Filosofi Manajemen Risiko

Oleh : Annisa Aprilianti NA

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kilatnews.co- Risiko seringkali muncul karena adanya lebih dari satu pilihan dan dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui dengan pasti. Iya, sebagaimana tidak pastinya masa depan. Selalu ada opportunity cose yang membututi setiap pilihan yang kita diambil.

Dengan demikian risiko bisa didefinisikan sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian. Tentunya berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan, atau dampak negatif lainnya yang merugikan bagi pengambil keputusan.

Baca Juga:

Risiko Marger Bank Syariah Menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI)

Begitulah definisi klasik dari risiko. Dari definisi diatas, maka risiko mengandung beberapa deimensi yang meliputi biaya peluang, potensi kerugian atau dampak negatif lainnya. Dari berbagai dimensi inilah, risiko diukur, ditimigasi, dan dimonitor selama proses bisnis berjalan.

Bentuk-bentuk Risiko

Salah satu prasyarat untuk mengelolah risiko dengan baik adalah dengan memahami bentuk-bentuk risiko. Risiko dapat diklafisikasikan bedasarkan penyebab terjadinya, atau dampak yang ditimbulkan. Bedasarkan penyebab terjadinya, risiko dibagi menjadi dua, yaitu risiko non bisnis dan risiko bisnis. Kemudian oleh Bank Indonesia melalui PBI Nomor 12/23/PBI/2011, risiko ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis risiko, yakni risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil, dan risiko investasi.

Baca Juga:

Risiko Strategis Bank Syariah

Sementara itu, bedasarkan dampaknya, risiko dibagi menjadi dua. Pertama, risiko Unik yang dampaknya hanya ditanggung oleh proyek, bank, atau institusi tertentu. Kedua, risiko pasar yang dampaknya menyebabkan terjadinya efek domino.

Prinsip kepatuhan syariah yang harus dijalankan oleh Bank Islam. Salah satunya adalah terhindarnya setiap kontrak yang dibuat dari berbagai penyakit, seperti riba, ketidakjelasan, penipuan, judi, dan pemaksaan. Kontrak yang mengandung gharar pasti akan menimbulkan risiko bagi bank.

Tahapan Manajemen Risiko

1. Manjemen Risiko Sebagai Proses Berkelanjutan

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, dalam menghadapi risiko Bank Islam perlu memiliki berbagai amunisi mulai dari pengelolaan risiko, mengidentifikasi, mengukur dan memitigasi risiko, melakukan pengawasan, serta melakukan pelaporan implementasi manajemen risiko yang telah dilakukan.

2. Membangun Filosofi dan Budaya Organisasi

Proses manajemen risiko harus dimulai dengan membangun budaya organisasi, menanamkan filosofi, dan mengintegrasikan visi dan misi ke dalam sistem yang ada. Yang lebih penting dalam proses manajemen risiko, yaitu membangun kesadaran dan budaya kerja berbasis pengendalian risiko.

3. Membangun Komitmen Manajemen Puncak

Perlu dingat bahwa manajemen risiko pada perbankan islam tidak mungkin berjalan dengan efektif, apabila  lingkungan disekitarnya tidak memiliki kesadaran tinggi akan risiko yang bisa muncul kapan dan dimana saja. Untuk mencapai efektivitas, maka diperlukan satu sistem manajemen risiko yang membudaya, mulai dari level komisaris dan direksi sampai ke struktur terbawah pada institusi perbankan syariah.

4. Menyiapkan Sistem Bank Data yang Memadai

Tujuan proses manajemen resiko itu sendiri agar sistem menjadi lebih baik dan sempurna dalam menghadapi tantangan zaman. Tercapai atau tidaknya tujuan itu, sangat bergantung pada kesiapan sistem bank data, kecukupan sistem teknologi informasi, perangkat lunak dan keras, kedisiplinan dalam mencatat setiap kejadian risiko, kecukupan standar pelaporan, serta terbangunnya prosedur analisis dan evaluasi secara berkala dan kontinue.

5. Mengukur dan Menyajiakan Risiko

Setelah melakukan identifikasi, risiko perlu diukur secara konsisten dan disajikan kealam bentuk yang mudah dipahami. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menyusun matriks risiko.

6. Mitigasi Risiko

Setelah diidentifikasi dan diukur, diharapakan risiko dapat ditekansebisa mungkin. Namun, bila ternyata risiko tetap terjadi, maka perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi agar dampak yang ditimbulkan risiko tersebut bisa diminimalisasi sekecil mungkin. Setelah mitigasi dilakukan, semua risiko perlu didokumentasikan.

7. Pengawasan Praktik Manjemen Risiko

Pengawasan atas keseluruhan proses dan tahapan ini dilakukan secara berkesinambungan dan terdokumentasi. Dengan demikian tahapan manajemen risiko telah dilakukan sepenuhnya.

Relevansi Risiko dan Tingkat Imbal Hasil Usaha 

Keuntungan yang halal merupakan keuntungan yang terjadi karena ada nilai tukar, atau nilai tambah yang diberikan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa adanya risiko yang ditanggung, adanya kewajiban yang dikenankan, serta adanya usaha atau kerja yang diberikan.

Keuntungan hanya bisa diakui kehalalannya bila disertai dengan adanya risiko, usaha, dan kewajiabn yang dilakukan. Prinsip ini sejalan dengan sabda Nabi  Muhammad SAW (keuntungan menyertai risiko) dan (pendapatan diperoleh dengan menanggung suatu keawajiaban).

Manfaat Mengelola Risiko

Jika bank islam mampu mengelola risikonya dengan andal dan profesional, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh, adalah sebagai berikut:

  1. Bank dapat terhindar dari berbagai kerugian yang tidak diperlukan
  2. Keberlangsungan bisnis bank lebih terjamin
  3. Proses bisnis bank berjalan sesuai rencana
  4. Terbangunnya reputasi (positif) bank dimata Masyarakat

Annisa Aprilianti NA. Penulis adalah Mahasiswi Perbankan Syariah STEI SEBI Depok