Apakah Pendidikan di Indonesia Sudah Aman dari kekerasan seksual?

Oleh : Tias Aderma

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Apakah Pendidikan di Indonesia Sudah Aman dari kekerasan seksual?

KilatNews.Co Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting bagi putra-putri anak bangsa, karena majunya pendidikan merupakan sumber kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas juga meningkatkan (SDM) Sumber Daya Manusia.

Selain itu, anak bangsa juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dari segi materi pembelajaran, ilmu sosial dan ketrampilan.

Namun apakah di Indonesia pendidikan sudah aman dan nyaman?

Seperti yang kita tahu, banyak sekali kasus-kasus pelecehan terhadap anak terutama di kalangan perempuan. Tidak hanya di sekolah umum, namun ada juga sekolah Islam yang menjadi sorotan dan menjadi perbincangan karena kekerasan seksual. Diduga salah satunya terjadi di pondok pesantren Tahfidz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School Cibiru Bandung, yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren itu sendiri. Sampai saat ini  diketahui korban mencapai 13 anak dan 8 anak diantaranya hamil dan melahirkan.

Awal mulanya seseorang mengunggah kasus pelecehan seksual tersebut di akun twitternya pada tanggal 8 Desember 2021 yang isinya:

“Teman2, saya mau ngetwit yg serius.Ini cerita yg sedih bgt ttg kekerasan seksual di bandung yg dilakukan o/ pengasuh pesantren.kebetulan skrg saya msh di bandung. Saya menulis ini dg gemetar krn marah & sedih bgt. Sedih bgt krn membayangkan para korban @tunggalp @KomnasPerempuan,” dikutip dari akun Twitter @nongandah.

Para santriwati yang ada di pondok pesantren yang seharusnya aman, tetap saja menjadi korban pelecehan. Dapat kita lihat pula kekerasan seksual bukan hanya karna semata-mata lingkungan pergaulan ataupun pakaian yang digunakan namun hal ini dapat terjadi dimana pun kapan pun dan oleh siapapun.

Lalu seperti apa budaya organisasi didalam pondok pesantren itu sendiri?

Setiap lembaga organisasi pasti memiliki budaya organisasi yang diterapkan oleh warganya, salah satunya adalah pondok pesantren, setiap lembaga juga memiliki ciri khas dan budayanya sendiri.

Budaya organisasi juga merupakan upaya agar suatu lembaga organisasi lebih terorganisir, norma, nilai budaya dan pegangan dalam menjalankan kewajibannya. Budaya organsisasi dapat menjadi ciri khas lembaga yang menjadikan nilai jual atau nila promosi dalam menarik hati masyarakat. Seperti halnya pondok pesantren Al-Ikhlas, namun sebelum itu pondok pesantren Tahfidz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School Cibiru memiliki visi dan misi sebagai berikut:

VISI

  • Menghasilkan lulusan cerdas, beriman dan bermanfaat dengan menegakan syariat Islam.

MISI

  • Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan cerdas, beriman dan bermanfaat dengan menegakan syariat Islam.

Ma’had Al-Ikhlash [Ma’had Pasir Impun] sebagai lembaga dibawah binaan Yayasan Kita Muslim, didirikan dan dirancang sebagai salah satu sarana pendidikan alternatif dengan moto “Ma’had Diniyah ‘n Life Skill Boarding School” yang terdiri dari pendidikan usia dini (TP/ TK Al-Quran), Madrasah Ibtidaiyyah (MI), pendidikan Menengah Pertama (Wasith), dan Pendidikan Menengah Atas (Ally), yang memadukan unsur-unsur pendidikan umum, diniyah dan lifeskill.

  1. Ma’had Al-Ikhlas Pasir Impun merupakan lembaga pendidikan SDM umat yang berbasis pendekatan rahmatan lil’alamin.
  2. Sebagai wadah sinergi umat yang berkualitas namun terjangkau oleh seluruh elemen umat melalui 2 potensi umat
  3. Pengkaderan dakwah Islam

Lalu bagaimana budaya organisasi di dalamnya?

  1. Terdapat budaya kemandirian, yang ditujukan kepada warga pesantren Al-Ikhlas, warga pesantren di wajibnya mampu bertanggung jawab dengan dirinya sendiri seperti halnya. Mengatur keperluan sekolah, mencuci pakaian sendiri, dan solidaritas antar siswa dan pengajar.
  2. Budaya kedisiplinan, peserta didikmauun pengasuh pondok diwajibkan untuk disiplin dalam belajar, berjamaah, dan lain sebagainya. Seperti contoh jam belajar dan tempat belajar, siswa dan pengajar haru dating tepat waktu dan sesuai dengan ruangan.
  3. Budaya dan etos kerja didalamnya, santri santri dan pengajar tidak hanya berfokus pada satu bidang saja, namun di tuntut untuk kreatif, dan saling menghargai perpebadaan pendapat orang lain.
  4. Budaya saling menghormati, budaya ini dijaga betul agar terpelihara akhlak. Seperti halnya hormat menghormati hal ini harus di mulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Karena apabila kita menghormati orang lain makan orang lain juga akan menghormati kita. Budaya ini diterapkan oleh, guru, pembimbing, orang tua, santri dan satriwati dan warga yang ada di dalam pondok pesantren Tahfidz Al-Ikhlas, Yayasan Manarul Huda Antapani dan Madani Boarding School Cibiru.

Kurikulum Ma’had Al-Ikhlash sendiri, yakni menggunakan perpaduan kurikulum Diknas dan pondok pesantren (Diniyyah) serta LifeSkill.

Adapun pelajaran unggulan Ma’had Al-Ikhlash adalah :

  1. Tahfidz (hafalan) Al-Quran.
  2. Kemampuan Bahasa.
  3. Aqidah, Akhlaq, Fiqih dan Tafsir Al-Quran.
  4. LifeSkill

Dapat kita liha, bahwa pondok pesantren ini tidak hanya menciptakan generasi bangsa yang pandai dalam Pendidikan Agama Islam yang unggul dalam hafalan Al-Quran, namun juga mampu bersaing dalam kemampuan sehari-hari yang dapat diasah di dalam pondok seperti komputer dan menjahit.

Dengan demikian pondok pesantren yang memiliki budaya organisasi, dan lingkungan yang baik pun masih ada celah di dalamnya untuk melakukan kekerasan seksual.

Lantas apa saja upaya kita dalam menjaga lingkungan pendidikan dapat aman dan nyaman bagi anak-anak bangsa?


Tias Aderma. Penulis adalah Mahasiswa Manajemen Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Reporter: KilatNews

Tag