Keberadaan Sastra di Era Milenial
Oleh : Danu Darpito
KilaNews.Co – Dalam bahasa Indonesia, kata “sastra” biasa digunakan untuk menyebut “” atau jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra adalah ekspresi ekspresi manusia dalam bentuk karya tulis atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, perasaan dalam bentuk imajinatif, refleksi realitas atau data asli yang dibungkus dalam kemasan estetika melalui media linguistik.
Karya sastra merupakan ekspresi pribadi manusia berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, semangat keyakinan dalam bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona alat kebahasaan dan dapat dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Menurut Sumardjo & Saini (1997: 3) berpendapat bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak generasi milenial yang beralih dari sastra karena harus menikmati karya sastra berupa buku, buku dan buku yang terkesan sangat membosankan. Sejalan dengan perkembangan teknologi seperti memutar balik arah pandang generasi milenial kembali ke sastra.
Menurut Ainiyah, 2018: 223. Menjelaskan Generasi millenial merupakan generasi pengguna media sosial, baik untuk kepentingan pribadi, kelompok, ekonomi, eksistensi bahkan pencarian informasi. Tentu saja para generasi milenial yang sangat familiar dengan teknologi internet dimana handphone dengan sistem android menawarkan fitur dan aplikasi yang memudahkan mereka untuk mengakses informasi sesuai yang mereka inginkan. Generasi milenial tidak dapat terlepas dari media sosial. Media sosial merupakan salah satu anak dunia maya yang kini telah menjadi trend yang berdampak begitu kuat terhadap perkembangan pola pikir manusia. Sejak usia dini para generasi milenial sudah mulai mahir dalam menggunakan internet sebagai kebutuhan mendasar,
Dengan berkembangnya teknologi, popularitas sastra di era milenial ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan kreativitas anak-anak milenial yang semakin banyak mengembangkan karya sastra melalui teknologi sebagai sarana untuk mengembangkan popularitas sastra. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya karya sastra lisan dan tulis yang dihasilkan dalam bentuk digitalisasi sastra. Wadah-wadah pendigitalisasian sastra yang digunakan saat ini yaitu berupa aplikasi Wattpad, PlukMe, Cabaca, dan Webtoon bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat menulis para generasi milenial. Platform di berbagai media social terbuka untuk siapa saja yang dapat membuat akun dan menulis untuk diri mereka sendiri.
Namun seiring perkembangan teknologi dan komunikasi pada zaman ini tidak dibarengi dengan minat membaca pada sastra di generasi milenial, kebanyakan dari mereka tidak memanfaatkan teknologi yang ada. Mereka seakan termanjakan dengan teknologi yang telah diciptakan saat ini. Walaupun begitu, menurut Budi Darma (Saputa, 2018), sastrawan yang juga Guru Besar Universitas Negeri Surabaya mengatakan, anggapan banyak anak muda tidak suka membaca itu tidak sepenuhnya betul. Dia mengatakan “Anak-anak muda ini sekarang berdiri di atas dua kaki. Yang pertama mereka sangat pandai dalam mengoperasionalkan gawai. Yang kedua mereka juga suka membaca buku, meskipun buku yang dibaca masih sesuai dengan umurnya, atau sesuai dengan selera masing-masing “.
Maka dari itu, pada era milenial ini para generasi muda sejak usia dini harus sudah dibiasakan dalam membaca atau membuat karya-karya sederhana yang dapat melatih mereka dalam menulis karya sastra. Dengan perkembangan teknologi saat ini, para generasi milenial seharusnya sudah dapat memahami manfaat positif dari karya sastra yang sudah ada pada media social. Untuk mendorong minat generasi milenial dalam membaca dan menulis karya sastra memerlukan perhatian dari orang tua dan sekolah.
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan pihak sekolah dapat membuat anak semakin kurang pedulinya mereka terhadap karya sastra. Padahal dengan mengenali mereka dengan suatu karya sastra dapat mengembangkan bakat mereka. Oleh karena itu, pihak sekolah dan orang tua harus bekerja sama dalam meningkatkan membaca dan menulis karya sastra sejak usia dini sampai dewasa. Jika sang anak mampu mengembangkan bakat menulisnya, itu akan memberi manfaat bagi mereka dan pihak sekolah juga dapat mengasah bakat anak tersebut agar mampu mendulang prestasi bagi sekolah ataupun dirinya.
Danu Darpito. Penulis adalah Mahasiswa aktif program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tinjauan Pustaka
Zahra Mugny Aulia, “Sastra di Tangan Generasi Millenial”
Kreskit PBSI, “Sastra Cyber sebagai Eksistensi Generasi Milenial dalam Mengembangkan Literasi”
Analisa.id, “Sastra Di Zaman Milenial”
Banten News, “Membumikan Sastra Bagi Generasi Milenial”