KilatNews.co – Pernyataan M. Fihiruddin yang disampaikan melalui media sosial terkait kehadiran Tuan Guru Fatihin di Kampanye Akbar pasangan Lalu Iqbal-Dinda pada 21 November 2024, tampaknya memerlukan perhatian lebih, terutama jika ditinjau dari konteks politik lokal saat ini. Sikapnya tidak hanya tidak merepresentasikan Abituren Nahdlatul Wathan, tetapi juga membuka kemungkinan adanya motif politik tertentu yang perlu diwaspadai.
Pernyataan Fihiruddin, yang bernada provokatif dan menyerang pasangan Iqbal-Dinda, menunjukkan ketidaksetiaan terhadap ketentuan dan ketetapan organisasi Nahdlatul Wathan. Hal ini secara langsung bertentangan dengan prinsip dasar bahwa setiap kader Nahdlatul Wathan wajib setia dan tunduk pada segala bentuk instruksi yang dikeluarkan oleh organisasi. Sikap seperti ini dapat dianggap sebagai pelanggaran serius yang mencederai komitmen bersama dalam mendukung pasangan yang telah resmi mendapatkan dukungan PBNW.
Lebih jauh lagi, pernyataan Fihiruddin secara tidak langsung dapat diartikan sebagai pengingkarUmuman terhadap garis perjuangan Nahdlatul Wathan. Dengan menyampaikan pendapat yang berseberangan dengan instruksi organisasi, Fihiruddin bukan hanya mempertanyakan integritasnya sebagai bagian dari keluarga besar NW, tetapi juga menunjukkan bahwa dirinya tidak lagi sejalan dengan visi dan misi organisasi. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah sikap ini sengaja diambil demi keuntungan politik calon lain yang mungkin ia dukung?
Sebagai pencinta setia dan kader Nahdlatul Wathan, kita memahami bahwa organisasi ini selalu menjunjung tinggi prinsip musyawarah, ketaatan, dan disiplin terhadap keputusan yang telah ditetapkan secara kolektif. Mendukung pasangan Iqbal-Dinda bukan hanya sebuah pilihan, tetapi juga merupakan bagian dari langkah strategis PBNW untuk memastikan keberlanjutan visi dan misi organisasi dalam membangun masyarakat NTB yang lebih baik.
Pernyataan sepihak seperti yang dilakukan oleh Fihiruddin berpotensi merusak kesolidan internal dan menciptakan persepsi negatif di kalangan jamaah NW. Apalagi jika hal ini dilandasi oleh kepentingan pribadi atau afiliasi politik tertentu, maka sikap ini tidak hanya melanggar adab organisasi tetapi juga mencederai kepercayaan yang telah diberikan kepada setiap kader untuk menjaga persatuan.
Sebagai pencinta setia dan kader Nahdlatul Wathan, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga persatuan, mematuhi instruksi organisasi, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Pernyataan provokatif seperti ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak melukai keharmonisan internal organisasi.
Mari kita jadikan momen ini sebagai pelajaran bersama. Jangan sampai perpecahan kecil dimanfaatkan oleh pihak luar untuk melemahkan kekuatan kita sebagai kader Nahdlatul Wathan. Dukungan terhadap pasangan Iqbal-Dinda adalah bagian dari ikhtiar besar untuk membangun NTB yang lebih baik di masa depan.
MUHAMMAD HATTA, SH
Pengamat Politik