Membangun Budaya Literasi, Bisa Dilakukan di Kamar Mandi
Oleh: Mahadir Mohammed
Siapa yang tak pernah ke kamar mandi? Hampir saban hari, aktivitas kita terikat oleh kamar mandi atau WC. Bahkan sebagian besar dari kita banyak menghabiskan waktu di dalam kamar mandi.
Menurut research amatiran saya sendiri, rata-rata 1 hari saya mengunjungi kamar mandi, 2-3 kali sehari, dengan ronde terlama pada saat BAB, saya menghabiskan waktu 20-25 menit per hari untuk melakukan aktivitas ini.
Fakta lainnya dari research ini. Rata-rata saya BAB 2 kali dalam seminggu. Hal ini menunjukkan, bahwa saya akan menghabiskan waktu lebih kurang 40-50 menit per-week untuk BAB saja.
Research ini memang tidak sejalan dengan pernyataan Gregory Thorkelson, MD, seorang psikiatris di departemen gastroenterologi, hepatologi dan nutrisi di University of Pittsburgh, ia mengatakan bahwa buang air besar seharusnya tak boleh lebih dari 15 menit. Ah, tapi saya tidak peduli, justru BAB bagi saya bukan hanya proses membuang kotoran, tapi juga proses pertapaan mengumpulkan ide-ide atau gagasan.
40-50 menit adalah akumulasi waktu yang tidak bisa dikatakan singkat, jika kita ngantri di halte bus, tentu menghabiskan waktu segitu sangatlah membosankan, bukan? Apalagi harus ngantri untuk mengisi BBM di SPBU, selama 40-50 menit tentu itu waktu yang sangat meleleh dan melelahkan.
Jika dalam seminggu saya telah menghabiskan waktu 40-50 menit, maka dalam 1 bulan saya telah mengalokasikan waktu 160-200 menit atau kurang lebih 3,3 jam per bulan.
Literasi dan Kamar Mandi
Dalam konteks literasi, durasi waktu membaca orang Indonesia per hari rata-rata hanya 30-59 menit, kurang dari sejam. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku. Itu hasil penelitian Perpustakaan Nasional tahun 2017.
Kondisi itu, tentu jauh di bawah standar UNESCO yang meminta agar waktu membaca tiap orang 4-6 jam per hari. Maka, ketika kita sudah mampu membaca 4-6 jam per hari, jika ditambah dengan waktu membaca pada waktu BAB 3,3 jam per bulan, berarti durasi baca kita secara statistik juga akan bertambah. Dan waktu luang yang kita gunakan dalam kamar mandi lebih berarti.
5-9 buku rata-rata per tahun yang kita selesaikan tentu akan menjadi bertambah pula, setidaknya 5-11 buku. Dengan demikian jika hal ini secara kontinue dilakukan, akan berdampak pada meningkatnya indeks literasi kita dan literasi Indonesia pada umumnya.
Mungkin ada disebagian orangĀ memandang sepele, tapi jika kita lakoni dengan serius, tentu akan membuat budaya literasi lebih mengakar, karena tidak ada waktu yang terbuang begitu saja.
Apalagi saat BAB kita akan merasakan pikiran yang lebih terbuka, imajinasi lebih bergerak bebas. Secara personal, bagi saya membaca buku dan menulis kerap menjadi pilihan yang tepat untuk mengisi waktu di dalam kamar mandi.
Entah kenapa? Tapi saat itulah ide-ide lebih sering bermunculan dan membuat otak lebih rileks. Sehingga mengukir kata-kata lebih ringan tanpa beban.
***
Sebenarnya membaca pada saat BAB bukanlah budaya baru, misalnya kita bisa melihat realitas ini di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang dan negara-negara Eropa lainnya. Yang sering kita lihat dalam film-film di Televisi. Walaupun sejatinya saya sendiri belum pernah melihat secara langsung akan hal tersebut. Saya kira hal itu nyata adanya dan kita bisa bersepakat dalam hal ini.
Maka tidak heran, jika UNESCO merilis bahwa minat baca masyarakat di negara-negara maju sampai menghabiskan waktu 6-8 jam per hari untuk membaca, sehingga tidak ada waktu yang secara sengaja menjadi tidak berarti. Mereka menggunakan waktu luang untuk menambah wawasan, dan pengetahuan dengan terus meng-upgrade bacaan.
Menggunakan waktu luang pada saat BAB di kamar mandi adalah salah satu solusi, sebagai sarana memperkuat dan membudayakan literasi. Dan itu merupakan cara yang mudah. Kenapa saya katakan demikian? Karena bagi setiap orang kamar mandi adalah infrastruktur dari kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, sedangkan BAB adalah kewajiban yang paling taat dilakukan oleh manusia.
Saya sudah melakukannya, dan hal tersebut memanglah mudah, tidak susah. coba saja! Apalagi fasilitas kamar mandi yang memadai, membuat kita mampu melahap 3-8 halaman buku ataupun artikel tidak akan terasa membosankan.
Dalam perspektif ini, saya tidak tahu apakah salah dalam pandangan agama atau negara. Yang pastinya berdasarkan pengetahuan sebagai manusia yang beragama. Justru agama melarang manusia menggunakan waktu untuk hal yang sia-sia, sedangkan dalam pandangan sebagai warga negara, saya merasa belum pernah ada undang-undang yang melarang atau sanksi pidana bagi orang yang BAB sambil membaca.
BAB sambil membaca adalah dua aktivitas yang mempunyai manfaat dalam dimensi yang berbeda. Jika menggunakan waktu dalam kamar mandi dengan tujuan hanya sekedar BAB, tentu bermanfaat bagi sistem pencernaan.
Namun, jika ditambah dengan aktivitas membaca itu akan menambah manfaat bagi pikiran. Bayangkan dalam satu waktu kita bisa mendapatkan 2 manfaat sekaligus, bagi pencernaan dan pikiran. Nikmat mana lagi yang mau kita sia-siakan?
Sebenarnya bukan hanya di kamar mandi, di mana pun dan kapan pun jika ada waktu luang kita bisa memanfaatkan waktu untuk membaca. Kamar mandi hanya sebagian contoh kecil di mana kita bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Tabik!