Penalaran Sastra Anak terhadap Siswa Sekolah Dasar
Oleh : Risky Nur Amalia
KilatNews.Co – Sastra anak merupakan suatu karya sastra yang ditulis dan diterbitkan untuk anak-anak. Sastra anak memiliki beberapa contoh, seperti pantun, puisi, dongeng, drama, fabel, cerita rakyat, dan lain sebagainya.
Pada artikel kali ini, saya akan membahas mengenai Penalaran Pantun terhadap Anak Sekolah Dasar. Sebelumnya, pantun merupakan sebuah puisi lama yang diucapkan dengan nada. Menurut Hadi Gunawan (2019:54) pantun ialah senandung atau puisi rakyat yang diberi nada.
Pantun anak berisi tentang masa kanak-kanak yang disajikan dalam bentuk kebahagiaan/sukacita, kesedihan/dukacita. Pantun anak juga menggambarkan kehidupan anak-anak untuk menunjukkan kegembiraan dan kesedihan mereka, serta mengandung nasihat agar anak-anak dapat menjadi manusia yang baik.
Dalam buku tematik kelas V tema 4 edisi revisi 2017 terdapat materi yang membahas mengenai pantun, seperti pengertian, jenis-jenis pantun, macam-macam pantun, dan terdapat banyak sekali contoh pantun anak didalamnya. Seperti contoh pantun anak berikut ini :
Buaya putih hidup di rawa
Meronta-ronta terjerat jaring
Perut sakit menahan tawa
Gigi nenek loncat di piring
Pantun tersebut termasuk ke dalam bentuk pantun kebahagiaan karena pada kalimat “Gigi nenek loncat di piring” terdapat unsur lelucon sehingga menimbulkan kebahagiaan ketika membacanya.
Lalu pantun berikutnya, yang berbunyi :
Jalan-jalan ke kota Blitar
Jangan lupa membeli sukun
Kalau ingin menjadi pintar
Kamu harus belajar dengan tekun
Pantun ini termasuk kedalam pantun nasihat, karena didalamnya berisi nasihat atau ajakan agar anak-anak tekun dalam belajar.
Pantun memiliki beberapa jenis, sebagai berikut :
Pantun anak
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pantun anak berisi tentang masa kanak kanak. Pantun ini menggambarkan perasaan yang dialami oleh anak seperti sukacita maupun dukacita, oleh karena itu pantun anak dibagi menjadi dua, yaitu :
Pantun sukacita
Pantun sukacita berisi ungkapan yang menggambarkan sukacita atau kegembiraan.
Contohnya :
Memetik mangga di malam sunyi,
Jangan dimakan di pinggir api,
Ayo teman kita bernyanyi,
Bernyanyi-nyanyi hilanglah sepi.
Pantun dukacita
Lain halnya dengan pantun sukacita, pantun dukacita ini memiliki isi yang mengungkapkan kesedihan.
Contohnya :
Pohon jati di tepi batu,
Tumbuh rimbun menjadi pagar,
Menangis adik di depan pintu,
Melihat ibu pergi ke pasar.
Pantun Remaja atau Dewasa
Pantun remaja atau dewasa ini mengangkat tema yang dialami oleh para remaja dan orang dewasa seperti kisah cinta, perpisahan, mencari nafkah, dan lain sebagainya. Pantun ini dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
Pantun Perkenalan
Pantun perkenalan ini ditulis untuk berkenalan dengan seseorang yang baru saja ia temui. Pantun ini biasanya berisi sanjungan atau pujian terhadap orang yang akan diajak berkenalan. Pantun perkenalan harus dibuat dengan hati-hati agar tidak melukai atau menyinggung perasaan orang lain.
Contoh :
Jalan-jalan ke pasar ikan,
Tidak lupa membeli kerang,
Wahai kawan bolehkah kenalan,
Banyak kawan hatipun senang.
Pantun Berkasih-kasih
Pantun ini biasanya berisi tentang perasaan senang, curahan hati, dan sanjungan ketika sedang jatuh cinta.
Contoh :
Bunga mawar indah jelita,
Bunga melati di dalam hati,
Mau tahu asalnya cinta,
Dari mata turun ke hati.
Pantun Perpisahan
Pantun perpisahan berisi tentang akhir dari suatu hubungan, perasaan sedih, dan kenangan indah yang telah dilalui.
Contoh :
Kalau ada sumur di ladang,
Boleh saya menumpang mandi,
Kalau ada umur yang panjang,
Boleh kita berjumpa lagi.
Pantun Dagang
Pantun dagang ditulis seseorang saat mengenang nasibnya. Pantun ini berisi perasaan yang dialami seseorang. Baik perasaan tertekan, perasaan sedih, perasaan gembira dan lain sebagainya.
Contoh :
Tarik tangan memohon ampun,
Tangan lepas di tengah kampung,
Hari petang matahari turun,
Senanglah saya beroleh untung.
Pantun Orang Tua
Pantun orang tua berisi tentang pelajaran yang diberikan oleh orang yang lebih tua. Pantun ini berisi tentang nasihat, ibarat, atau sindiran terhadap orang lain.
Pantun adat
Pantun adat berisi tentang peraturan untuk menjaga adat-adat yang berlaku, orang muda diharapkan untuk menjaga dan melestarikan adat-adat tersebut.
Contoh :
Ikan pari berenang-renang,
Ikan hiu meraih asa,
Syair indah adalah tembang,
Bunyi yang baik adalah bahasa.
Pantun nasihat
Pantun nasihat berisi tentang nasihat-nasihat baik, pantun ini dibuat dengan tujuan agar anak muda ingat dan melakukan nasihat yang didapat.
Contoh :
Tangan dicuci menjadi wangi,
Kaki dicuci tangan berkelit,
Apalah arti punya ilmu tinggi,
Kalau hati setinggi langit
Siswa sekolah dasar sudah dapat memahami makna dalam pantun-pantun tersebut dan mereka sudah dapat mengelompokkan kategori sebuah pantun. Namun, siswa memiliki kesulitan jika guru memberikannya tugas untuk membuat pantun. Masih banyak sekali siswa yang lebih memilih untuk mencontek melalui google jika ditugaskan untuk membuat pantun, hal ini seharusnya memicu guru untuk melatih tata cara penulisan pantun kepada siswa agar siswa lebih memahami bagaimana cara penulisan pantun yang benar.
Tujuan pengajaran sastra, tentulah merupakan bagian tujuan pendidikan keseluruhannya karena proses belajar dan mengajarakan sastra bagian proses pendidikan. Selain itu anak sekolah dasar harus memiliki pengetahuan mengenai sastra, agar kedepannya tidak buta dalam mempelajari karya sastra maupun bahasa Indonesia.
Risky Nur Amalia. Penulis adalah Mahasiswa aktif program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Daftar Pustaka
Fitria Anggraini, Pengajaran Sastra Anak di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 5, No. (2) November 2019, hlm. 31
Hadi Gunawan, Puisi dan Pantun, (Jogjakarta: Cosmic Media Nusantara, 2019), hlm. 54.
Nana Raihana, Diksi dalam Pantun Anak, Jurnal Kiprah Vol. 4. No. 1 Januari-Juni 2016, hlm. 78.
Ria Andriani, Pembelajaran Mengindetifikasi Informasi dari Pantun yang Berorientasi pada Pesan dan Rima dengan Menggunakan Metode Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas VII SMP Pasundan 4 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017, FKIP UNPAS 2017, hlm. 17.
Wendi Widya R.D, Serba-Serbi Pantun, (Klaten: PT Intan Pariwara, 2008), hlm. 26.