OPINI  

Sertifikasi Politikus

sertifikasi politikus
Ilustrasi: (Mustafa Kücük - v. Gruenewaldt dari Pixabay)

Sertifikasi Politikus
Oleh : Agung Wibawanto


Kilatnews.co- Mengapa banyak masyarakat gerah dengan gelar, status, sebutan POITIKUS? Dalam pengertian luas, politikus adalah orang yang tengah memainkan peran poitik. Apa itu POLITIK? Politik adalah sebuah proses untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dengan menganalisa masalah yang ada, mencari jalan keluar lalu bertindak memperjuangkan hingga mencapai tujuan.

Lalu siapakah POLITIKUS itu? Tidak lain setiap kita adalah politikus (ingat zoon politicon). Ingin mendapatkan pacar baru perlu berpolitik, ingin mendapatkan kerja yang baik juga berpolitik, ingin mendapatkan barang berkualitas tapi dengan harga murah pastilah berpolitik, ingin hidup di lingkungan aman dan nyaman tentu berpolitik, dan ingin-ingin lainnya.

Baca Juga:

Oposisi itu Bernama Rocky Gerung

Namun yang banyak diketahui awam bahwa politikus itu manusia “busuk” (seburuk-buruknya makhluk). Mereka itu adalah orang yang menjabat atau memiliki kedudukan tinggi baik di parpol, pemerintahan, dan parlemen (baca: kekuasaan). Tentu politikus yang satu ini tidak seperti pengertian di atas (meski trik-trik atau cara yang digunakan bisa saja sama).

Yang satu ini memiliki pengertian yang sempit, yakni pelaku politik praktis atau politik kekuasaan. Lantas apakah masyarakat salah memiliki pandangan demikian? Masyarakat bodoh dan apolitis? Tunggu dulu…. Simpel saja, ini teori aksi reaksi dan sebab akibat. Mengapa masyarakat berpandangan negatif kepada politikus, karena politikus saat ini cenderung belum memberi kontribusi yang signifikan kepada rakyat pemilihnya.

Baca Juga:

Meraba Denyut Eksistensi Mahasiswa Di Masa Pandemi

Tentu tidak bisa dipukul rata semua politikus berperilaku buruk, makanya saya memilih diksi “cenderung” (tidak mutlak). Seperti yang pernah saya katakan, pada akhirnya setiap manusia itu hanya memiliki dua wajah, yakni: baik dan buruk. Tidak peduli posisinya sebagai apa di muka bumi ini, pastilah kita akan dilihat antara baik dan buruk. Di segala urusan di muka bumi ini selalu ada manusia baik dan manusia buruk.

Mengapa POLITIKUS yang paling disorot, ya jelas karena mereka orang-orang istimewa. Orang istimewa karena mendapat pekerjaan yang tidak sulit tapi dibayar mahal (paling-paling cuma 5D: datang, duduk, diam dengkur dan duit), mendapat fasiltas istimewa, mendapat perlakuan istimewa, mendapat perhatian istimewa, mendapat kewenangan super istimewa…

Baca Juga:

Presiden Jokowi Jangan Termakan Agenda Konyol Buk Mega!

Setiap manusia istimewa pastilah mendapat sorotan yang lebih dari manusia lainnya, termasuk sang POLITIKUS juga doyan memperhatikan atau rela menjadi penggembira dari manusia istimewa lainnya. Kalau seorang guru harus diuji kompetensinya hanya untuk menambah lembaran rupiah dalam bentuk gaji dan tunjangan (itu pun belum apa-apa sudah diprotes oleh PGRI, khawatir yang tua-tua akan tersisih), lantas apa kompetensi seorang POLITIKUS sesungguhnya?

Pernahkah mereka diuji dan lolos seleksi (baru seleksi lho, belum kelulusan)? Mengapa tidak dipraktikkan hal yang sama seperti guru atau pun calon kepala sekolah yang berjuang demi sertifikasi? Coba kita uji kompetensinya sehingga akan terlihat mana POLITIKUS yang bangsawan dan negarawan, dan mana POLITIKUS yang kekanak-kanakan hanya suka mengeluh, protes dan senang bila bertemu dengan orang ngetop.