Kilatnews.co – Ekonom senior Faisal Basri menegaskan bahwa Indonesia masih aman dari resesi ekonomi bukan karena hebat. Hal itu katanya, bisa terjadi karena Indonesia kurang terhubung atau less connected dengan dunia.
“Indonesia itu bukan karena hebat, tapi less connected terhadap apa yang terjadi di dunia,” tegas Faisal pada acara diskusi di ASA Indonesia, Jumat (21/10).
Karena itulah katanya, pemerintah harus hati-hati. Ia mengatakan risiko makroekonomi Indonesia sekarang ini memang tergolong medium. Sekarang, tingkat inflasi Indonesia masih terbilang rendah karena berada di kisaran 5,44 persen.
Tapi katanya, itu bukan berarti Indonesia memiliki risiko yang rendah. Karena itulah, ia meminta pemerintah mempersiapkan diri agar ancaman resesi yang mengintai ekonomi global tidak menjalar ke Indonesia.
“Risiko resesi memang tidak cukup besar. Namun kalau salah kelola, persiapan untuk menghadapi yang terburuk itu akan belum siap,” ujar Faisal.
Peringatan ia sampaikan karena kalau sampai ekonomi dunia anjlok seperti 2008, Indonesia bakal pulih terakhir ketika dunia sudah masuk tahap pemulihan.
Bayang-bayang resesi mengintai ekonomi dunia akibat lonjakan inflasi di sejumlah negara yang dipicu perang Rusia-Ukraina. Meski demikian, Presiden Jokowi tetap percaya diri Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5 persen atau bahkan di atas 5,4 persen pada kuartal III 2022.
Krisis global juga disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menggambarkan prospek perekonomian dunia sedang gelap atau dalam kondisi tidak baik. Alih-alih menunjukkan perbaikan, kondisinya malah semakin mengalami penurunan.
“Prospek ekonomi global tidak baik, mengalami penurunan. Kalau menggunakan bahasa IMF itu adalah gelap dan gelapnya makin pekat,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (21/10/2022).
Hal ini ditunjukkan oleh inflasi yang melonjak karena harga komoditas masih tinggi. Kondisi ini membuat kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas yang menyebabkan penguatan dollar Amerika Serikat (AS).
Koreksi pertumbuhan ekonomi terjadi di semua negara. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan ekonomi dunia di level 3,2% pada 2022 dan menurun jadi 2,7% di 2023.
Dalam situasi ini, posisi Indonesia disebut dalam kondisi lebih baik. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 diproyeksikan di atas 5,5% dan keseluruhan tahun 5,3%.
“Pertumbuhan ekonomi masih kuat, APBN kita dalam posisi recover sesudah mengalami gejolak atau guncangan karena pandemi dan ini dipakai untuk melindungi masyarakat yang juga mengalami guncangan akibat kondisi dunia,” pungkas Sri Mulyani.