Bersastra di Instagram

Oleh : Hesti Fidiani

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Bersastra di Instagram

KilatNews.Co – Kemunculan sastra online menjadi tren baru dalam kesusasteraan Indonesia. Karya sastra yang dimuat pun beragam dan menjadi sebuah refleksi nyata dalam kehidupan sosial yang ada. Hasil karya sastra online juga digunakan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai seorang penulis. Dan sekaligus bukti kontribusinya dalam perkembangan kesusastraan di Indonesia.

Banyak yang menilai sastra online identitasnya tidak jelas karena tidak melewati proses penyuntingan atau proses editing oleh redaktur. Padahal kehadiran sastra online bukanlah sebuah kemunduran dalam dunia sastra, namun menjadi titik awal kemajuan dan inovasi yang baru dalam sebuah karya sastra. Menurut Hidayat (2008) secara eksistensi sastra online dapat dijadikan sebagai perlawanan atas legitimasi bahwa kapabilitas seorang sastrawan ditentukan oleh kemampuannya menembus media massa.

Ada beragam media sosial yang bisa dijadikan wadah untuk menyalurkan hasil karya sastra. Mulai dari Blog, Twitter, Facebook, Instagram dan masih banyak yang lainnya. Biasanya karya sastra yang diunggah tersebut menggunakan tagar atau hastag tertentu terkiat dengan karyanya, contoh  #sastraindonesia dan lain-lain. Di Instagram juga banyak akun-akun yang memuat tulisan sastra misalnya akun @gubuksastra, @sastraindonesia.co, @30haribercerita dan masih banyak akun yang lain.

Akun Instagram @gubuksastra merupakan akun yang menjual buku-buku baik sastra maupun non-sastra. Dengan pengikut sebanyak 140 ribu berarti cukup banyak orang-orang yang minat akan membaca buku. Ada beragam buku bagus mulai dari novel sastra yang berjudul Atheis karya Achdiat K. Miharja, Madilog karya Tan Malaka, dan masih banyak buku lainnya.

Akun Instagram @sastraindonesia.co dengan bio yang tertulis “Sastra adalah alat perlawanan” merupakan akun penggiat sastra dengan pengikut sebanyak 85 ribu. Akun ini banyak memposting kutipan dari buku dan tweet dan twitter. Misalnya kutipan dari Padi Baiq “Kerajaan Tuhan tak akan runtuh, bahkan ketika semua memakinya” dan masih banyak kutipan lainnya.

Sedangkan akun @30haribercerita merupakan akun yang mengadakan kegiatan tulis menulis sastra dan cerita keseharian selama 30 hari atau satu bulan. Siapapun bisa mengikuti kegiatan menulis ini dengan cara merepost postingan akun @30haribercerita di insta story atau feed instagram, setelah itu partisipan baru bisa memulai ceritanya selama 30 hari kedepan, dan mengikuti aturan jika diadakan tema mingguan. Dan terakhir akun ini mengadakan kegiatan 10 hari bercerita. Contoh karya dari @abeenzhir yaitu:

HALO 2021

Mungkin banyak cerita tentang kehadiran dan kehilangan walau belum lama kita berjumpa. Hakikat kehidupan fana memanglah terkadang terasa kejam, tapi mau bagaimana lagi skenario makhluk hidup bermuaranya sama, sama-sama ke satu titik yang abadi.

Tapi, aku senang akhirnya kita berjumpa, masih ada 300an hari lagi kita akan berkelana bersama menyusuri tempat yang tidak akan terduga, melewati kejadian yang menakjubkan, merangkai kisah yang mengagumkan.

Bila duka hadir biarlah, aku tak apa,
aku kan tangguh kata mamaku, dan aku setuju.
Bila tangis hadir biarlah, aku tak apa,
aku kan lemah lembut kata bapakku, dan aku setuju.
Bila pedih hadir biarlah, aku tak apa,
aku kan sabar kata kawanku, dan aku setuju.

Sebab ku yakin, ada masa yang terlampaui dengan jejak rintang yang meminta lumpuh sejenak. Tapi, siapapun akan mengalami, menitip jiwa dan raga dengan sumpah serapah yang memanjat ke langit dan mengandung segenap ikhlas lalu melahirkan kenikmatan yang membahagiakan, atas izin-Nya.

Bila hidup dalam 2021 aku lemah,
tolong ingatkan aku pada rangkaian kata ini.

Bila hidup dalam 2021 aku terlalu bahagia,
tolong ingatkan untuk tetap mensyukuri nikmat.

#30haribercerita #30hbc21halo
#writingproject #kembarapih

Contoh lain dari #10 hari bercerita di akun @30haribercerita yaitu tulisan dari @elvinakira

Kadang kita memang harus melangkah mundur sejenak. Atau mungkin menghentikan langkah.
Terus melaju itu melelahkan. Kadang kita pun dibuat bingung akan tujuan dari ujung jalan yang sedang kita tapak.

Tak apa, berhentilah. Tak apa, beristirahatlah sejenak. Agar pikiran tidak terlalu rumit dan berujung meledak. Agar kita bisa kilas balik apa saja yang telah kita lalui. Apa yang masih kurang dan bagaimana kita bisa memperbaikinya saat kaki kita kembali melangkah.

Memulai kembali, tak harus melulu tentang hubungan yang sudah kandas. Tentang membentuk kebiasaan yang gagal di tengah jalan pun bisa. Atau usaha mengecilkan lingkar pinggang dan lingkar perut yang terdistraksi di tengah jalan karena tergiur makanan enak. Atau usaha menabung yang berakhir tidak jadi menabung karena tergiur membelanjakan uang yang harusnya kita masukkan kecelengan. Apapun itu.

Toh hidup itu memang tentang berproses. Dan kita bisa memulai kembali apapun kapanpun. Mulai belajar bahasa asing yang baru, memulai kembali olahraga yang terus tertunda…. apapun yang ingin kamu lakukan.

Karena tak ada kata terlambat.
Kalaupun ada, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

#10hrckembali #10hrc10 #10harirayakancerita

Dari beberapa akun tersebut membuktikan bahwa sastra masih hidup meskipun sudah modern. Hadirnya teknologi digital memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari sastra pada sosial media yaitu memberi kesempatan kepada siapapun untuk menyalurkan ide dan kreatifitasnya. Sedangkan sisi negatifnya yaitu sastra di sosial media sering dianggap hanya sebuah main main karena tidak memberikan kemajuan berarti dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Meskipun demikian kita tetaap harus berkarya dalam sebuah tulisan.


Hesti Fidiani. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Reporter: KilatNews

Tag