Kritik Terhadap Persepsi Ganda Coach Justin

Kritik Terhadap Persepsi Ganda Coach Justin
Kritik Terhadap Persepsi Coach Justin (ilustrasi ©pixabay)

Kritik Terhadap Persepsi Ganda Coach Justin

Kilatnews.coJepang pada dasarnya memang jauh telah berkembang. Mayoritas pemain Jepang adalah yang bermain di klub yang berkompetisi di Eropa. Penulis mengingatkan Kembali, bahwa kekalahan Jepang dengan skor 0-1 dari Kosta Rika adalah keberuntungan bagi Kosta Rika, bukan seperti yang disebutkan Kochi “Jepang ancur-ancuran lawan Kosta Rika yang dibantai tujuh gol oleh Spanyol”.

Lolosnya tim Asia ke babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022 bukan semata keberuntungan, melainkan karena efektifitas kerjasama tim dan strategi maupun taktik yang dilakukan dalam pertandingan. Sebab, jika hanya berdasarkan faktor “Luck” saja, maka tidak akan mungkin tim Asia mampu lolos ke babak 16 besar jika kita lihat dari 3 laga yang telah dijalani di fase grup.

Perkembangan materi dan kualitas pemain Asia yang menjadi faktor paling besar dalam mengantarkan tim Asia ke babak 16 besar. Sebagai contoh, Jepang yang berada di grup bersaing dengan Jerman dan Spanyol.

Seharusnya, paradigma yang dibangun adalah “Mereka hanya sedikit yang bermain regular di klub eropa. Bahkan kebanyakan mereka bermain di liga lokal, kok bisa bersaing dengan Portugal, Uruguay, Spanyol, Jerman dsb”. Atau begini “Mereka gak main reguler di eropa saja bisa bersaing di piala dunia, apalagi kalo banyak dari mereka yang main reguler”.

Untuk lebih detail mengenai tim asal Asia, penulis telah sampaikan di Indoslide.id, “Justinus Lhaksana: Orang Asia Main Badminton Saja

Selanjutnya, mengenai tim Maroko yang disebut Coach Justin bahwa Maroko yang tampil begitu baik di ajang piala dunia 2022 Qatar adalah dikarenakan banyaknya pemain Maroko yang berlatarbelakang telah dilahirkan di Eropa.

Baca Juga: Persepsi Ganda Coach Justinus Lhaksana

Arab Maghrib alias Maghribiy/ Al-Maghrib Al-‘Arabiy, adalah sebutan untuk 5 negara yang terletak di Afrika Bagian Utara, dikarenakan lokasinya yang terletak di bagian barat kompas orang arab terdahulu, wilayah tersebut juga digambarkan sebagai arah terbenamnya matahari.

Adapun 5 negara tersebut adalah Libya, Al-Jazair, Maroko, Mauritania dan Tunisia. Wilayah selain 5 negara tersebut yang juga disebut bagian dari Arab Maghrib adalah;

1. Malta: Negara kepulauan di Eropa Selatan diapit oleh Italia, Libya dan Tunisia.

2. Al-Andalus: Wilayah semenanjung Iberia yang mencakup bagian wilayah di Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar dan sedikit bagian Perancis.

3. Sisilia: Republik Kepulauan yang terletak di bagian Selatan Italia dan di tengah laut mediterania.

Lalu, apa kaitannya dengan ras arab, imigran dan orang pribumi?

Pertama, Justin menyebutkan bahwa para pemain Maroko pada dasarnya adalah orang Eropa yang bersampul Maroko. Padahal, jika kita perhatikan secara historis, banyak orang Spanyol, Portugal dan Italia yang bentuk wajah dan rambutnya adalah khas ras arab dan berbeda dengan orang eropa umumnya.

Salah satu contoh yaitu Xavi Hernandez yang penampilannya seperti orang Arab, bukan orang Eropa. Hal ini disebabkan karena pemerintahan bangsa arab pada abad ke-7 Masehi hingga abad ke-14 Masehi memiliki wilayah yang luas.

Kedua, Hak status kewarganegaraan seseorang atlit sepakbola telah diatur dalam regulasi FIFA, antara lain; a) Pemain yang lahir di negara bersangkutan, b) Ibu atau ayah kandung lahir di negara terkait, c) Nenek atau kakek kandung lahir di negara terkait, d) pemain telah tinggal lama di negara terkait, e) pemain yang telah melakoni pertandingan resmi tidak boleh pindah status timnas, d) dalam hal pemain yang telah membela timnas junior, masih diperbolehkan untuk pindah status timnas lain yang dibela.

Baca Juga: Prediksi dan Link Streaming Piala Dunia 2022

Ketiga, Kualitas para pemain sejatinya haruslah dipandang sama rata, mesipun jika dilihat dari keseluruhan materi pemain, terdapat gambaran tim A lebih unggul dari tim B misalnya. Karena itu, tidak menjadi jaminan apakah tim yang pemainnya tidak terkenal di media, dianggap tidak bisa bersaing.

Pemain yang telah lama berkompetisi di liga yang kompetitif dan telah maju maupun pemain non-pribumi yang telah berhak membela negara yang dia pilih harusnya juga menjadi acuan untuk memperkirakan kekuaatan suatu tim.

Keempat, Tidak bisa dikatakan suatu tim asli atau tidak hanya dilihat dari status imigran, naturalisasi dan lain sebagainya. Intinya adalah pemain memiliki hak untuk membela negara mana yang ia pilih.

