Soekarno, Tokoh PNI Paling Vokal

Oleh: Zhafira Nur Fathia

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Soekarno, Tokoh PNI Paling Vokal

KilatNews.Co – Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir sebagai organisasi untuk mengekspreksikan rasa nasionalisme Indonesia pada masa pra kemerdekaan. Kemudian pada 4 Juli 1927, Soekarno, membentuk sebuah gerakan yang dinamakan Persatuan Nasional Indonesia. Lalu pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan politik untuk kepulauan Indonesia.

PNI sendiri dibentuk didasarkan pada gagasan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda. Pada akhir Desember 1929, PNI memiliki sebanyak 10.000 anggota.  Akibat permasalahan ini, PNI pun dibubarkan pada 25 April 1931 Sampai akhirnya, pada 19 Agustus, Soekarno yang baru saja dilantik menjadi Presiden dalam rapat bersama PPKI mengusulkan untuk membentuk negara partai sebagai media bagi rakyat dalam mendukung pemerintah. PPKI kemudian mendirikan partai negara yang dinamai Partai Nasional Indonesia, diambil dari nama partai pra-perang Soekarno.

Jasa Ir. Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Bung Karno, begitu ia disapa, merupakan tokoh intelektual karismatik yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa penting pergerakan nasional.

Lewat orasi-orasinya, Soekarno berhasil membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan. Karena itulah Bung Karno mendapat julukan ‘Singa Podium’.

Tak heran, sehari setelah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada dunia, tepatnya 18 Agustus 1945, Bung Karno didapuk menjadi presiden pertama bangsa ini. Nah, di bulan Agustus ini, mari kita mengingat kembali peran Soekarno dalam kemerdekaan Indonesia:

Mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia

Soekarno dipilih menjadi ketua karena dianggap paling populer dan paling mampu mempimpin organisasi tersebut. Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia.

Perkumpulan ini menjadikan nasionalisme sebagai haluan ideologi. Sebab, Soekarno menegaskan bahwa nasionalisme adalah ideologi yang mampu menyatukan berbagai perbedaan dan melapangkan jalan menuju kemerdekaan.

Organisasi ini mulai terkenal. Propaganda-propaganda tulisan maupun lisan dari para anggota PNI banyak mempengaruhi rakyat. Para anggota PNI juga sering menyanyikan lagu Indnesia Raya di rapat-rapatnya.

PNI pun dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran kemerdekaan. Pada 24 Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda. Beliau dan beberapa anggota PNI lainnya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.

Terang-terangan Menentang Imperialisme

Bung Karno merupakan sosok yang vokal menentang kesewenang-wenangan penjajah. Setelah ditahan karena dituduh hendak menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda, Soekarno dengan lantang membacakan pidato pembelaan yang ia beri judul “Indonesia Menggugat” pada 1930.

Hal yang perlu digarisbawahi dalam pidato ini adalah, pidato tersebut bukanlah pembelaan Bung Karno terhadap dirinya sendiri, melainkan pembelaan terhadap pergerakan nasional Indonesia. Soekarno menyampaikan kritiknya terhadap imperialisme dan menyebut Belanda menerapkan politik drainase yang menghisap dan mengalirkan kekayaan Indonesia ke negeri-negeri imperialis yang menyebabkan kemelaratan rakyat Indonesia.

Soekarno menerangkan, kesengsaraan akibat penindasan kolonialisme Belanda-lah yang melahirkan perlawanan rakyat, bukan dari hasutan kaum intelektual. Sayangnya, pidato pembelaan ini tidak dapat membebaskan Soekarno.

Namun, isi pidato bernada sindiran keras tersebut cukup mengusik Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Andries Cornelis Dirk de Graef dan jajarannya. Kepercayaan diri dan sikap Bung Karno yang berapi-api di hadapan pengadilan kolonial membangkitkan semangat perjuangan.

Aktif Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

Saat Jepang berkuasa di Indonesia, mereka membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945. Badan ini dibentuk sebagai upaya Jepang untuk mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia. Jepang menjanjikan akan membantu proses kemerdekaan Indonesia.

