Marhaban Ya Natal
Oleh: Agung Wibawanto
KilatNews.Co – Begini ya, sejak kecil saya diajar sholat, puasa dan amalan agama lainnya seperti mengaji serta bersedekah. Orangtua saya haji yang taat dan telah menanamkan nilai-nilai ibadah dan keimanan sejak saya kecil. Meski saya bersekolah di sekolah katolik (SD), namun orangtua saya sama sekali tidak pernah merasa khawatir jika anaknya menjadi luntur imannya. Tidak sama sekali.
Saya diajarkan untuk selalu hormat kepada sesama, terutama kepada yang lebih tua, apapun latar belakangnya. Saya juga dilatih untuk saling memberi kepada siapapun, tanpa harus memandang apa agamanya. Tidak pernah tuh orangtua saya bilang, kalau sama orang Islam begini, dan dengan orang non Islam begitu. Tidak ada. Mengapa sekarang ada pembedaan?
Guru-guru agama saya juga mengajarkan begitu, termasuk guru ngaji (ustadz). Sudah lama saya berhubungan dengan sesama yang berlatar agama berbeda. Dan saya juga mempelajari agama non Islam (katolik) sejak kecil di sekolah. Tidak ada saya pelajari bagaimana membeda-bedakan orang berdasar agamanya. Lha, lantas kok keimanan saya mau diatur-atur? Tidak perlu repot, biar saya yang urus ya.
Kamu sudah merasa benar dan paling Islam sendiri? Bagus, jalani saja. Tanpa perlu mengatur-ngatur orang lain dalam menjalankan ibadahnya. Dalam Islam juga tidak mengenal dosa turunan ataupun dosa warisan. Kamu tidak perlu menanggung dosa saya jika saya tidak sesuai dengan ajaran yang kamu yakini. Jadi tidak perlu repot-repot, wong tidak mengganggu dirimu.
Saya mau nonton drama Korea, mau main catur, mau ngucapin selamat Hari Ibu, mau ikut Natalan, ya biasa saja kan. Dosa atau pahala tiap orang akan ditanggung masing-masing, kok kamu terlalu repot mau ngurusi pahala dan dosa orang lain? Mengingatkan? Itu bagus, tapi tidak perlu memaksa dengan mengatakan “haram”, “kafir” dan sebagainya. Nah, kamu tau kan, soal hidayah bukan kuasamu, bahkan Nabi SAW pun tiada miliki kuasa akan itu.
Itu sudah ranah dan domainnya Allah SWT. Sedangkan kamu posisinya apa dibanding Sang Khalik? Maaf, saya terpaksa tertawa saja jika kamu teriak-teriak dilarang begini begitu, bidah dan lain-lain. Lha, kamu sendiri belum dijamin masuk surga, kok mau ngatur-ngatur orang? Ada baiknya, kamu ngurus ibadahmu, sudah lurus belum? Klo sudah, menurutmu, ya bagus jalani terus gak usah teriak-teriak, ndak dibilang riya’.
Gitu aja ya, Sobat. Sekarang tanggal 24 Desember dan besok saudara dan teman-teman saya kaum Kristiani akan merayakan hari kelahiran Nabi Isa As (Yesus Kristus). Mohon maaf banget, saya insha Allah mengucapkan “Selamat Merayakan Hari Natal dan menyambut Tahun Baru 2022. Semoga selalu damai di hati dan damai di bumi (juga di medsos, sabdamu)”.
Buat kalian, mau ikut liburan Natal dan Tahun baru, silahkan. Mau diam di rumah saja juga monggo, mengingat masih PPKM, yekan? Kan enak jika tanpa paksaan. Ngomong-ngomong sudah ikut borong harga diskonan menjelang Natal, belom? Hidup hanya sekali jangan dibuat ribet. Berdamailah dan saling menghargai dengan sesamamu. Marhaban ya Natal.