Kilatnews.co – Tahun 1950-an menjadi tahun paling berat bagi Republik Indonesia dalam mengawal cita-cita kemerdekaanya. Di tahun ini banyak sekali muncul peristiwa pemberontakan besar terjadi baik di Jawa, Sumatra, atau Sulawesi.
Tepat pada tahun 1950 bergema pemberontakan massif di Sulawesi Selatan. Momen itu dikenal sebagai Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), dimana Kahar Muzakkar adalah tokoh utama dibalik pemberontakan ini. Kahar memimpin kelompok gerakan yang bernama Komando Gerilya Sulawesi Selatan atau KGSS dan melakukan berbagai kekacauan di Sulawesi Selatan.
Sebagai catatan, Kahar Muzakkar melakukan pemberontakan sebanyak dua tahap. Pada 1950-1952 merupakan tahap pemberontakan pertama. Sedangkan 1953-1965 merupakan pemberontakan kedua.
Pada tahap pemberontakan pertama (1950-1952), Kahar Muzakkar dan kelompoknya, menggunakan Pancasila sebagai ideologi gerakannya. Pemberontakan tahap pertama ini mulanya di awali atas rasa kekecewaan Kahar Muzakkar atas ditolaknya permintaan untuk digabungkanya KGSS ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat. Tidak hanya itu, pada saat yang bersamaan, ia menggalang massa untuk melakukan pemberontakan di tahap berikutnya.
Pada tahap pemberontakan kedua (1953-1965), sentimen politiknya berubah menjadi ke dalam ranah Ideologi. Dimana dalam salah satu misinya adalah untuk mencipatkan Revolusi Islam. Sebagai tindak lanjut atas aksi pemberontakan yang dilakukan Kahar Muzakkar, pemerintah pusat langsung mengirimkan operasi militer ke Sulawesi Selatan.
Kronik Baku Tembak Brimob dalam Operasi Pemberontakan Kahar Muzakkar
Dikisahkan saat siang menjelang sore, angin di wilayah Kendari terasa mati. Walau panas matahari sudah mulai redup tapi angin terasa tak bersahabat. Arak-arakan terlihat satu pleton Brimob Pelopor masih berjalan dengan tetap waspada dalam posisi pasukan siaga. Danton tiba-tiba berlari kedepan dengan senjata Carabin disandang ke belakang, baru saja ia melangkah dua langkah mendahului pasukan.
“Dor!….dor!”
Terdengar suara letusan senjata dari dalam hutan. Sontak Komandan memberi komando aba-aba “Sergapan!”. Segera pasukan Pelopor Brimob menyebar dengan posisi siap tempur tanpa tiarap namun tetap dalam doktrin jangan menembak sebelum melihat musuh. Saat ditunggu beberapa menit tak ada lagi suara tembakan, lalu anak anak Pelopor Brimob merangsek masuk hutan.
Baca Juga: Sejarah Pasukan Elit Majapahit dan Korps Bhayangkara
Satu orang anggota menjadi pelacak kemana larinya penyergap tadi. Setelah dua jam raid kedalam hutan, Anggota terdepan yang menjadi pelacak tadi lapor bahwa ada pasukan didepan jarak 200 meter. Lalu Danton memberi aba-aba dengan kode tangan untuk menyebar sejajar dan posisi siap tempur.
Saat jarak pasukan dalam jarak tembak, lalu muncul aba-aba tembak. Sambil maju perlahan dengan senjata yang dihadapkan ke depan, pasukan Brimob Pelopor masuk langsung ke jantung pertahanan musuh. Pecahlah pertempuran singkat sore itu dikawasan hutan Kendari, hasilnya 3 orang gerombolan musuh tewas tertembak sedang sisanya lari ke hutan.
Pasukan Ranger sempat Kewalahan
Pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi melibatkan juga pasukan Ranger Pelopor Brimob dalam mengatasinya. Namun rupanya pasukan Kahar adalah pasukan yang ulet dan punya pengalaman tempur tinggi karena rata-rata mereka adalah pejuang kemerdekaan dan pernah bertempur di Jawa.
Musuh yang tangguh ini sempat membuat pasukan Resimen Pelopor kewalahan. Pasukan Kahar Muzakar tidak pernah memaksakan diri untuk melakukan serangan frontal, biasanya mereka menentang “perang 5 menit” dengan cara menghadang pasukan TNI atau Brimob yang tengah berpatroli. Setelah kontak tembak beberapa kali, lalu kemudian menghilang sebelum dibalas.
Baca Juga: Sejarah POLRI dan Warisan Semangat Kemerdekaan
Namun rupanya gaya patroli tempur Resimen Pelopor yang dinamis dan senantiasa bergerak di waktu malam juga menyulitkan pasukan Kahar ini. Karena pasukan Resimen Pelopor menggunakan taktik tempur andalan mereka yakni bergerak di waktu malam, tidak pernah membentuk bivak di satu tempat yang sama, bahkan dalam satu malam posisi bivak bisa pindah 4 sampai 5 kali.
Teknik seperti ini mempersulit pihak lawan dalam melakukan penghadangan dan dibuktikan dalam beberapa kesempatan pasukan Resimen Pelopor berhasil menjebak bivak pasukan Kahar Muzakar dan menyerang pos-pos kecil itu untuk melumpuhkan mereka.
Namun demikian, karena pasukan Kahar Muzakar sangat menguasi medan pertempuran dan hutan di Sulawesi, maka mereka dapat mengundurkan diri dari pertempuran dalam waktu singkat.