BUMI merupakan tempat yang sama bagi kita berpijak dan memiliki banyak agama. Manusia sebagai mahluk beragama dibilang unik karena menyembah Tuhan yang tidak kelihatan. Keunikan manusia ini juga dapat dilihat sikapnya yang kerap mengabaikan mengabaikan Alam semesta yang terlihat. Tentu saja ungkapan tersebut datang dengan melihat hubungan antara Manusia, Bumi dan Agama. Di dalam agama yang beraneka ragam, apa yang dapat di lakukan umat antar iman pada bumi kita ini?
Dasar atau titik tolak Pertemuan Antar iman
Dasar atau titik tolak untuk melakukan pertemuan orang-orang beriman ialah dengan cara melihat banyaknya penderitaan yang telah dialami manusia. Terkoyak oleh kelaparan, permukiman yang tidak manusiawi, distribusi kekayaan tidak adil, perusakan lingkungan dan lain-lain. Pertanyaannya dalam hal ini agama bisa apa? Bagaimana umat Islam, Kristen, Budha, Hindu Konghucu melihat dan menjawab permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi? Apakah agama malah akan memperparah sekelumit persoalan-persoalan bumi dengan konflik antar agama?
Untuk menanggulangi sederet permasalahan ini tentunya tidak mungkin hanya di lakukan secara individual ataupun hanya satu kelompok agama saja. Akan tetapi menyelesaikannya hendaknya secarab bersama-sama. Cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan membentuk kesungguhan dan komitmen bersama dalam mewujudkan perdamaian. Nah dalam negara yang Plural dan majemuk, maka sikap dan langkah yang harus diambil oleh pemeluk agama untuk menciptakan kerjasama. Khusus indonesia, yakni:
1. Memahami Perbedaan
Setiap agama memiliki ajaran yang berbeda. Dan setiap agama tidak pernah mengajarkan kejahatan. Dalam perbedaan, setiap Agama harus saling memahami. Bertolak dari pemahaman ini, maka perbedaan akan menjadi hal yang biasa. Sebenarnya tidak perlu terjadi hubungan yang tegang antar para pemeluk agama apapun. Karena sudah terdapat suatu pemahaman dengan yang lain, maka akan nelahirkan sebuah sikap saling pengertian, penghargaan dan penghormatan.
2. Agama Lain Bukan Musuh
Dalam melihat agama yang berbeda keyakinan denganya, umat pemeluk agama tidak boleh menganggap agama lain sebagai musuh yang hendak di binasakan. Anggapan bahwa pemeluk agama lain sebagai suatu ancaman yang akan merusak iman diri sendiri seogyanya dihilangkan. Sehingga ketika ada tempat ibadah, kitab suci ataupun ornament-ornamen agama lain, maka sikap yang harus dimunculka, yaitu dengan menganggap hal itu bukan sebagai unsur yang menggoyahkan iman kita atau menggerus iman kita.
3. Dialog Antar Iman
Dialog adalah langkah yang sangat membantu dalam membangun dan menjalin kerjasama antar iman yang kreatif di berbagai tempat dan waktu. Kompleksitas masalah di indonesia, bukan hanya bersumber dari realita kemajemukan yang terdiri dari pelbagai agama dan keyakinan, suku bangsa, tradisi dan adat istiadat. Melainkan juga masalah-masalah kemanusian, seperti kemiskinan, kerusakan alam dan berbagai persoalan sosial-politik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain.
Oleh sebab itu dialog nantinya bukan saja membahas dogma-dogma, ajaran-ajaran, kebiasaan-kebiasaan dalam beragama, namun juga membahas masalah-masalah kemanusiaan. Kompleksitas itu apabila tidak dikelola secara benar dan bertanggung jawab justru dapat menjadi ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu sebabnya, dialog-dialog yang kreatif sangat dibutuhkan dalam membangun Indonesia.
4. Membangun Kerukunan
Diperlukan interaksi aktif antara berbagai pihak, baik antar umat yang satu keyakinan (seagama) maupun antar umat yang berbeda agama. Interaksi ini harus dibangun di atas landasan niat, baik untuk bekerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera. Dalam menjalin kerukunan umat beragama dapat juga di lakukan denga cara bekerjasama dalam menanggulangi bencana-bencana yang ada.
Sebagai contoh saat meletusnya gunung Sinabung banyak pengungsi Muslim berada di PPWG Zentrum GBKP. Saat itu disana disediakan tempat untuk umat muslim melaksanakan sholat. Artinya, Misi tidak hanya memberitakan injil, melainkan juga membawa damai sejahtera. Sambil merayakan kehidupan bersama umat beragama lain. Itu misi bersama, misi oikumenis di bumi ini.
5. Bumi Milik Bersama yang di Mandatkan Tuhan
Sebagai tempat berpijak yang sama, bumi merupakan tempat kita hidup bersama di dalam satu bumi yang terdapat banyak agama. Dalam hal ini, bumi menjadi terpat berpijak umat-umat pemeluk agama masing-masing untuk beribadah dan untuk melaksanakan misinya. Misi yang di lakukan sesungguhnya bukan hanya untuk memasukan jiwa-jiwa kepada agama tertentu saja, melainkan misi Allah juga untuk merawat alam semesta dan turut mewujudkan syalom Allah di tengah-tengah dunia. Misi Kristen juga termasuk di dalamnya beribadah dalam kehidupan dan pekerjaan.
6. Etik Global tujuan dari Antar Pemeluk Agama
Etik global menjadi bukti bahwa perjumpaan dialog antar iman tidak harus berakhir pada pengkhianatan atas esensi dan eksistensi agama masing-masing. Etik global menunjukkan kemampuan agama-agama untuk hadir dan berkarya bersama-sama ditengah masyarakat dunia. Namun peran agama dalam masyarakat tidak hanya sebatas pada fungsi etisnya. Melainkan agama secara khusus memberi makna bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan bersama dalam ketergantungan pada Allah. Dengan kata lain; dimensi etis dari agama ini perlu didampingkan dan diutuhkan dengan dimensi spritualnya, baik pada arus lokal maupun global.
Penulis, Jonihut Andi Pranata Purba
Mahasiswa STT ABDI SABDA MEDAN jurusan Teologi