Drama: Eksistensi dan Manfaat Seni Pertunjukan di Sekolah
Oleh: Ridho Hafiedz
KilatNews.Co – ‘’Dunia adalah panggung sandiwara, dan drama adalah bagaimana manusia berlakon.’’
Begitulah kutipan yang sering didengar pada sisi kehidupan, dinyatakan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia adalah karakter dalam sebuah teks drama yang sedang berlakon.
Memantik pernyataan tersebut memang ada benarnya, menurut (Moulton melalui Harymawan, 1993:1) bahwa pada hakikatnya drama adalah (life presented in action), yaitu kisah hidup yang dilukiskan melalui gerakan yang disajikan dalam bentuk tindakan.
Dasar dari drama adalah konflik kemanusiaan yang menjadi perhatian umum dan menarik untuk disaksikan. Dasar tersebut disebut sebagai (the law of drama), atau aturan yang biasanya terdapat pada sebuah drama, dimana menurut (Ferdinand Brunetiere melalui Harymawan, 1993: 9) bahwa setiap lakon terdapat dua posisi karakter yang saling beroposisi, yaitu karakter yang baik atau disebut sebagai protagonis dan karakter yang tidak baik atau disebut antagonis.
Seni drama sebenarnya memiliki dua kedudukan yaitu pada cabang kajian sastra atau seni pertunjukan. Drama dikatakan sebagai cabang kajian sastra dikarenakan sebelum adanya peristiwa pertunjukan drama, terlebih dahulu adalah sebuah lakon atau teks drama yang notabene termasuk ke dalam sebuah karya sastra. Lalu, dikatakan sebagai seni pertunjukan menurut (Brahim, 1968: 52) karena drama adalah cerita yang dipentaskan atau dipertunjukan di atas panggung oleh pelakunya untuk menjadi bahan tontonan untuk penonton.
— ‘’Lalu sebenarnya apa definisi drama secara umum?.’’
Definisi Drama dan Macam-Macamnya
Definis secara etimologi dinyatakan bahwa drama berasal dari bahasa Yunani yaitu (draomai) yang memiliki arti bertindak, berlaku atau beraksi.
Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Endraswara (2011, hlm.180) kata drama berasal dari Yunani, yaitu (dran) yang memiliki arti melakukan sesuatu.
Berdasarkan penjelasan dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), drama didefinisikan sebagai komposisi syair dan prosa yang menggambarkan suatu kehidupan dan karakter melalui tindakan dan dialog yang dipentaskan.
Selain itu juga didefinisikan sebagai sebuah cerita yang melibatkan konflik dan emosi yang disusun untuk dipertunjukan kepada penonton.
Sedangkan menurut ahli salah satunya adalah menurut (Budianta dkk, 2002, hlm. 95) menyatakan bahwa drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan antara tokoh-tokoh yang ada. Begitulah definisi dari drama yang dikemukakan dari beberapa sumber berupa pendapat ahli atau dalam KBBI.
Macam-macam genre pada drama, adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan bentuk sastra: drama prosa dan drama puisi.
- Berdasarkan sajian isinya: tragedi, tragekomedi dan komedi.
- Berdasarkan kuantitas kecakapannya: pantomim, minikata dan monolog.
- Berdasarkan pengaruh unsur seni lain : opera, sendratari dan tablo.
- Berdasarkan bentuk lainnya: drama absurd, drama baca dan drama borjuis.
Eksistensi Drama di Sekolah
Pengajaran drama di sekolah bisa diterapkan melalui pembelajaran teori drama atau pengajaran dalam bentuk apresiasi dan ekspresi drama. Melalui pembelajaran teori drama dapat mendukung peserta didik dalam mengembangkan kognitif terhadap pembelajaran drama. Cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan memberikan kemampuan dasar dan pengetahuan tentang analisis drama dan unsur pembangunnya.
Oleh karena itu pengenalan terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik perlu diajarkan agar peserta didik memahami apa saja unsur pembangun pementasan drama.
Pemberian kemampuan dasar, nantinya pengetahuan ini dapat mendorong peserta didik ke arah memberikan apresiasi dan ekspresi drama. Apresiasi dan ekspresi menuntut dan memiliki manfaat untuk pengembangan afektif peserta didik.
Apresiasi dan ekspresi adalah proses kreatif yang dilakukan dengan cara membaca, menonton kemudian mementaskan drama ke dalam panggung. Hal ini juga terkait dengan pemberian respon positif peserta didik terhadap pengarang dan hasil karya drama yang diciptakannya.
Sejatinya eksistensi kegiatan pembelajaran drama di sekolah sangat penting untuk diterapkan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam dunia pendidikan setiap peserta didik tidak hanya dituntut untuk mengembangan aspek kognitif saja, tetapi afektif dan psikomotorik juga perlu diterapkan.
