Perbedaan Berita Kejadian dengan Berita Cerita

Perbedaan Berita Kejadian
Ilustrasi @https://pixabay.com/

Satupun jurnalis tidak ada yang melihat. Aneh kan? Ketiga, foto yang ditunjukkan justru mencurigakan dan menggelikan. Hanya menunjukkan muka mobil dengan plat Kedubes yang dilingkari, serta seorang wanita bule berada di depan markas. Siapa pun bisa membuat foto seperti itu untuk merekayasa bahwa benar Kedubes Jerman pernah datang ke rumah/kantor saya. Mengapa tidak ada foto saat pertemuan di dalam markas? No pict is hoax. Itu sudah hukumnya netizen.

Lalu tentu saja cerita atau penjelasan yang diberikan Munarman sangat tidak jelas. Tidak disebut siapa nama perwakilan Kedubes Jerman itu, berapa orang yang datang, apa yang disampaikan, apa hasil kunjungan dsb.

Munarman seperti diketahui,  saat itu tengah sibuk bikin framing untuk menunjukkan FPI itu pahlawan dan aparat serta pemerintah Indonesia itu penjahat. Hal ini pun sama dengan video viral yang beredar yakni tertangkapnya 3 anggota BIN.

Mereka diceritakan mengintai kediaman Rizieq di Megamendung. Video tersebut lemah sekali untuk dijadikan fakta berita dan pihak BIN sudah menyatakan bahwa itu hoaks.

Tujuan utama framing Munarman ini ya seperti yang disampaikannya sendiri. Ia mengatakan, “Perhatian Internasional terhadap kasus extra judicial killing enam syuhada akan berdampak pada reputasi Indonesia di dunia internasional,” bebernya.

Di sini jurnalis harusnya tidak semata menayangkan ‘omongan’ saksi atau narasumber (terlebih saksi yang berasal dari satu pihak). Pewarta dituntut mengungkap apa yang terjadi sebenarnya dengan melakukan cross check kepada pihak yang disebutkan. Sesuai atau tidak dengan klaim yang terlebih dahulu dilontarkan? Jika benar, maka jawab semua keraguan dari pertanyaan publik. Dan jika tidak benar, gali lagi mengapa melakukan rekayasa cerita? Apa tujuannya?