Gempar, Hubungan Memanas Koalisi Islam, Politik Kontemporer Ala Amien Rais?
Oleh : Agung Wibawanto
Bak hubungan suami istri dalam rumah tangga, akan kah masa-masa bulan madu Amien Rais (AR) dan Rizieq Shihab (HRS) segera berakhir? Seperti diketahui sebelumnya, AR dikenal sangat dekat dengan HRS di beberapa momen politik beberapa tahun terakhir. Mereka terlihat selalu bersama-sama seiya-sekata dan berposisi melawan pemerintahan Jokowi. Namun dua minggu ini netizen tengah ramai membahas perseteruan AR-HRS. Apa pasal?
Rupanya, AR dikabarkan sempat mengeluarkan statmen bahwa TNI dan Polri tidak terlibat dalam kasus penembakan laskar khusus FPI di Tol km 50 beberapa waktu lalu.
Pernyataan tersebut disampaikan politisi senior AR yang juga inisiator TP3 dalam jumpa pers peluncuran Buku Putih TP3 yang disiarkan di YouTube, Rabu (7/7/2021). AR menjelaskan, yang disajikan dalam buku putih tersebut adalah fakta-fakta objektif.
Baca Juga:
Sebagian besar berdasarkan data dari sumber primer. Di antaranya hasil wawancara dengan saksi yang berani bersuara, wawancara dengan keluarga korban dan fakta-fakta dari video dan sebagainya.
“Setelah membaca dengan baik buku putih ini, secara kelembagaan ini penting, Polri dan TNI sama sekali tidak terlibat dalam skenario maupun implementasi dari pelanggaran HAM berat itu, alhamdulillah kira bersyukur ya,” kata Amien.
“Jadi teman-teman TNI dari tiga angkatan dan teman-teman Polri, Anda memang tidak terlibat baik skenario apalagi pelaksanaan. Jadi kita bangga alhamdulillah tulang punggung keamanan bangsa namanya Polri dan tulang punggung pertahanan namanya TNI itu tidak terlibat sama sekali,” sambungnya. Tentu saja pernyataan AR ini langsung diamini oleh Menkopolhukam, Mahfud MD.
Karena sesuai dengan pembahasan dalam pertemuan antara TP3 dengan presiden, sudah disampaikan bahwa Komnas HAM telah bekerja, dan merumuskan bahwa tidak terjadi pelanggaran berat HAM dalam kasus tersebut.
Namun begitu, Presiden mempersilahkan TP3 membuat langkah hukum jika memang ditemukan dan memiliki bukti baru. “Terima kasih, Pak Amien, atas sportivitasnya mengumumkan temuan TP3 tentang terbunuhnya 6 laskar FPI, bahwa tidak ada keterlibatan TNI-Polri”.
Pernyataan Mahfud Md itu, disampaikan melalui akun twitter nya, Kamis (8/7/2021). “Artinya peristiwa bukan pelanggaran HAM berat, melainkan kejahatan biasa. Pelanggaran HAM berat itu melibatkan aparat secara terstruktur dan sistematis,” tambahnya.
Sebaliknya, pernyataan AR membuat HRS dan Tim Hukum FPI mencak-mencak. AR dianggap blunder oleh HRS. Ia beserta tim hukum FPI menolak keras dan sama sekali tidak bisa menerima pernyataan itu.
Rizieq menilai pernyataan Amien Rais sangat prematur. Menurut dia, hal itu dapat merugikan korban dan keluarga 6 anggota laskar FPI yang tewas dalam kasus Km 50.
“Bahwa pernyataan Amien Rais sangat merugikan tim dan korban serta keluarganya, sebaliknya untungkan pihak lawan,” lanjutnya. Melalui kuasa hukumnya, Rizieq berpendapat bahwa pernyataan Amien Rais bisa menjadi bumerang bagi TP3. Selain itu juga dinilai kontraproduktif.
“Bahwa pernyataan Amien Rais jadi bumerang bagi TP3, karena Amien Rais ada dalam Tim TP3 dan pernyataan tersebut bisa menguatkan skenario rezim via polisi bahwa tragedi Km 50 hanya pelanggaran kriminal biasa. Hal ini jelas kontraproduktif, sehingga jadi celah dimanfaatkan lawan, sehingga rezim via Menko Polhukam Mahfud Md langsung kesenangan dengan pernyataan Amien Rais tersebut,” lanjutnya.
Baca Juga:
“Karenanya, HRS menolak keras pernyataan Amien tersebut demi tegaknya keadilan bagi korban dan keluarganya. HRS tetap mendukung dan mengapresiasi kerja TP3 untuk menyeret semua yang terlibat tanpa terkecuali ke pengadilan HAM nasional maupun internasional, karena merupakan pelanggaran HAM berat dan kejahatan kemanusiaan luar biasa,” kata Aziz Yanuar (kuasa hukum), dalam Maklumat Tim Advokasi Habib Rizieq Shihab yang diunggahnya melalui WhatsApp Story, Senin (19/7/2021).
Politik adalah seni, demikian bagi sebagian kalangan memaknai pembenaran dari sepak-terjang apa yang mereka lakukan demi mencapai goal-nya. Politik seperti itu jika dijalankan secara lurus dan ajek, atau konsisten dan konsekuen, mungkin akan menjadi benar (dibenarkan/positif).
Namun jika politik/seni tersebut diartikan dapat berbelok-belok, berubah-ubah, berdrama, berdua-muka, saling berkelindan bahkan saling menjatuhkan, maka itu yang berbahaya (negatif).
Yang diperdebatkan netizen ada dua perkara, yakni: terkait bagaimana kelanjutan hubungan AR-HRS yang dulunya mesra tapi kini memanas, dan juga soal ada apa dibalik pernyataan AR yang seolah mesra dengan pemerintah padahal dulunya selalu keras menentang dan berseberangan? Adakah semua ini terhubung dengan agenda 2024? Koalisi Islam yang tengah dirintis sudah layu sebelum berkembang (AR menganggap HRS “sudah habis”)?
Atau, Partai Ummat yang baru saja didirikan AR mulai menjajaki pendekatan ke “calon yang direstui Jokowi”, atau juga agar calonnya direstui Jokowi?
Semua asumsi dan segala analisa sangat mungkin bisa terjadi dan benar adanya. Bahkan jangan kaget, bisa pula terjadi perubahan-perubahan sikap di tengah jalan, mengingat politikus kita banyak yang baperan (ngambek jika gak cocok dan cepat ambil kesempatan jika ada peluang, oportunis).
Ibaratnya, biduk rumah tangga AR-HRS baru sebatas memanas belum bercerai. Masih ada peluang rujuk ataupun berdamai. Tapi bisa juga justru tambah memanas seiring dengan kerasnya konstelasi politik terkini.
Sebaliknya, “perselingkuhan” ataupun PDKT yang tengah dilakukan AR kepada Jokowi apakah benar tulus dari hati atau hanya drama dan ada unsur kepentingan yang diperjuangkan? Mari membahas namun tidak perlu memaksakan pendapat.
Agung Wibawanto, Penulis adalah Jurnalis dan Pengamat Sosial