Menguak Sisi Kejiwaan Pengarang dalam Proses Penciptaan Karya Sastra
Oleh: Cantika Meldiani
KilatNews.Co – Sastra dan psikologi merupakan kajian yang sama-sama membahas manusia. Ilmu sastra membahas tentang manusia sebagai hasil rekaan imajinasi pengarang. Sedangkan ilmu psikologi membahas manusia sebagai hasil ciptaan Tuhan secara nyata (Aminuddin, 1990). Hal itulah yang melatarbelakangi sebuah kajian yang disebut dengan psikologi sastra. Karya sastra dihasilkan melalui daya kreativitas dan imajinasi pengarang, tetapi dalam proses penciptaan karya, pengarang secara sadar maupun tidak telah melibatkan teori psikologi di dalamnya.
Salah satu kajian menarik tentang psikologi sastra adalah proses kreatif seorang pengarang. Proses kreatif termasuk dalam kajian pendekatan ekspresif yang membahas tentang aspek-aspek psikologis pengarang ketika menghasilkan karya sastra yang berhubungan dengan sisi kejiwaan, baik sebagai pengarang maupun wakil dari masyarakat (Endraswara, 2013). Karya sastra dipandang sebagai ekspresi kejiwaan pengarang. Proses kelahiran karya sastra sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan seorang pengarang.
Pengarang menciptakan tokoh atau manusia fiksi dalam karya sastranya. Tokoh tersebut hadir sebagai “jelmaan” diri pengarang maupun cerminan orang lain. Tokoh fiksi masuk dalam jalinan alur cerita kehidupan yang dirangkai sedemikian rupa oleh pengarang, sehingga membentuk karya sastra berupa cerpen, puisi, maupun novel (Wellek dan Warren, 1990). Proses lahirnya karya sastra sangat berkaitan dengan sisi kejiwaan dalam diri seorang pengarang (Berten, 2006).
Proses Kelahiran Karya Sastra Berdasarkan Sisi Kejiwaan Pengarang
Karya sastra tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya proses kreatif dari pengarang. Pengarang dapat dikatakan sebagai pemberi nyawa dalam tokoh fiksi yang mereka ciptakan. Dalam hal ini kreativitas pengarang muncul dari sebuah pelarian, pengarang berusaha untuk berpaling dari kenyataan hidup yang sedang mereka jalani. Mereka tidak dapat berdamai dengan diri sendiri dan kehidupan mereka. Hal tersebut kemudian memotivasi pengarang untuk menciptakan “dunia baru” dengan cara melahirkan tokoh fiksi dalam karya sastra sesuai dengan ambisi dan khayalan yang tidak terwujud dalam kehidupan nyata pengarang (Hardjana, 1984).
Pengarang menjalin satu demi satu rangkaian kehidupan realitanya yang kemudian dipadukan dengan khayalan dan imajinasi yang mereka miliki. Karya sastra yang dihasilkan tidak hanya bersumber dari pengalaman pribadi pengarang atau sisi kejiwaan pengarang tetapi perwakilan dari cerita dan realitas kehidupan masyarakat luas (Eneste, ed., 2009).
Pengarang hidup sebagai individu dan masyarakat, peristiwa yang mereka lalui sebagai individu maupun masyarakat sering kali tidak sesuai dengan keinginan mereka. Oleh sebab itu, ketidaksesuaian tersebut mereka olah menjadi sebuah bentuk karya sastra yang bersumber dari hasil renungan atas ketidakadilan.
Psikologi dan penciptaan karya sastra menjalin sebuah hubungan yang sangat erat. Karya sastra lahir dari renungan, khayalan dan suara bawah sadar pengarang. Tujuan hidup dan kerja sastra harus menuju pada kesadaran yang sepenuhnya (Sastrowardoyo, 1980). Karya sastra lahir dari pengarang yang sedang berada dalam kondisi kejiwaan tertentu serta pengalaman pribadi pengarang sebagai individu maupun sebagai masyarakat dalam suatu lingkungan.
