Indonesia Sudah Saatnya Bicara dan Didengar Dunia

Oleh: Agung Wibawanto

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Indonesia Sudah Saatnya Bicara dan Didengar Dunia

KilatNews.Co – Rangkaian perjalanan dan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Roma, Glasgow, Abu Dhabi dan Dubai selama sepekan kemarin menunjukkan sudah saatnya kini Indonesia bicara dan didengar dunia Internasional. Tidak hanya dalam skup regional dan nasional saja. Bukan sebatas Asean, bukan Asia Pasifik, bukan hanya untuk negara dunia ketiga (apalagi hanya seputar Petamburan), melainkan dunia.

Peran Indonesia semakin diakui di mata dunia internasional. Hal ini tentu tidak lepas dari gaya dan cara leadership Jokowi dalam memanage antara potensi dan kekuatan alam serta sumber daya manusia di yang kita miliki dengan kebutuhan negara-negara lain. Jokowi dikenal memang lihai mengamati apa dan bagaimana persoalan dunia luar (secara global) serta apa dan bagaimana kekuatan yang dimiliki Indonesia.

Di tengah persaingan ekonomi industri paska perang dingin yang sengit antara kekuatan kiri (sosialis, Rusia dan China) dengan kelompok kanan (liberal, AS dan sekutunya), Indonesia yang dipimpin Jokowi dapat bergerak secara bebas dan lincah seolah tanpa beban apapun. Ya, begitulah gaya kepemimpinan Jokowi yang dikenal lugas tanpa basa-basi tanpa hidden agenda apalagi sekadar politik kekuasaan sesaat.

Baca Juga: 

Hati-Hati, Menayangkan Korban Kekerasan Adalah Kejahatan Visual

Nyaris mendekati lugu namun dunia mengakui dan menghormati bahkan dibuat bertekuk lutut kepada Jokowi. Indonesia kini tidak pernah takut kepada negara besar manapun. China dan Jepang sebagai Naga Asia, meski sebagai pemberi hutang terbesar kepada Indonesia namun tidak mampu mendikte Indonesia begitu saja. Beberapa perjanjian kerjasama mega proyek pembangunan infrastruktur dengan Jepang dapat dibatalkan oleh Jokowi tanpa ragu.

Selisih pendapat soal Teluk Natuna dengan China, dihadapi dengan berani oleh Jokowi. Beberapa negara Eropa (importir) mengancam Indonesia terkait bahan tambang nikel pun dilawan oleh Jokowi yang tidak ingin tunduk dengan keserakahan Eropa. Terakhir, AS dibuat tidak berkutik dengan asset tambang mereka di Indonesia yang diambil-alih Jokowi (nasionalisasi). Australia saat ini pun tidak berani macam-macam lagi memprovokasi soal Papua.

Entah apa rahasianya, negara-negara yang disebut tadi tetap memiliki hubungan yang baik terutama govt to govt (antar pemerintah). Secara pribadi pun, pemimpin negara-negara tersebut memiliki hubungan personal yang akrab dengan Jokowi, bahkan tidak jarang eks PM Australia, Malcolm Turnbull, eks Presiden AS, Donald Trump, Presiden China, Xi Jinping dan pemimpin negara-negara Eropa, banyak yang memuji gaya kepemimpinan maupun kebijakan berani yang diambil Jokowi.

Jokowi sudah dianggap sebagai sahabat dekat bagi mereka pemimpin dunia. Negara-negara di jazirah Arab (Asia Timur) menaruh hormat kepada Indonesia yang dianggap sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Pemerintahan Kerajaan UEA memberikan nama jalan serta hadiah berupa masjid dengan nama Presiden Joko Widodo. Apa yang terjadi ini membuat warga Indonesia yang berada di LN tidak merasa minder lagi, tidak bersifat inlandeer lagi.

Baca Juga:

Soekarno, Tokoh PNI Paling Vokal

Lihat saja bagaimana Malaysia kini begitu mengakui pertumbuhan dan kemajuan ekonomi Indonesia. Beberapa penduduknya sampai iri dan ingin mendapat pemimpin yang menyerupai Jokowi. Jokowi adalah Indonesia dan Indinesia adalah Jokowi, artinya jika mereka melihat karena sosok Jokowi, harusnya dan pastinya mereka juga melihat Indonesia sebagai sebuah bangsa (tidak hanya karena sosok pemimpinnya).

Tentu saja Jokowi bukan malaikat yang tidak pernah salah dan bukan juga Superman yang bisa dengan cepat membantu siapapun yang membutuhkan bantuan. Dia hanya manusia biasa. Namun karena kemanusiaannya itulah orang melihat bahwa Jokowi dan bahwa Indonesia itu tulus. Indonesia itu berarti pula masyarakat atau penduduk yang menetap tinggal di sana. Ya kita semua ini.

Ketika Indonesia sudah bicara, sudah didengar dan sudah berpikir dalam skup dunia, maka kita sebagai masyarakatnya pun kiranya memiliki suatu gerak yang sama. Tidak lagi kok semata bahas hal remeh temeh dan sibuk dema demo yang tidak tahu tujuannya apa dan tidak tahu untuk kepentingan siapa. Kebutuhan dunia sudah menjadi tanggung-jawab kita semua sebagai warga Indonesia. Andai saja hutan Kalimantan dirusak, maka paru-paru dunia pun akan terpengaruh.

Tambang dan kekayaan alam kita dieksplor, dieksploitasi dan dimonopoli untuk kepentingan sepihak, maka pasar tambang dunia pun remuk. SDM Indonesia yang berjumlah besar sebagai bonus demografi (hanya kalah oleh China, India dan AS) juga dibutuhkan oleh banyak negara. Hasil laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya pun banyak digantungi oleh negara-negara lain. Untuk itulah kita bertanggung-jawab bahkan memiliki kewajiban menjaga Indonesia agar tetap utuh solid.

Bersatu padu tidak gontok-gontokan. Menjaga semua kekayaan yang terkandung di dalamnya. Menjaga dan melestarikan semua budaya dan nilai-nilai lokal yang terbukti mampu bertahan di tengah tantangan kecanggihan zaman seperti sekarang ini. Sekali Indonesia hancur, maka dunia pun remuk. Untuk itu jangan sampai ada anasir-anasir kelompok pengganggu yang ingin memporak-porandakan Indonesia. Karena saatnya kini Indonesia melaju kencang dipanggung dunia.

Reporter: KilatNews