Membentuk Karakter Anak Melalui Sastra Anak

Oleh: Maulida Meisya Rinjani

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Membentuk Karakter Anak Melalui Sastra Anak

KilatNews.Co- Nilai karakter merupakan wujud berpikir dalam perilaku yang khas pada setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat bangsa maupun negara.

Nilai karakter sebagai modal utama dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat menentukan kualitas, dan produktivitas manusia saat menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurunnya nilai karakter dikhawatirkan dapat menyebabkan rendahnya kualitas dan produktivitas kehidupan masa depan bangsa.

Karena itu, pendidikan karakter di rumah, sekolah dan masyarakat perlu dibentuk dan dibina sejak dini, karena usia dini merupakan usia masa-masa kritis bagi pembentukan karakter.

Pesatnya perkembangan zaman pada saat ini membuat beberapa karakter anak mulai berubah karena mereka mulai mengenal teknologi, bahkan mereka pun mahir menggunakannya. Seiring dengan terjadinya hal tersebut, pengetahuan anak pun berkurang dan nilai-nilai moral mereka pun juga menghilang. Untuk itu, diperlukan adanya pendidikan karakter bagi anak sedari dini, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

Banyak sekali cara bagi seorang guru ataupun orang tua untuk membentuk karakter anak, salah satunya ialah mengurangi aktivitas bermain gadget atau media elektronik, lalu mulai mengenalkan sastra kepada anak.

Sastra merupakan ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama dengan plot, dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Sastra digunakan untuk memenuhi kepuasan rohani penulis dan para pembacanya. Bentuk kepuasan ini dapat diwakilkan melalui penggunaan bahasa yang bermakna kesenangan, kesedihan, kekecewaan, maupun ungkapan lain yang memiliki nilai keindahan, namun terdapat pula sastra yang diperuntukan khusus untuk anak agar anak lebih mudah memahaminya, dikemas dengan bahasa yang unik serta alur cerita yang imajinatif akan membuat anak lebih tertarik dengan sastra ini.

Menurut Puryanto (2008:2) Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 3-12 tahun, lalu Hunt juga berpendapat bahwa sastra anak sebagai buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak.

Dapat disimpulkan bahwa sastra anak ialah sastra yang dibuat khusus dan cocok untuk anak-anak yang berusia 3-12 tahun, berisi tentang cerita yang akrab dengan anak-anak agar mereka dapat terhibur dengan membaca cerita-cerita tersebut.

Banyak cerita yang disuguhkan dalam sastra anak ini, contohnya cerita binatang (fabel), cerita rakyat, dongeng pengantar tidur, dan cerita-cerita fiksi imajinatif lainnya. Lalu, bagaimana caranya membentuk karakter anak melalui sastra anak?

Ada berbagai contoh keadaan yang menunjukkan kondisi dan aktivitas bersastra anak yang dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari, salah satunya ialah ketika anak menjelang tidur, ibu menceritakan dongeng kepada sang anak, lalu saat guru bercerita kepada murid-muridnya di depan kelas, atau saat anak menceritakan kepada orang-orang tentang buku yang telah dibacanya. Semua yang dilakukan itu ialah aktivitas bersastra anak. Demikian juga nyanyian, tembang-tembang dolanan, rengeng-rengeng, gambar-gambar objek atau aktivitas menarik dengan sedikit tulisan adalah termasuk dalam sastra anak.

Pada nafas ini, maka dapat disimpulkan bahwa sastra anak merupakan suatu yang amat akrab dengan masyarakat sekaligus dapat dijadikan sarana untuk menanam dan memupuk, serta untuk mengembangkan berbagai nilai yang ingin diwariskan kepada anak yang bertujuan untuk pembentukan karakter.

Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai yang dianggap baik oleh keluarga, masyarakat, dan bangsa. Sastra anak mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak dari segi emosional, intelektual, imajinasi, rasa sosial dan religius, kemampuan mengeksplor, perkembangan bahasa, keindahan, wawasan multikultural, dan kebiasaan membaca.

Sastra anak khususnya yang berupa cerita fiksi, dongeng, fabel, dan lain-lain menampilkan model kehidupan dengan mengangkat tokoh-tokoh cerita sebagai pelaku kehidupan itu. Sebagai seorang manusia tokoh-tokoh tersebut dibekali sifat, sikap, watak, dan seorang manusia biasa. Anak dapat memahami dan belajar tentang berbagai aspek kehidupan lewat apa yang diperankan oleh tokoh tersebut, termasuk berbagai motivasi yang dilatari oleh keadaan sosial budaya tokoh itu (Darma, 1992:88). Baik secara pikir maupun emosi, kognitif maupun afektif, anak akan ikut terbawa arus cerita sehingga, baik penderitaan maupun kebahagiaan tokoh yang diempatinya seolah-olah menjadi penderitaan dan kebahagiaan dirinya. Melalui sastra, daya imajinasi dan rasa estetis anak dapat dikembangkan.

Jadi melalui cerita sastra, anak-anak diharapkan dapat mengembangkan potensi intelektualnya. Ketika mereka diajak membaca karya sastra, mereka dapat diajak berpetualang melalui pengalaman-pengalaman tokoh yang bergerak dalam berbagai peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita dan dalam kegiatan belajar mengajar sastra di kelas, guru diharapkan dapat membimbing anak dalam mengajar sastra dengan kegaiatan serta pembelajaran yang menyenangkan. Contoh: menebak cerita detektif, memprediksi cerita, dan menemukan bukti. Selain itu, anak juga bisa mengembangkan bahasa melalui kata-kata, nyanyian, dan lirik lagu. Bacaan sastra yang baik untuk anak adalah bacaan yang memilki struktur kalimat yang sederhana dan diksi yang mudah dipahami oleh anak.

Melalui sastra anak ini, bahasa berperan penting dalam menentukan tingkat pemahaman anak terhadap sastra. Peranan bacaan sastra selain membentuk kepribadian anak, dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu anak dan dapat mengembangkan karakter anak.

Selain cara-cara di atas, masih banyak cara-cara lain yang dapat digunakan oleh pendidik atau orang tua dalam mengembangkan karakter anak melalui sastra anak ini. intinya peran orang tua dan guru sangat penting dalam karakter anak, lalu diperlukan juga bimbingan dan pengertian kepada anak dalam memperkenalkan kepadanya suatu cerita dan diharapkan nantinya mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Tinjauan Pustaka

Djihadah, Nuryati. 2018. Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Anak. https://banten.kemenag.go.id/det-berita-peran-sastra-dalam-pembentukan-karakter-anak.html diakses pada 13 Oktober 2021.

Farahiba, Ayyu Subhi. 2017. Eksistensi Sastra Anak dalam Pembentukan Karakter Pada Tingkat Pendidikan Dasar. Jurnal Waskita, Vol. 1, No.1

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak dan Pembentukan Karakter. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Edisi Khusus Dies Natalis UNY

Reporter: KilatNews