Kilatnews.co – Kemiskinan merupakan masalah serius bagi suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Fenomena kemiskinan di Indonesia hingga kini masih belum dapat dituntaskan. Sudah begitu banyak program yang telah diadakan oleh pemerintah untuk menangani masalah ini, namun program itu masih belum juga terlaksana dengan maksimal.
Begitupun juga dengan jumlah penduduk miskin, angkanya masih terbilang sangat tinggi. Kemiskinan sebagai suatu masalah yang memiliki kompleksitas tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu sama lain, seperti tingkat pendapatan, pendidikan, ekonomi, letak geografis, gender dan kondisi lingkungan.
Kemiskinan tak hanya dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi, namun juga sebagai bentuk kegagalan untuk memenuhi hak dasar manusia— perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pekerjaan, air bersih, lingkungan hidup,dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman kekerasan.
Pergeseran Lapangan Kerja
Perkembangan suatu kota dapat dipengaruhi oleh proses terjadinya urbanisasi yang dapat dilihat berdasarkan aspek ekonomi, dan sosial. Berkaitan dengan aspek ekonomi dapat dilihat dari adanya pergeseran lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, seperti perdagangan dan industry. Dan aspek sosial dapat dilihat dari perkembangan wilayah yang ada di perkotaan yakni perubahan pola pikir dan juga gaya hidup masyarakatnya.
Wilayah perkotaan yang semakin tumbuh berkembang juga menjadi peneyebab berkembangnya heterogenitas yang memperlihatkan perbedaan sosial penduduknya. Terlihat dari adanya daerah formal dan informal yang terjadi karena adanya pengelompokan penduduk berdasarkan ekonomi dan sosialnya.
Aktivitas formal ekonomi yang ada di perkotaan tidak mampu menyerap pekerja dengan pendidikan dan skill yang rendah, sehingga pekerja-pekerja dan produktivitas menjadi rendah pada daerah informal. Tak hanya itu, pemukiman yang kumuh dan keterbatasan sarana prasarana juga memperlihatkan adanya kemiskinan diperkotaan.
Di era modern ini, mudah saja kita melihat, membaca melaui berita di media mengenai berbagai masalah yang ada dikota-kota besar yang ada di Indonesia. Masalahnya tak lain dan tak bukan adalah meningkatnya jumlah angka kemiskinan yang terjadi pada penduduk di perkotaaan, meningkatnya angka pengangguran, meningkatnya jumlah pengemis hingga kasus kejahatan yang ada di daerah perkotaan yang mana tak jarang hal tersebut dikaitkan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin yang ada.
Kemiskinan di Perkotaan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) presentase penduduk miskin terhitung maret 2020 naik menjadi 9,78 persen, apabila dibandingkan pada bulan September 2019 jumlah penduduk miskin per maret 2020 di daerah perkotaan meningkat sebanyak 1,3 juta orang (dari 9,86 juta menjadi 11,16 juta orang). Sementara di daerah pedesaan juga mengalami kenaikan, yakni sebanyak 333,9 ribu orang (dari 14,93 juta menjadi 15,26 juta orang). Hal ini nampak jelas bahwa peningkatan jumlah kemiskinan yang ada di daerah perkotaan dengan pedesaan jauh lebih besar didaerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.
Meskipun jumlah penduduk miskin di perkotaan lebih sedikit dibandingkan dengan pedesaan, namun masalah kemiskinan di perkotaan jauh lebih kompleks. Tak dapat dipungkiri, kalau masalah ini tidak segera ditangani, maka peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan bisa melampaui tingkat kemiskinan yang ada di pedesaan.
Sebagaimana diketahui bahwa kompleksitas masalah kemiskinan di perkotaan, tak hanya masalah pekerjaan, pendapatan, lingkungan. Akan tetapi juga menyangkut masalah sosial lainnya seperti kejahatan, kekerasan, kriminal, dan ketunaan sosial. Keadaan ini diperparah oleh bencana pandemi Covid-19 yang mengakibatkat dipersempitnya lapangan pekerjaan, dan banyak kasus PHK terjadi.
Terlihat bahwa penduduk miskin di kota relatif lebih rumit kehidupannya dibandingkan dengan kehidupan penduduk miskin yang ada di desa. Hal ini dikarenakan sumber daya utama penduduk untuk memenuhi segala kebutuhan hidup di perkotaan adalah uang. Berbeda halnya dengan di desa, tanpa uang penduduk desa masih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti halnya makanan penduduk desa masih mempunyai hasil kebun sendiri walaupun itu hanya sedikit, tetapi itu cukup baginya.
“Jikalau penduduk miskin di kota, tanpa uang mereka tak mungkin mendapatkan apa-apa kecuali dengan bantuan orang lain dan di kota mereka juga tidak mempunyai lahan perkebunan”
Tidak hanya itu, tingkat kepedulian masyarakat perkotaan juga berbeda dengan masyarakat desa. Kesibukan dan tuntutan pekerjaan dan kebutuhan juga berdampak pada sifat masyarakatnya yang menjadi individualitas. Dibandingkan dengan desa dimana penduduknya masih memiliki sumber daya alam yang melimpah tentu masih bisa dimanfaatkan dan dapat memenuhi kebutuhannya.
Terbatasnya daya dukung lingkungan di kota tentu akan memicu pemukiman kumuh yang akan mengganggu kesehatan dan juga rawan akan musibah banjir. Kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat terutama pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan sering diartikan sebagai akibat dari kebodohan kurangnya keterampilan, skill, etos kerja yang mumpuni, ditambah kesempatan kerja yang rendah sehingga sering dikaitkan dengan ketidakberdayaan pemerintah dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Namun apabila kita memahami secara mendalam maka kemiskinan bukanlah semata-mata akibat dari ketidakberdayaan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Akan tetapi berkaitan dengan masalah struktur sosial dan cenderung sudah menjadi budaya pada masyarakat itu sendiri. Kemiskinan yang ada pada masyarakat kita sekarang ini tak jarang merupakan suatu tradisi. Tak ayal, celetukan yang kerap kita dengar dari masyarakat “apabila orang tua sudah miskin maka anak cucunya pun ikut menjadi miskin” telah menjadi doktrin dalam kehidupan masyarakat. Pada gilirannya, celetukan ini yang menjadi pemicu patah semangat mereka dalam bekerja keras.
Masalah kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan campur tangan dari semua pihak baik dari pemerintah maupun masyarakat sekitar secara bersama dan terkoordinasi. Akan tetapi dalam penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum maksimal. Relawan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar masalah kemiskinan juga menjadi luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistematik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan seperti halnya; menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial, politik, mengendalikan jumlah penduduk, melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan guna mengurangi angka kemiskinan yang ada.
Penulis, Rindy Nirwana
Mahasiswa Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Referensi
Badan Pusat Statistik (BPS-Statistic Indonesia).2020.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-persen.html Diakses pada 21 April 2021
Pitri Yandri, Bambang Juanda. 2018. Memahami Karakter Kemiskinan Perkotaan dengan Pendekatan Observasional. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Volume 19, Nomor 1, hlm. 75-84 Jakarta.
Jamaludin, Adon Nasrullah. 2017. Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya. CV.Pustaka Setia.
Kamaluddin Rustian. 2003. Kemiskinan Perkotaan di Indonesia: Perkembangan, Karakteristik, dan Upaya Penanggulangan.