Memaknai Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono

Memaknai Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono

Memaknai Puisi “Aku Ingin” Karya Sapardi Djoko Damono

Oleh: Niken Rahma Sari


KilatNews.Co Sapardi Djoko Damono atau lebih hangat dengan sebutan eyang merupakan seorang sastrawan hebat Indonesia, yang selalu menenangkan hati para penikmatnya dengan menciptakan puisi-puisi romantis yang penuh dengan aroma cinta dan pengorbanan orang yang dicintainya.

“Aku Ingin” adalah salah satu karya Sapardi Djoko Damono. Puisi ini lahir pada tahun 1989 ketika sang istri penyair jatuh sakit.

Puisi selalu bermakna dan mendalam, sehingga pecinta puisi harus bisa menerjemahkan sebanyak mungkin. Puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono adalah jenis puisi sastra modern atau baru yang tidak terikat oleh kaidah. Penyair ingin mengatasi batas ini untuk mencintai orang yang dicintainya.

Menurut Kosasih (2012) puisi merupakan sastra yang didalamnya terdapat kata-kata indah dan penuh dengan makna. Tujuan puisi adalah untuk menyajikan dan mengabadikan pengalaman nilai tertentu (Doyin, 2008).

Oleh karena itu, puisi sering disebut sebagai luapan emosi penyair. Puisi juga sangat memukau semua pecinta puisi, karena biasanya dibumbui dengan majas dan bahasa yang sangat ekspresif.

Secara sederhana, puisi ini bermakna kerinduan yang begitu dalam dari sang penyair untuk mencintai kekasihnya apa adanya dengan segala keterbatasan yang ada padanya. Sang penyair ingin mengatasi batas ini untuk mencintai orang yang dicintainya. Cinta dihadirkan dengan wajah yang sederhana, moderat dan bijaksana.

Berikut ini merupakan syair puisi karya Supardi Djoko Damono yang berjudul “Aku Ingin”.

Aku ingin mencintaimu

Dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat

Diucapkan kayu kepada api

Yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu

Dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat

Disampaikan awan kepada hujan

Yang menjadikannya tiada

Pertanyaan yang seringkali mengganggu pikiran kita (pembaca dan penikmat) puisi adalah apa makna puisi itu? Apa yang bisa dipelajari dari puisi tersebut?

Makna ini berasal dari syair “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”. Selain itu, makna ini turut dipertegas dengan syair “dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”. Dari sudut pandang tertentu, kedua syair ini dapat diartikan sebagai perasaan cinta, yang lebih baik diungkapkan dalam tindakan nyata daripada hanya kata-kata semata saja.

Menurut pandangan penulis, puisi ini menyampaikan perasaan penyair yang ingin membuktikan cintanya kepada orang yang dicintainya melalui tindakan, tanpa menggunakan kata-kata atau gerak tubuh belaka, bahkan jika itu sangat bersemangat. Saat membaca puisi ini, kita bisa merasakan suasana romantis dan emosional yang dikandung penyair. Lewat syair “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”, sang penyair menyampaikan ketulusan hatinya untuk mencintai sang kekasih.

Lebih lanjut, penyair juga menggunakan majas yaitu majas personifikasi pada syair “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”.

Dengan syair ini, penyair suka membandingkan cinta mirip dengan hujan yang turun di bumi. Awan tidak memberikan sinyal, tetapi ia dapat memberi berkah kepada orang dengan hujan yang mengguyur bumi. Seperti halnya dengan cinta. Cinta tidak membutuhkan sinyal atau kata-kata yang terlalu besar, tetapi tindakan yang dapat membuktikan kasih cinta itu unik dan nyata.

Dari penjelasan di atas, apakah anda sudah bisa lebih memahami makna puisi tersebut? Apakah sama dengan apa yang anda tangkap setelah memahami isi puisi? Jika ternyata anda memiliki arti yang berbeda, tidak apa-apa. Namun, makna sebuah karya itu kembali kepada orang yang menafsirkannya. Bahkan bisa sangat berbeda dengan apa yang ingin disampaikan oleh sang penyair.

Tapi disinilah letak keindahan seni. Setiap orang bebas untuk menafsirkan apa yang mereka rasakan dan memaknainya kepada diri mereka sendiri.