Persepsi Ganda Coach Justinus Lhaksana

Kilatnews.co Jebreeetmedia sebagai salah satu kanal Youtube yang masyhur di Indonesia, menyiarkan konten siaran langsung obrolan para penikmat dan pengamat sepakbola. Pada piala dunia 2022 ini khususnya, Jebreetmedia membuat acara khusus “Dewan Pundit Indonesia – Hajatan Bola Dunia”. Beberapa tokoh publik dihadirkan dalam acara tersebut.

Menurut sejumlah netizen yang turut berkomentar maupun yang hanya menyaksikan, banyak menyebutkan bahwa Justinus Lhaksana alias Coach Justin memiliki persepsi ganda terhadap penilaiannya mengenai persepakbolaan antar benua, terutama mengenai perkembangan dan kemajuannya.

DPI-Hajatan Bola Dunia episode 17 yang tayang pada 06 Desember 2022 di kanal Youtube, Panji Suryono selaku Host Acara ditemani dengan Aldi Bawazier dan Justinus Lhaksana membahas perjalanan Tim asal Asia yang terhenti di babak 16 besar.

Menurut Panji dan Aldi, apresiasi patut diberikan kepada tim asal Asia yang telah banyak menunjukkan performa atas perkembangan sepakbola pada ajang ini. Hal itu dikarenakan tim Asia yang tampil di babak 16 besar jumlahnya lebih banyak dari pada tim asal Amerika Latin.

Padahal, tim asal Asia selalu diremehkan dan tidak diperhitungkan sebagai ancaman tim eropa alias Cuma dipandang sebelah mata.

Justinus Lhaksana sedari awal memang tidak terlalu respek terhadap tim Asia. Ia beralasan, banyaknya tim asal Eropa yang secara mengejutkan tidak lolos ke babak 16 besar bukan karena tim Asia lebih hebat, melainkan performa tim Eropa yang menurun kualitasnya. Sedangkan menurut Panji dan Aldi, tim Asia harusnya mendapat apresiasi karena yang dihadapi tim Asia di fase grup adalah tim dengan kualitas yang lebih baik daripada tim Asia.

Kochi (panggilan Justin) selanjutnya mengatakan, bahwa lolosnya tim-tim Asia ke babak 16 besar adalah karena faktor keberuntungan. Aldi kemudian membantah dengan pernyataan bahwa Korea Selatan bersaing dengan Portugal, Ghana dan Uruguay di fase grup itu bukan hanya faktor keberuntungan bagi Korea Selatan hingga lolos ke babak 16 besar. Artinya, dengan kualitas di bawah para pesaing hanyalah dinilai di atas kertas saja. Sedangkan permainan, Korea Selatan terlihat cukup baik dalam mengimbangi para pesaing.

Lihat laga Korea Selatan 0-0 Uruguay, Korea Selatan 2-3 Ghana dan Portugal 1-2 Korea Selatan. Sedangkan “penjajahnya” yaitu Jepang berada di grup yang pesaingnya lebih berat namun mencatatkan hasil yang impresif pula, Jerman 2-1 Jepang, Jepang 0-1 Kosta Rika, dan Jepang 2-1 Spanyol.

Buruknya penampilan Uruguay dan Ghana menyebabkan Korea Selatan mampu lolos, dan akhirnya dibantai oleh Brazil, menurut Kochi. Sedangkan Aldi membantah Kochi, ia mengatakan “Bukankah akan lebih fair jika kita Korea Selatan yang tidak beruntung karena berjumpa dengan Brazil dan kebobolan dengan cepat di awal-awal laga, sedangkan pencapaiannya ke babak 16 besar adalah atas dasar permainan mereka yang tidak jauh perbedaan levelnya dengan Uruguay, Portugal dan Ghana”.

Kochi menambahkan mengenai Maroko yang tampil begitu baik di ajang piala dunia 2022 Qatar adalah dikarenakan banyaknya pemain Maroko yang berlatarbelakang telah dilahirkan di Eropa. “Pemain Maroko itu bukan murni Arab Bagian Barat, melainkan mereka dilahirkan dan dibesarkan di Eropa bahkan di anataranya malah gak bisa Bahasa Arab Maroko (Arab Maghriby)”.

Imam El-Muttaqin. Penulis adalah Penganmat Sepakbola