Seputar Pameran Dokumentasi Komite Hijaz dan Poin-Poin Pentingnya
Oleh: Aguk Irawan MN
Kilatnews.co – Sebagai bagian dari Peringatan satu abad NU, Lesbumi dan LTNU berencana mengadakan pameran terkait dokumentasi Komite Hijaz yang rencana diselenggarakan pada 5-6 Februari 2023 di Pendopo Kabupaten Jombang dan Hotel Shangrila Surabaya.
Tentu kabar ini sangat menggembirakan bagi nahdliyin, terutama yang punya minat bidang sejarah, dan bagi penulis sendiri, ini sangat istimewa setidaknya dengan beberapa alasan. Pertama, ketika penulis mengumpulkan data untuk menulis novel sejarah Penakluk Badai, Biografi Hadratussyaikh Hasyim Asyari, data primer seputar ini masih belum begitu signifikan.
Kedua, kebetulan penulis terlibat dalam kepenulisan biografi salah satu sosok yang berjasa di Komite Hijaz dan sampai sekarang masih dalam kendala data. Ketiga, ketika penulis membaca buku Unwan al-Majd fi Tarikh al-Najd, karya Ibnu Bisyr, penulis semakin penasaran apa dan bagaimana gerakan Komite Hijaz sehingga sejarahnya tak bisa dilepaskan dari perjalanan Islam Sunni dunia dan selalu beririsan dengan wahabisme.
Qadarullah, sekitar enam bulan yang lalu, seorang teman, yang selama ini menjadi mitra diskusi terkait dengan manuskrip Nusantara, Kang Diaz Nawaksara (Ajengan Didin) memperlihatkan data yang amat menarik terkait dengan Komite Hijaz dan sejarah lahirnya NU.
Baca Juga: 25 LINK Twibbon Gratis Satu Abad NU, Bisa Kamu Coba
Dari tangannnya yang dingin itu penulis mendapatkan dan bisa ikut membaca lembar demi lembar dokumen Swara Nahdlatul Oelama (S.N.O) yang ketika harian itu terbit telah ikut menjadi bagian dan membersamai lahirnya NU (terbit medio 1926-1930an). Lalu apa saja yang menarik dari dokumen ini:
Pertama, Nahdlatul Ulama didirikan tidak hanya sebagai respon atas maraknya gerakan anti tradisi yang terjadi di Jawa, tetapi para Ulama juga menanggapi situasi di tanah Hijaz yang dimonopoli oleh kelompok pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahhabi).
Kedua, Para Ulama di Jawa membentuk suatu kepanitiaan untuk mengirimkan utusan ke Mu’tamar Islam Dunia tahun 1926, yang ditunjuk yaitu KH. Adbul Wahab Chasbullah dan Syekh Ghanaim Almisri. Panitia itu diberi nama Komite Hijaz.
Ketiga, Panitia Komite Hijaz mengundang para ulama tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya untuk membahas usulan-usulan yang akan dibawa ke Hijaz, serta wadah organisasi yang menaunginya. Kemudian disepakati 6 poin usulan dan wadah organisasi yang menanunginya dengan nama Nahdlatul Ulama
Keempat, Rapat NU pertama menunjuk Raden KH Asnawi sebagai utusan ke Hijaz, tetapi tidak jadi berangkat karena ketinggalan kapal atau disinyalir oleh gerapan spionisme dari pemerintah Hindia Belanda, akhirnya tahun 1926 NU hanya mengirim Telegram ketengah-tengah Muktamar.
Baca Juga: 8 Ide Bisnis Inovatif untuk Menjadi Wirausaha Sukses
Lima, karena selama 2 tahun tidak ada jawaban dari Hijaz, akhirnya NU mengirim kembali utusan pada tahun 1928 dengan maksud dan tujuan yang sama yaitu menyampaikan 6 aspirasi yang sudah dirancangnya sejak awal yang akan diusulkan kepada Pemerintah Ibnu Saud.
Enam, dari dokumen Komite Hijaz ini, publik bisa mengetahui peran masing-masing ulama Muasiss NU, misal Mbah Wahhab sebagai penggerak dan inisiator, Mbah Dahlan Kebondalem, Hasan Gipo, dan saudaragar-saudagar lain sebagai donatur, Mbah Abdul Halim Leuwi Munding sebagai asisten setia mbah Wahab sekaligus juru tulisnya, sehingga ia dipercaya sebagai pengganti jabatan redaktur SNO ketika utusan komite Hijaz berangkat ke Makkah. Lalu peran Hadlratus Syekh Hasyim Asyari sebagai sosok terdepan sekaligus penentu arah kebijakan organisasi yang mana setiap keputusannya selalu diambil atas tujuh dasar dan pertimbangan yakni Quran, Hadits, Ijma, Qiyas, Istikharah, Ummat, dan Negara.
Tujuh, dari dokumen Komite Hijaz ini pula kita bisa mengetahui konteks internasional yang melatar belakangi berdirinya NU, tujuan berdirinya NU, kenapa diberi nama NU, siap saja tokoh yang terlibat, bagaimana proses internasionalisasi Nahdlatul Ulama melalui gerakan Propaganda dan debat terbuka.
Delapan, hal yang tidak kalah penting adalah kita bisa mengambil hikmah dan teladan dari semangat para ulama yang pergerakannya tidak setengah-setengah, berani konfrontatif terhadap kelompok mayoritas yang jelas-jelas bertentangan dengan asas-asas agama dan bangsa. Meneladani sikap mbah Wahhab yang seperti tidak pernah takut menghadapi badai dan rintangan di saat berdakwah dan menyuarakan asas-asas Nahdlatul Ulama.
Demikian beberapa poin dari dokumen Komite Hijaz yang pernah kami bahas bersama, dan tak dinyana, hanya dalam hitungan minggu, naskah ini sudah selesai ditranslitrasi dan diterjemahkan oleh Kang Diaz Nawaksara, dan penulis kira kita semua perlu berterimakasih pada ketekunannya. Wallahu’alam bishawab.
Makkah, 31 Januari 2022