Karya sastra yang lahir memiliki konsep dasar estetika serta sebagai media yang transparan untuk mengetahui jiwa pengarang di dalamnya. Karya sastra yang terlahir merupakan cerminan perilaku manusia (pengarang), dalam karya sastra tersebut pembaca dapat melihat dan memahami bagaimana kepribadian dan sisi kejiwaan pengarang ketika menghasilkan karya sastra (Abrams, 1979). Dalam perkembanganya karya sastra dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk ekspresi terpendam pengarang yang kemudian mereka tuangkan dalam bentuk karya.
Keterkaitan antara Karya Sastra, Psikologi Pengarang dan Pendekatan Ekspresif
Psikologi pengarang merupakan komponen yang penting dalam proses penciptaan karya sastra. Selain psikologi pengarang, pendekatan ekspresif juga memiliki keterkaitan yang erat dengan karya sastra dan psikologi pengarang. Pendekatan ekspresif merupakan kajian yang melihat karya sastra sebagai ekspresi dunia batin yang pengarang amati dan rasakan (Atmazaki, 1990).
Pendekatan ekspresif mengkaji karya sastra dari sudut pandang kreativitas dan latar belakang pengarang sebagai pemilik karya (Abrams, 1981). Karya sastra hadir dalam ketidaksadaran pengarang yang merupakan luapan emosi, perasaan dan ekspresi pengarang. Pengarang mengolah perasaan dan ekspresi batin mereka ke dalam jalinan kata, sehingga menghasilkan produk imajinasi yang dapat dinikmati oleh orang lain melalui karya sastra.
Pendekatan ekspresif mengkaji keberadaan pengarang terhadap proses penciptaan karya sastra. Karya sastra dapat dikatakan sebagai media untuk menghubungkan ekspresi pengarang atau sisi kejiwaan yang sedang dirasakan pengarang kepada pembaca sebagai penikmat karya sastra tersebut. Secara tidak langsung berkaitan dengan pendekatan ekspresif, pembaca dapat mengetahui kepribadian pengarang melalui karya sastra yang dihasilkan.
Salah satu bentuk adanya hubungan karya sastra, psikologi pengarang dan pendekatan ekspresif terdapat dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul Nisan. Larik-larik dan susunan kata dalam puisi tersebut berisi tentang perpisahan dan kematian. Puisi yang dihasilkan Chairil menjadi gambaran ekspresi kejiwaan yang dirasakan Chairil di kehidupan nyata (Budiman, 1976). Berangkat dari latar belakang pengarang dan diksi yang digunakannya, penciptaan puisi Nisan merupakan gambaran sisi kejiwaan pengarang yang merasa kehilangan dan mengalami kesendirian.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses penciptaan karya sastra sangat berkaitan dengan sisi kejiwaan dan apa yang dirasakan pengarang pada saat itu. Karya sastra sebagai bentuk ekspresi diri yang dimiliki pengarang sebagai individu maupun masyarakat. Pendekatan ekspresif berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan sisi kejiwaan dan perasaan yang dialami pengarang ketika menghasilkan sebuah karya sastra.
Cantika Meldiani. Penulis adalah asal dari kota Depok. Sedang menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Daftar Pustaka
Abrams, M.H. (1979). The Mirror and Lamp: Romantic Theory and The Critical Tradition. New York: Oxford University Press.
___. (1981). The Glosarium of Literary Term. New York: Holt, Rinehart and Wiston.
Aminuddin. (1990). Sekitar Masalah Sastra Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
Atmazaki. (1990). Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya Padang.
Berten, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Editor dan Penerjemah. Jakarta: Gramedia.
Budiman, A. (1976). Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Endraswara, S. (2013). Teori Kritik Sastra: Prinsip, Filsafah, dan Penerapan. Yogyakarta: CAPS.
Eneste, P. (2009). Proses Kreatif, Ed. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Hardjana, A. (1984). Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Sastrowardoyo, S. (1980). Sosok Pribadi dalam Sajak. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, R. dan Austin Warren. (1990). Teori Kesusastraan. Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.