Lantas, apakah fair jika saat Jerman berada di 4 besar turnamen atau bahkan juara, kemudian dianggap itu memang kualitas Jerman. Padahal, pemain Jerman banyak dihimpun dari imigran Turki misalnya, begitu juga Perancis, Belanda, dll. Yang skuadnya diisi oleh beberapa pemain yang bukan warga pribumi negara tersebut.

Kelima, Kekuatan dan kuaitas suatu tim selalu dipelintir dengan doktrin persepsi anti-imigran misalnya saat menang “Jerman memang hebat, bukan karena pemain naturalisasi”, namun Ketika Jerman kalah “Pemain naturalisasi tidak sungguh-sungguh bermain untuk Jerman”.

Hal ini senada dengan ungkapan Mesut Oezil, jika Jerman menang maka publik menganggap ia orang Jerman tetapi jika Jerman kalah maka publik menganggap ia orang imigran Turki.

Penulis melampirkan data pemain kunci Maroko yang tampil di Piala Dunia 2022 Qatar berikut ini sebagai perbandingan terhadap pernyataan Kochi.

1. Posisi : Penjaga Gawang
Nama : Yasin Bounou
Lahir : Montreal, Kanada, 1991
Klub : Zaragoza/ Atletico de Madrid/ Girona/ Sevilla

2. Posisi : Pemain Belakang
Nama : Romain Ghanim Saiss (Kapten Maroko)
Lahir : Bourg-de-Peage, Perancis, 1990
Klub : Clermont Foot/ Angers/ Wolves/ Besiktas

3. Posisi : Pemain Belakang
Nama : Noussair Mazraoui
Lahir : Leiderdorp, Belanda, 1997
Klub : Jong Ajax/ Ajax Amsterdam/ Bayern Munchen

4. Posisi : Pemain Belakang
Nama : Nayef Aguerd
Lahir : Kenitra, Maroko, 1996
Klub : Rabat/ Dijon/ Rennes/ West Ham Utd

5. Posisi : Pemain Belakang
Nama : Asyraf Hakimi
Lahir : Madrid, Spanyol, 1998
Klub : Real Madrid/ Dortmund/ Inter Milan/ Paris-SG

6. Posisi : Pemain Tengah
Nama : Hakim Ziyech
Lahir : Dronten, Belanda, 1993
Klub : Heerenveen/ Twente/ Ajax/ Chelsea

7. Posisi : Pemain Belakang
Nama : Asyraf Hakimi
Lahir : Madrid, Spanyol, 1998
Klub : Real Madrid/ Dortmund/ Inter Milan/ Paris-SG

8. Posisi : Pemain Tengah
Nama : Hakim Ziyech
Lahir : Dronten, Belanda, 1993
Klub : Heerenveen/ Twente/ Ajax/ Chelsea

9. Posisi : Pemain Tengah
Nama : Sofyan Amrabat
Lahir : Huizen, Belanda, 1996
Klub : Utrecht/ Feyenoord/ Brugge/ Verona/ Fiorentina

10. Posisi : Pemain Tengah
Nama : Hakim Ziyech
Lahir : Dronten, Belanda, 1993
Klub : Heerenveen/ Twente/ Ajax/ Chelsea

11. Posisi : Pemain Tengah
Nama : Abdel Hamid Sabiri
Lahir : Goulmima, Maroko, 1996
Klub : Nuremberg/ Huddersfield/ Sampdoria

12. Posisi : Pemain Sayap
Nama : Sofiane Boufal
Lahir : Paris, Perancis, 1993
Klub : Lille/ Southampton/ Celta Vigo/ Angers

13. Posisi : Pemain Depan
Nama : Youssef El-Nesyri
Lahir : Fes, Maroko, 1997
Klub : Malaga/ Leganes/ Sevilla

14. Posisi : Pemain Depan
Nama : Abder Razak Hamdallah
Lahir : Safi, Maroko, 1990
Klub : Guangzhou RF/ Al-Rayyan/ Al-Nassr/ Al-Ittihad

Penulis memprediksi 19 November 2022, bahwa Jepang akan lolos sebagai juara grup dan Maroko akan lolos ke babak 16 grup sekaligus berstatus sebagai tim kejutan. Hal ini jauh berbeda dengan prediksi viral yang dilakukan oleh Oxford Mathematic Model.

Prediksi viral Oxford Math, menyebutkan hanya 1 tim asal Asia yang lolos ke babak 16 besar yaitu Iran, sedangkan tim Afrika tidak ada satu pun yang diperkirakan lolos ke babak 16 besar.

Begitu juga prediksi Kochi yang menyatakan Jepang, Korea Selatan, Australia, Arab Saudi, Iran dan Qatar hanyalah tim hiburan yang hanya tampil di putaran final piala dunia 2022 di fase grup saja.

Kochi juga menyebutkan tim Afrika tidak ada hebat-hebatnya. Ia juga memprediksi Jerman masuk ke babak 4 besar, namun Ketika Jerman tidak lolos fase grup, ia beralasan bahwa performa Jerman sedang menurun.

Dengan pencapaian ini, apakah pantas tim Asia dan Afrika dianggap hanya sebagai tim penghibur dan pelengkap kompetisi?

Itulah kritik terhadap persepsi Glganda Coach Justin. Semoga artikel ini bermanfaat bagi penggemar sepakbola.

Imam El-Muttaqin. Penulis Penganmat Sepakbola