Upgrading Gerakan Mahasiswa
Oleh : Rizki Maulana Hakim
Kilatnews.co – Pesan Untuk Mahasiswa; Kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihatlah di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas,dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini? -Victor Sarge-
Dunia terus bergerak membentuk sejarah, termasuk sejarah gerakan mahasiswa. Di dalam struktur masyarakat, mahasiswa memiliki peran yang sangat sentral. Hal inipun sudah tercatat dalam tinta emas sejarah indonesia bahwa mahasiswa memiliki rekam jejak yang mengakar dan sulit untuk dilupakan. Mulai zaman pra kemerdekaan, rezim Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) hingga yang paling mutakhir adalah aksi menolak Revisi Undang-Undang KPK, RUU KUHP dan RUU Omnibuslaw.
Umumnya peran mahasiwa adalah sebagai under dog (Anjing Penggonggong) bagi penguasa. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, maka dalam upaya membangun sebuah bangsa yang ideal, maka membutuhkan pranata control atau pengawasan agar pemerintahan yang baik, benar dan bersih (Good Government) dapat berjalan dan dapat diwujudkan dengan maksimal. Bila lembaga legislatif hanya bertugas untuk mengawasi lembaga eksekutif, dan legislatif diawasi oleh kode etik, serta yudakatif diawasi oleh komisi yudisial. Tak pelak, mahasiswa, tugas dan fungsi untuk mengawasi kerja dari ketiga lembaga negara tersebut.
Tugas mahasiswa bukan hanya tugas yang bersifat formil. Melainkan mahasiswa juga mengemban tugsa moril sebagai penyambung lidah rakyat indonesia. Karena mahasiswa merupakan bagian dalam anggota masyarakat, maka perannya sebagai agent of change (Agen Perubahan), agent of social control (Agen Kontrol) dan iron stock (Pengganti Generasi Sebelumnya) menjadi suatu keharusan. Tidak salah, pun tidak berlebihan kalau mahasiswa kerap disebut rasul-rasul yang terbaharukan.
Sebagai intelektual organik, mahasiswa perlu kiranya terus mengupayakan penyadaran kepada masyarakat betapa penting arti sebuah kebebasan dan kemerdekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya-upaya penyadaran itu dapat dilakukan melalui gerakan turun kejalan (ektra-parlementer). Selain itu dapat pula melalui gerakan membaca dan menulis, atau gerakan literasi.
Gerakan turun kejalanan dalam sejarah dunia, pertama kali dilakukan mahasiswa di Prancis, pada 1789-1799, dikenal dengan Revolusi Prancis. Yang menuntut tiga hal, yakni Kebebasan, Kesamarataan dan Persaudaraan. Di Jerman, dua orang dosen dari Universitas Frankfut yakni Max Horkheimer dan Theodor Adorno, dikenal pula sebagai tokoh Teori Krtis pertama dalam Madzhab Frankfrut.
Dikisahkan oleh Francisco Budi Hardiman, dalam bukunya berjudul Kritik Ideologi, Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan Bersama Jurgen Habermas (2009) mengkisahkan bahwa Horkheimer dan Adorno, kerap ikut dalam gerakan aksi jalanan yang digelar mahasiswa, meskipun kemudia ia menarik diri dari gerakan. Ketika itu, gerakan yang dilakukan, tidak lagi murni kemanusiaan dan panggung menyampaikan gagasan. Melainkan gerakan sudah mengarah pada aksi kekerasan, baik dengan aparat keamanan maupun konflik dengan masyarakat sipil.
Gerakan mahasiswa hari ini juga tidak jauh berbeda dengan gerakan mahasiswa terdahulu. Konflik antara aparat dan mahasiswa, antara mahasiswa dan masyarakat sipil masih kerap terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya bias orientasi gerakan mahasiswa. Seringkali gerakan yang dilakukan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan, baik keuntungan yang bersifat materil maupun Jabatan struktural.
Adanya disorientasi mahasiswa ini, disebabkan oleh tumpulnya pikiran kritis sehingga sulit untuk menciptakan musuh bersama. Untuk mengantisipasi agar hal-hal semacam ini tidak terjadi. Maka unsur penting yang harus ditancapkan jiwa mahasiswa dalam gerakan adalah kesadaran dan persatuan— meningkatkan mutu ‘upgreading’ gerakan mahasiswa perlu untuk terus diupayakan.
Pentingnya upgreading gerakan mahasiswa bertujuan untuk mengembalikan kemurnuian agar tetap berjalan diatas relnya. Pada prinsipnya mahasiswa bergerak bila mana terdapat keresahan bersama dan tidak terjadi ketersesuain antara das sein dan das sollen. Terkait dengan cara, tidak dapat dibakukan. Cara bergerak tergantung pada konteks sosio-masyarakatnya masing-masing.
Akan tetapi gerakan penyadaaran dan menumbuhkan ide kritis disetiap individu mahasiswa harus tetap digalakan. Dan meleburkan diri dalam kehidupan masyarakat juga harus dan tetap dilakukan, sebab mahasiswa adalah anak kandung rakyat. Oleh karena itu ia harus melebur dan bergerak bersama rakyat untuk mewujudkan sebuah perubahan dan membawa bangsa ini menuju cita-cita kemerdekaan yaitu masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Rizki Maulana Hakim. Penulis Mahsaiswa Fakultas Hukum Janabadra Yogyakarta