Tugas dari BPUPKI adalah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Sebagai salah satu tokoh intelektual yang berpengaruh, Bung Karno tergabung dalam BPUPKI.
Dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Soekarno turut mengemukakan lima sila yang menjadi dasar negara Indonesia merdeka kelak.

Ir. Soekarno juga tergabung dalam Panitia 9 yang bertugas untuk merumuskan dasar negara. Selain itu, beliau juga terlibat dalam pembahasan mengenai Undang-Undang Dasar (UUD).

Setelah Jepang makin terdesak akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh tentara sekutu, perwira tinggi Angkatan Darat Jepang di Saigon, Hisaichi Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno ditunjuk sebagai ketua PPKI.

Merumuskan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Bung Karno dikenal sebagai proklamator. Sebab, beliau-lah salah satu penyusun naskah proklamasi dan orang yang membacakan teks bersejarah tersebut. Pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo di kediaman Laksamana Tadashi Maeda.

Akhirnya, pada pukul 10.00 WIB di hari yang sama, naskah proklamasi dibacakan oleh Bung Karno di halaman rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dalam suasana khidmat. Inilah momen bersejarah Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.

Linimasa Perserikatan Nasional Indonesia ke Partai Nasional Indonesia

  • 1927. Didirikan tanggal 4 Juli 1927[1] di Bandung oleh para tokoh nasional seperti Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo.[2] Selain itu para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club (ASC) yang diketuai oleh Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.
  • 1928. Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia.
  • 1929. PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan pada tanggal 24 Desember 1929. Penangkapan baru dilakukan pada tanggal 29 Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja.
  • 1930. Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung.[3] Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya.
  • 1931. Pimpinan PNI, Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. Sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada tanggal 25 April 1931.[3] Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partai Indonesia akhirnya membentuk PNI-Baru atau Pendidikan Nasional Indonesia. Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo.
  • 1933. Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende, Flores sampai dengan 1942.
  • 1934. Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira sampai dengan 1942.
  • 1955. PNI memenangkan Pemilihan Umum 1955.
  • 1973. PNI bergabung dengan empat partai peserta pemilu 1971 lainnya membentuk Partai Demokrasi Indonesia.
  • 1998. Dipimpin oleh Supeni, mantan Duta besar keliling Indonesia, PNI didirikan kembali.
  • 1999. PNI menjadi peserta pemilu 1999.
  • 2002. PNI berubah nama menjadi PNI Marhaenisme dan diketuai oleh Sukmawati Soekarnoputri, anak dari Soekarno.

Tokoh

  1. Dr. Tjipto Mangunkusumo
  2. Mr. Sartono
  3. Mr Iskaq Tjokrohadisuryo
  4. Mr Sunaryo
  5. Ir. Soekarno
  6. Moh. Hatta
  7. Gatot Mangkoepradja
  8. Soepriadinata
  9. Maskun Sumadiredja
  10. Amir Sjarifuddin
  11. Wilopo
  12. Hardi
  13. Suwiryo
  14. Ali Sastroamidjojo
  15. Djuanda Kartawidjaja
  16. Mohammad Isnaeni
  17. Supeni
  18. Sanusi Hardjadinata
  19. Sarmidi Mangunsarkoro

Zhafira Nur Fathia. Penulis adalah Mahasiswa Universitas Bung Karno

Daftar Pustaka

Murni, SPD. (2005). Pergerakan Nasional Indonesia. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU.

Malik, Adam. (1982). Mengabdi Republik. Jakarta: Gunung Agung.

Silahkan baca di https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/121648779/partai-nasional-indonesia-pni-pendirian-tokoh-dan-perkembangan?page=all.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/peran-soekarno-dalam-kemerdekaan-indonesia-dari-pni-sampai-teks-proklamasi-1u01JAdCNLt/full
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Nasional_Indonesia
1. Malik, Adam (1982). Mengabdi republik, Gunung Agung.
2. “Riwayat Berdirinya PNI”. Historia – Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2016-07-15. Diakses tanggal 2021-07-27.
3. a,b ^ Lompat ke:a b “Pergerakan Nasional Indonesia” Diarsipkan 2007-09-28 di Wayback Machine., Sri Pangestri Dewi Murni – Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, 2005

Reporter: KilatNews