkan Indonesia dari sekarang dalam periode dekade 20 tahunan, karena krisisnya tengah berproses” ujarnya.

Foto tangkapan layar chanel youtube Akbar Faizal Uncersored

Karena itu, lanjutnya, Indonesia membutuhkan arah sejarah baru yang menjadi spektrum atau plaform dalam menghadapi ‘kekacauan’ tahun-tahun ke depan ini, akibat krisis global pandemi.

“Jika pertimbangannya masih kekuasaan, dan pemerintahan koalisi itu tidak punya arah, di dalamnya hanya untuk mempertahankan kekuasaan, maka korbannya adalah pemerintahan itu tidak berjalan efektif,” tandasnya.

Akibat pemerintahan tidak berjalan efektif tersebut, maka tidak mengherankan apabila seringkali terjadi reshuffle kabinet. Padahal jika dilihat, hal itu bukan merupakan kesalahan dari menterinya, melainkan leader atau pemimpinnya yang tidak bisa mengkonsolidasikan bawahannya.

“Jadi yang kita perlukan adalah arah baru, kompas baru. Bacaan kita terhadap krisis ini yang salah. Sekarang anda mempermudah persyaratan untuk investasi, tapi kan faktanya tidak ada investasi yang datang. Jika dalam pemerintahaan koalisi tidk punya arah, maka kita akan terjebak dalam persoalan teknis, setiap tahun akan ada resuffle,” pungkas Anis Matta.

(*)

Reporter: KilatNews