OPINI  

Amien Rais: Jangan Pilih Dua Orang yang Keluar Masuk Istana

Amien Rais: Jangan Pilih Dua Orang yang Keluar Masuk Istana
Amien Rais: Jangan Pilih Dua Orang yang Keluar Masuk Istana. (Foto: Tangkapan Layar Youtube Amin Rais Official)

Kilatnews.co Baru saja muncul video pernyataan Amien Rais terkait dengan pemilihan Ketua Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48 yang akan dihelat di Solo, pada tanggal 18-20 November 2022. Dalam Chanel YouTube nya, Amien Rais nenyampaikan:

“Ada 92 calon dilempar ke sidang Tanwir, akan diambil 39, disaring 13 orang saja. Itu bukan cilaka. Silahkan memilih siapa saja, tapi jangan pernah memilih dua nama yang yang terlalu sering keluar masuk istana dan pergi ke lembaga negara.”

Amien tidak menyebut jelas siapa dua nama yang dimaksud. Hal ini dianggap sebagai bentuk intervensi dalam sistem pemilihan nantinya. Reaksi keras muncul dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Jawa Tengah.

Anggota LHKP Pimpinan Wilayah Jateng, Muhammad Fakhrial Aulia, mengatakan video Amien Rais sebagai bentuk intervensi, mencampuri, dan memecah belah Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48 nanti.

“Video tersebut intervensi. Bukti faktual beliau telah mempermalukan diri sendiri dengan mengintervensi muktamirin,” kata kepada media, Jum’at (11/11/2022). Amien sendiri dipandang selama ini tidak istikomah karena terlibat langsung dalam perebutan politik kekuasaan.

Misalkan saja dulu Amien yang pernah menjabat ketua MPR tersebut berhasil menjadi presiden (saat mencalonkan diri dalam gelaran pilpres 2004), dan menguasai istana, apakah Muhammadiyah tidak akan sering-sering keluar masuk istana? Atau mungkin Muhammadiyah menjadi ormas oposisi?

Baca Juga: Gempar, Hubungan Memanas Koalisi Islam, Politik Kontemporer Ala Amien Rais?

Jika dikatakan kader Muhammadiyah tidak boleh sering keluar masuk istana, bagaimana dengan kader Muhammadiyah yang bahkan menjadi menteri ataupun bagian dari penguasa? Sejak Indonesia merdeka dan memiliki pemerintahan, kader Muhammadiyah silih berganti dipercaya menjadi menteri kabinet.

Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kader Muhammadiyah kepada bangsa dan negara. Beberapa diantaranya di era Soekarno tercatat Moeljadi Djojomartono dan Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap. Di setiap era kabinet pemerintahan, Muhammadiyah selalu menyumbang kadernya menjadi menteri, hingga Muhadjir Effendy, Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di era Jokowi.

Sangat jelas arah pernyataan Amien adalah, kader Muhammadiyah yang saat ini (pemerintahan Jokowi) yang dianggap terlalu dekat dengan istana. Mengapa demikian? Karena sejak awal Jokowi memerintah, Amien Rais selalu berada dalam posisi oposisi. Oposisi yang tidak biasa karena sangat membenci Jokowi hingga berusaha menurunkannya.

Entah mengapa Amien sangat membenci pemerintahan Jokowi. Dan terlebih kepada Jokowi pribadi. Tidak hanya dia, bahkan anak-anaknya seperti mewarisi dendam ayahnya, terutama Hanum Rais, yang pernah secara vocal mengkritisi Jokowi. Namun kini, tidak ada lagi dari anak-anak Amien Rais yang bersuara. Bak raib, mereka menghilang pamornya. Tinggallah Amien sendiri.