Maraknya penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) telah menyebabkan terjadinya perubahan sosial ditengah masyarakat. Perubahan yang terjadi salah satunya pada cara berkomunikasi, cara berpikir, dan cara berperilaku manusia. Sebab itu, di era teknologi informasi yang berkembang pesat masyarakat dituntut agar bisa dan terbiasa terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Penerapan Social Distancing, Interaksi Manusia, dan Komunikasi Digital
Perlu direnungkan, social distancing atau menjaga jarak tidak membuat kita “mati gaya”. Hanya belum sepenuhnya terbiasa dalam keseharian hidup pada pengalihan ruang fisik ke ruang virtual. Komunikasi digital sangat dekat di sekitar kita yang sebenarnya berkontribusi besar.
Kita tetap bisa bersosialisasi melalui berbagai media di era globalisasi ini yang menuntut pada kecanggihan komunikasi digital untuk tetap berinteraksi sosial. Media-media yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media pemasaran, media interaksi, dan media pembelajaran.
Jembatan komunikasi melalui media-media tersebut tentunya dapat memberikan edukatif, informatif, dan persuasif. Media yang dimaksud digunakan tanpa melakukan kontak fisik di antaranya, twitter, facebook, instagram, line, dan whatsapp.
Teknologi saat ini sudah berkembang demikian pesat sehingga kita bisa tetap saling terhubung satu sama lain, tanpa harus secara fisik berada di dalam ruangan atau tempat yang sama.
Penyebaran virus corona menjadi ancaman serius bagi dunia, termasuk juga Indonesia. Semakin meningkatnya pasien yang terkena virus corona, maka social distancing ini menjadi sebuah upaya mitigasi untuk mengarahkan masyarakat mengurangi interaksi sosialnya dalam menghadapi pandemic Covid-19.
Pengurangan interaksi sosial melalui social distancing guna pencegahan penyebaran virus corona yang lebih meluas, dengan cara pembatasan penggunaan fasilitas umum dan menjaga jarak interaksi . Masyarakat diminta untuk berdiam di rumah dengan melakukan belajar dari rumah bagi pelajar, bekerja dari rumah Work From Home (WFH) dan tidak melakukan aktvitas ke tempat-tempat keramaian guna memutuskan mata rantai penyebaran yang kian bertambah.
Social distancing ini ltepatnya menitikberatkan pada physical distancing. Kontak fisik secara langsung dengan jarak berdekatan dapat memberikan peluang penyebaran virus corona.
Sayang nampaknya kita mengalami kelemahan dalam memahami social distancing di hadapan publik sehingga seolah-olah telah hilang peranan manusia sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi dengan sesama. Hanya pemikiran manusia yang menjadi culture (budaya).
Dengan demikian, diharapkan kita hendaknya tidak terlalu cemas dengan perubahan yang terjadi dalam sosial saat ini yang awalnya karena tuntutan kondisi.
Interaksi kita memang terbatas pada jarak, namun tidak terbatas dalam berinteraksi meskipun ada kalanya akan lebih efektif jika dilakukan secara interaksi langsung secara tatap muka dalam satu ruang.
Penulis, Hidiya Adi Martrianto adalah mahasiswa jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.