Daerah  

Ahmad Jafar Rasyid, Siswa SMK yang Bisa Baca Tulis Aksara Kawi

Ahmad Jafar Rasyid, Siswa SMK yang Bisa Baca Tulis Aksara Kawi
Ahmad Jafar Rasyid, Siswa SMK yang Bisa Baca Tulis Aksara Kawi

Kilatnews.co Menekuni naskah kuno beraksara Kawi sampai larut malam adalah hal biasa bagi Kang Jafar. Berbadan tinggi, santun dan rendah hati, begitulah gambaran dari Kang Jafar.

Nama lengkapnya Ahmad Jafar Rasyid, salah satu siswa SMK Peradaban Desa asal Semarang, Jawa Tengah itu gemar membaca naskah-naskah kuno yang ditulis dengan aksara Kawi.

Kang Jafar dibimbing oleh Kyai Aguk dan Mas Diaz Nawaksara dalam menekuni aksara Kawi. Pasalnya, dari semua yang ikut dalam pelatihan membaca aksara Kawi, Kang Jafar mempunyai semangat yang luar biasa untuk mendalami aksara Kawi. Sebenarnya, dari kecil Kang jafar sudah suka dengan pelajaran bahasa Jawa ketika berada di bangku sekolah dasar.

“Saya sudah menyukai bahasa Jawa sejak SD. Gurunya juga sangat menyenangkan sehingga pelajaran yang disampaikan bisa saya terima dan melekat di kepala. Kebetulan. Ketika di Baitul Kilmah, kemampuan bahasa Jawa saya diasah dan dikembangkan lagi oleh sekolahan,” brgitu ungkapnya ketika diwawancarai.

Tak heran, siswa kelahiran 16 Januari 2006 itu merupakan keturunan dari Mbah Sholeh Darat, seorang ulama yang sangat dikenal oleh masyarakat Nusantara dengan manhaj, metode dakwahnya yang relevan dengan keadaan sosial suatu daerah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab yang beliau tulis dengan menggunakan aksara Pegon, yaitu bahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab.

Kang Jafar termotivasi dengan semangat dakwah kakeknya untuk melestarikan warisan leluhur Nusantara. “Saya belajar membaca manuskrip beraksara Kawi tidak lain adalah untuk memahami bagaimana leluhur kita memanamkan konsep dakwah yang santun, tidak menyakiti pendapat orang lain, dan dengan contoh yang baik,” tandasnya.

Atas prestasinya itu, Kang Jafar sering diminta oleh adek-adek kelas untuk mengajari membaca manuskrip beraksara Kawi. Kemampuan Kang Jafar dalam memahami manuskrip aksara Kawi dapat dibanggakan oleh SMK Peradaban Desa. Dengan itu, ia dapat membimbing adek-adek kelasnya memahami manuskrip beraksara Kawi sehingga mereka mendapatkan sumber data yang valid.

Zaman ini, banyak orang mengutip sebuah data yang sumbernya adalah katanya. Nah, kalau kita mengambil langsung dari sebuah manuskrip yang kit abaca, maka data tersebut dapat dikatakan valid dan benar.

Kang Jafar menjawab tantangan zaman. Bila anak seusianya terlenakan oleh hiruk-pikuk kehidupan masa muda; menghabiskan waktu, bermain game, pacaran, maka Kang Jafar memanfaatkan waktunya untuk menelaah manuskrip-manuskrip beraksara Kawi. Ia masih terus belajar dan belajar sampai saat ini.

“Saya masih terus belajar dalam memahami aksara Kawi, Kang. Ini baru proses pengenalan aksara Jawa dan aksara Peralihan. Semua aksara punya ciri khas masing-masing. Perlu waktu untuk memahami itu semua,” ungkapnya.

Kiranya kita dapat mencontoh Kang Jafar dalam hal semangat untuk mendalami suatu ilmu. Didikan SMK Peradaban Desa dalam membentuk generasi penerus Bangsa memang perlu diakui jempol. Semoga kita dapat meneladani Kang Jafar sehingga kita tahu dan sadar betapa warisan para leluhur Nusantara sangatlah berharga untuk menyongsong masa depan sebuah bangsa.

“Mapan aling wijining ngurip, wijine sawiyah, enur suhut kalawan ngelmune, wadah ira geni lawan angina. Ping kalihe malih, siti lawan banyu, iya iku tunggale sawiji sampurnane dadi wong.” (Sosrokartono).

(“Jika ingin hidup yang mewah dan mapan, tuntutlah ilmu kehidupan sampai tuntas, lawan api dengan angina, lawan keras batu dengan air. Itulah sedikit rahasia manusia sempurna hingga dirinya bisa isra’ ke langit,” kata Sosrokartono).