Adakan Dialog Kebangsaan untuk Menangkal Radikalisme
KilatNews.Co – Di hari kedua acara, Jumat (29/10/2021) Kongres 1 Dema Fakultas Syariah Indonesia (DEMFASNA) merealisasikan Dialog Kebangsaan dengan tema “Starategi Leadership Dalam Menghadapi Paham Radikalisme” di tempat yang sama, Aula Gedung Pusdiklat Sdm Ketenagakerjaan Jakarta Timur pada jam 07.45 waktu setempat.
Ketua DEMA-FSH, Azizah Ratu Buana Khan ketika dimintai keterangan mengatakan bahwa objek radikalisme yang diangkat tidak terlepas dari usaha refleksi diri terhadap momentum sumpah pemuda kemarin. Dia lantas berharap adanya komitmen bersama untuk menolak paham radikalisme.
Di kesempatan yang sama, Wakil Asisten Intelijen Kasad Bidang Manajemen Intelijen juga berkesempatan memberikan sambutan sebelum forum kajian dimulai. Beliau mengajak elemen bangsa, terutama mahasiswa, menjadi bagian dari pertahanan ideologis bangsa.
Ada tiga tokoh nasional yang menjadi narasumber dalam kajian yang satu ini.
Baca Juga:
Membumikan Gagasan Islam Wasathiyah di Tengah Konflik Global
Masing-masing dari mereka meberikan perspektif dari sudut kelembagaan yang mereka emban saat ini. Mereka, diantaranya, Direktur Pencegahan BNPT RI Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid, Wawan Purwanto selaku Deputi VII Badan Intelijen Negara dan taf Ahli Kepala Badan Siber Sandi Negara, R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, M.A., War College Dip., M.P.P., Ph.D.
Bapak Wawan (sapaan akrab, red) memberikan komentar, radikalisme timbul karena masyarakat yang tidak kritis dalam menerima persoalan.
Menurut dia, media sosial adalah sarang bagi paham berkembangnya paham ini sehingga sifat filteratif adalanh langka internalnya.
Baca Juga:
PC PMII DIY Resmi Dilantik, Siap Bergerak Menyongsong Indonesia Emas 2045
Sedangkan Brigjen Pol R. Ahmad Nurwahid mengaku bahwa pihaknya bisa menanggulangi radikalisme secara efektif ketika ada regulasi khusus untuk mengidentifikasi paham itu. Sejauh ini, regulasi hanya berputar soal marxis-leninisme. “itu menjadi kelemahan kita dalam penanggulangan” serunya dalam virtual zoom.
Sebagai penutup, “Solusinya adalah bagaimana kekuatan potensial yang terkandung dalam bangsa bisa dijadikan kekuatan riil. Perkuat ideolaogi dalam menghadapi perang siber yang non-konvensional ini” tutur Bapak Wibawanto (sapaan akrab, red) disambut tepuk tangan dari para peserta.