Kilatnews.co Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto dan sejumlah pengurus pagi ini bertemu Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/1). Sunanto menyebut pihaknya mengundang Jokowi untuk membuka Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-18 yang digelar 21-24 Februari di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Perserikatan Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah memang kini terlihat lebih “bebas” dalam mengekspresikan aspirasinya. Sejak Muktamar Muhammadiyah di Solo yang lalu, terlebih Haedar Nashir berhasil terpilih kembali untuk periode kedua sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah bersama Abdul Muti selaku Sekretaris Umum.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Pemuda Muhammadiyah Bertemu Jokowi, Pengamat: Amien Rais Makin Gak Ada Ceritanya

Terpilihnya Haedar-Muti ini sekaligus mengalahkan calon yang didukung oleh Amien Rais. Maka sejak itu pula sepertinya Muhammadiyah lebih independen, tidak berada di bawah bayang-bayang Amien Rais yang telah sekian lama “menguasai” dan menyetur Muhammadiyah. Amien Rais kini sama sekali sudah tidak memiliki pengaruh apapun.

Jangankan menjabat, bahkan tidak banyak lagi yang mau mendengar apa yang dikatakan Amien Rais. “Kedekatan” warga Muhammadiyah kepada presiden Jokowi dinilai banyak pengamat sudah sewajarnya, mengingat banyak hal yang sudah dilakukan Jokowi kepada Muhammadiyah.

Pengamat politik, Agung Wibawanto, mengatakan, “Jokowi tidak membedakan bahkan punya hubungan baik kepada dua ormas Islam terbesar di Indonesia, baik NU maupun Muhammadiyah. Hanya karena Amien Rais yang kini lebih ke dunia politik dan kebetulan berseberangan sikap dengan Jokowi, sebagai oposan, maka berimplikasi juga kepada warga dan perserikatan Muhammadiyah,”

Agung menilai harusnya dipisah antara partai politik dengan Muhammadiyah. Karena menurut Agung lagi, Muhammadiyah tidak berpolitik kekuasaan. Namun, sekali lagi, dalam pengamatan Agung, pengaruh Amien Rais sudah habis, “Sekarang Muhammadiyah bisa lebih bebas tanpa adanya intervensi politik lagi dari Amien Rais. Amien Rais sudah gak ada ceritanya,” urainya.

“Jika memang Amien serius di politik ya silahkan yang harusnya tanpa membawa-bawa Muhammadiyah. Kita lihat saja bagaimana PAN, yang dulu kelahirannya dibidani oleh Amien Rais, kini sudah tidak mau mendengarnya lagi. Sampai-sampai Amien keluar dari PAN dan mendirikan Partai Ummat,” tambah Agung.

Dalam kesempatan bertemu dengan Jokowi, Pemuda Muhammadiyah juga menyampaikan dukungannya terhadap rencana pemerintah memindah ibu kota. Menurut Sunarto, IKN itu merupakan program harapan dan pemerataan. Menurut Sunanto, rencana IKN ini perlu didukung dan pemuda-pemuda di Muhammadiyah diharapkan bisa melihat langsung proyek ini.

“Tidak hanya soal fisiknya, tapi soal cita-citanya. Itu yang kami konstruksi dan kami harapkan. jadi, perdebatannya tidak soal fisik, tetapi gagasan besarnya,” kata dia. Atas pengabdian dan kinerja presiden Jokowi, Sunanto menyatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah dalam Muktamar nanti akan menyematkan Jokowi sebagai Bapak Perintis Indonesia Maju.

Sunanto menambahkan, penyebutan usulan Bapak Perintis Indonesia Maju ini merupakan apresiasi atas warisan dari pemerintahan Jokowi. Pemuda Muhammadiyah tidak memilih usulan Bapak Infrastruktur, karena bisa diklaim oleh pengganti Jokowi ketika nanti ada peresmian infrastruktur.

“Kalau bapak infrastruktur menjadi stagnan bukan menjadi harapan, bukan menjadi suatu value yang bisa diteruskan menjadi, maka kami usul kami sematkan dan semoga ini bisa diterima banyak kalangan karena kerja-kerja beliau,” kata Sunanto.

Langkah “politik” yang diambil oleh Pemuda Muhammadiyah ini dalam pandangan Agung adalah sebuah langkah besar, berani dan merupakan gebrakan baru, “Saya kira Pemuda Muhammadiyah ingin menunjukkan sebuah sikap. Jika dulu tidak berani menentang Amien Rais dan jalan yang diambil adalah jalan “aman”, maka sekarang mereka tunjukkan. Ya ini kan soal pilihan politik Pemuda Muhammadiyah yang harus dihargai, bukan soal benar-salah,” tutup Agung.

Reporter: KilatNews