Kegiatan pembelajaran drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dan ekstrakurikuler teater di sekolah bisa menjadi wadah, bagi perkembangan seni pada jenjang sekolah. Tak hanya itu, pembelajaran drama sekaligus menjadi wadah minat dan bakat peserta didik yang terutama memiliki kecintaan terhadap seni dan keaktoran.
Eksistensi drama di sekolah harus senantiasa diperkenalkan. Pasalnya, tidak sedikit peserta didik yang memiliki minat, bakat dan ketertarikan di bidang seni terutama seni peran.
Eksistensi drama perlu dilestarikan pada proses pembelajaran di sekolah terutama pada bidang mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam mata pelajaran tersebut hendaknya diberikan pengenalan terhadap teori drama, dan pengenalan tentang naskah drama dan tokoh-tokoh dramawan di Indonesia, agar nantinya peserta didik dapat melakukan apresiasi dan ekspresi drama dengan baik.
Sebagai pengajar untuk melestarikan eksistensi terhadap drama bisa menerapkannya melalui pembelajaran drama yang tidak terpaku pada teori saja, tetapi menerapkannya melalui kegiatan pementasan drama kecil-kecilan yang menuntut peserta didik untuk lebih kreatif, inovatif dan eksploratif.
Sejauh analisis dan pengalaman penulis dalam dunia drama yang sudah diikuti dari sekolah menengah pertama sampai universitas terhadap eksistensi terhadap drama di sekolah terbilang cukup aman. Sudah banyak sekolah yang memiliki ekstrakurikuler teater dan drama, serta sering mengikuti kegiatan lomba yang diselenggarakan oleh komunitas teater.
Namun, terkadang pada beberapa sekolah terutama di wilayah pedesaan masih merasa kurang tertarik dalam pengembangan kegiatan drama di sekolah.
Meski demikian, tentu masih terdapat faktor penghambat dalam pengembangan eksistensi drama di sekolah, seperti kurangnya fasilitas berupa sarana dan prasarana aula latihan, peralatan pertunjukan dan perizinan yang sulit untuk mengikuti kegiatan lomba menjadi penghambat eksistensi.
Selain itu adanya penafsiran yang salah bahwa pendidikan pembelajaran drama di sekolah-sekolah umum bertujuan untuk membentuk seniman-seniman drama bukan sebagai penghasil penghargaan untuk sekolah dan langkanya guru kesenian dalam hal ini yaitu Pembina drama atau teater.
Manfaat Pembelajaran Drama
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dalam pembelajaran drama, yaitu peserta didik dapat menngembangkan kemampuan percaya diri karena drama merupakan sebuah wadah yang bisa digunakan untuk berekspresi. Dengan melakukan kegiatan ekspresi tersebut maka tingkat kepercayaan diri seorang peserta didik akan meningkat terutama karena peserta didik bermain peran dalam suatu drama. Lalu manfaat lain yang bisa diperoleh adalah penambahan relasi pertemanan.
Hal ini disebabkan karena pada proses pementasan drama senantiasa diiringi dengan kerja sama antar sesama anggotanya, barangkali sebelumnya seorang peserta didik tidak mengenal teman satu sekolahnya namun dengan ikut pada kegiatan yang sama dapat mengenal satu sama lain dengan baik.
Pemerolehan pengetahuan baru juga akan didapatkan dalam pembelajaran drama karena sebuah naskah drama biasanya memiliki nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran dan pementasa drama akan timbul pengetahuan baru berupa sejarah, kejadian sosial atau pendakatan keagamaan yang timbul karena tindakan dan lakon yang dimainkan dalam pertunjukan drama.
Lalu, dengan pembelajaran drama dapat membantu peserta didik terampil berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan karsa, dan dapat menunjang pembentukan karakter peserta didik.
Terkait dengan sastra, pembelajaran drama dapat memberikan pengarahan terhadap peserta didik untuk mengetahui jenis karya sastra seperti apa drama ini.
Sekiranya begitu mengenai manfaat dari seni pertunjukan dan eksistensinya di sekolah. Setiap sekolah di Indonesia seharusnya bisa senantiasa melakukan kegiatan pengembangan terhadap pembelajaran drama karena banyak sekali manfaat yang diperoleh dari pembelajaran dan pementasan drama.
Terutama pada pembelajaran sastra dan seni di Sekolah, setidaknya pembelajaran drama menjadi salah satu pengenalan seni, sastra dan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Ridho Hafiedz. Penulis adalah Mahasiswa Imu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Tinjauan Pustaka:
E. R, Juliaans. 2014. Drama dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Universitas Pattimura Tahuri, Volume 11, Nomor 2, Agustus.
Sumaryadi. Seni Drama dan Pendidikan Karakter. FBS Universitas Negeri Yogyakarta.