Serat Jongko Joyoboyo: Potret Tragedi Kehidupan dalam Bait-Bait Serat ‘Jaman Edan’

Serat Jongko Joyoboyo: Potret Tragedi Kehidupan dalam Bait-Bait Serat ‘Jaman Edan’
Serat Jongko Joyoboyo: Potret Tragedi Kehidupan dalam Bait-Bait Serat ‘Jaman Edan’. (Foto: Wikipedia)

Kilatnews.co Beberapa sumber pustaka menyebutkan bahwa Serat Jongko Joyoboyo yang asli baru muncul sekitar tahun 1618. Namun, Serat Jongko Joyoboyo yang akan dikaji dalam tulisan ini didapatkan dari versi transliterasinya yang ditemukan pada perpustakaan naskah Jawa digital, yaitu Alang-Alang Kumitir.

Meskipun awalnya berbentuk manuskrip kuno, tapi sudah sering dilakukan transliterasi atau penerjemahan dan penyuntingan, bahkan karya tulis dari hasil penelitian-penelitian terhadap Jongko Joyoboyo.

Dalam tulisan ini akan mengurai beberapa fakta tragedi yang sering terjadi sekarang. Tentunya berdasarkan pada apa yang telah diketahui dan dituliskan oleh Joyoboyo dalam Serat Jongko Joyoboyo.

Serat Jongko Joyoboyo merupakan Serat kuno yang masih terkenal di masyarakat hingga kini. Dikatakan sebagai Serat, dikarenakan didalamnya mengandung ajaran-ajaran dari leluhur yang mengarahkan pada jalan kebaikan.

Baca Juga: Nasihat-Nasihat Agama dalam Naskah Qashidah Burdah Karya Imam Syarafuddin Al-Bushiri

Jongko Joyoboyo ini dibuat dalam tradisi tulis dengan aksara Jawa Kuno. Sesuai dengan namanya Serat Jongko Joyoboyo, dibuat oleh raja dari kerajaan Kediri yang bernama Joyoboyo.

Raja Joyoboyo sendiri merupakan seorang raja yang terkenal dengan kemampuannya dalam mengetahui hal-hal yang belum dan akan terjadi di masa mendatang. Joyoboyo juga sering melakukan kegiatan meditasi, sebelum menuliskan Serat Jangka Joyoboyo.

Hampir semua peristiwa yang ditulis oleh Joyoboyo dalam Serat ini, terbukti benar terjadi di masa kini. Judul dari Serat Jongko Joyoboyo ini adalah ‘JAMAN EDAN’, yang berarti zaman gila atau waktu gila.

Dari judul saja, kita sudah dapat dilihat bahwa isi dari Serat ini, menceritakan kejadian-kejadian di zaman sekarang yang penuh kegilaan. Dalam artian, merujuk pada keanehan (sesuatu hal yang bobrok) tapi nyata dan ada (dilakukan oleh manusia).

Tragedi kehidupan pertama yang disebutkan dalam serat tersebut adalah mengenai keserakahan manusia. Hal ini mengakibatkan adanya peristiwa saling bunuh-membunuh, dan disebutkan pula para petani yang diikat. Petani merupakan sumber penghasil makanan pokok yang sudah mulai jarang saat ini.

Terbukti di zaman sekarang, lahan persawahan semakin sedikit, sehingga membuat bahan pokok mulai langka bahkan harganya pun menjulang tinggi. Kejadian ini menyebabkan manusia berpikir jalan lain yang penuh kecurangan hanya sekadar untuk bisa makan, seperti mengambil barang milik orang tanpa izin (maling). Para petani diikat agar mereka bisa merampas hasil panen dengan penuh keserakahan.

Dalam Serat Jongko Joyoboyo ini memang disebutkan lebih dari sekali bahwa kejahatan lebih utama. Maksudnya, hal-hal yang berbau jahat sering dilakukan bahkan itu dibenarkan di zaman sekarang.

Disebutkan kembali orang yang benar itu akan kalah dan kesepian. Hal ini berarti menjadi orang benar di zaman sekarang akan lebih sulit dibanding menjadi orang jahat.

Baca Juga: Kajian Tauhid dan Sirahnabawiyah dalam Naskah Nadzom Aqidatulawam

Adapun kebohongan dalam hal apapun yang sering dilakukan banyak manusia di zaman sekarang. Disebutkan bahwa seorang pemimpin pun berbohong karena tidak menepati janjinya. Begitu pula dengan manusia-manusia lainnya yang sering melakukan penipuan demi keuntungannya sendiri.

Tragedi berikutnya adalah peristiwa orang makan orang. Peristiwa ini sudah ada di zaman sekarang sejak beredarnya berita Sumanto atau bahkan sebelumnya. Ia menjadi terkenal karena diberitakan suka memakan daging manusia. Akan tetapi hal ini masih jarang terjadi dan dianggap aneh. Bisa saja jika bahan makanan di dunia sudah benar-benar habis atau mengalami kelangkaan, peristiwa orang makan orang ini menjadi hal yang malah sering dilakukan banyak orang.

Selain orang makan orang, di dalam Serat ini juga disebut sesama teman pun bisa saling bermusuhan. Bahkan antar keluarga saling menyiksa. Ada ayah yang tega meninggalkan anak dan ibunya. Seorang anak yang berani memukuli ibunya. Hal-hal tersebut sudah biasa menjadi kisah tragis di dunia masa kini.

Tragedi wanita hamil di luar nikah dengan usianya yang masih sangat belia juga disebutkan Joyoboyo di dalam bait Seratnya. Banyak wanita yang memurahkan harga dirinya dengan rela untuk laki-laki. Laki-laki juga tega menghamili wanita kemudian tidak mau bertanggungjawab. Sampai berakibat pada munculnya istilah ‘masih bayi, gendong bayi’, yang artinya masih kecil sudah memiliki anak.

Baca Juga: Pendekatan Pragmatik terhadap Puisi Sapardi “Yang Fana Adalah Waktu”

Beberapa tragedi yang semacam ini dapat terjadi karena jauhnya manusia dengan Tuhannya. Manusia di akhir zaman seperti sekarang ini lebih mementingkan kesibukannya terhadap urusan yang hanya untuk dunia semata. Sedangkan untuk urusan akhirat yang kekal nantinya malah ditinggalkan.

Menjadi seorang manusia yang bertuhan tentunya memiliki kewajiban untuk selalu taat beribadah kepada Tuhannya. Karena sesungguhnya hal inilah yang akan menjadi pelindung dari segala peristiwa buruk yang dapat dialami diri setiap manusia kapan saja. Manusia di zaman sekarang tidak akan pernah tahu secara jelas apa yang akan terjadi kepada dirinya, entah itu peristiwa komedi atau tragedi. Di dalam Serat ‘Jaman Edan’ ini, Joyoboyo menuliskan tragedi-tragedi yang diramalkannya akan terjadi di masa depan.

Berdasarkan pengamatan terhadap dunia saat ini, masa depan yang dimaksud oleh Joyoboyo sepertinya akhir zaman seperti sekarang ini. Sebab, tragedi-tragedi tersebut kini telah banyak terjadi di sekitar kehidupan manusia. Entah kebetulan ataupun bukan, yang pasti tidak sepatutnya untuk terlalu mempercayai ramalan secara berlebihan. Jadi lebih baik untuk terus mendekatkan diri kepada kebaikan.

Itulah Serat Jongko Joyoboyo: Potret Tragedi Kehidupan dalam Bait-Bait Serat ‘Jaman Edan’. Semoga artikel ini bermanfaat.

Nurul Fauziyah. Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta