Kilatnews.co – Sepakbola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola. Pada umumnya bola terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang berisi 11 pemain inti dalam permainannya. Sepakbola bertujuan menciptakan gol sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke gawang lawan. Sepakbola dimainkan ditempat outdor yang berbentuk persegi panjang lapangannya.
Dalam perkembangan sepakbola meliputi banyak unsur seperti taktik, aturan permainan dan perpaduan dengan olahraga lainnya. Dalam hal taktik banyak tim-tim yang mengandalkan taktik untuk mencapai kemenangan, banyak pelatih yang bereksperimen dalam menerapkan taktik dilapangan seperti taktik Parkir Bus ala Mourinho, Tiki-taka ala Johan Cryuff, maupun Total Football ala Rinus Michels. Semua pengembangan itu untuk satu tujuan “kemenangan”.
Dalam peraturan sepakbola modern pun banyak pengembangan yang dilakukan untuk mencapai pertandingan yang adil dan sehat (Fair Play) seperti penerapan VAR (Video Assistant Referee) dalam sebuah pertandingan, aturan gol tandang kandang yang sedang rame dibicarakan belakangan ini, dan masih banyak peraturan yang lainnya. Sepakbola banyak dipadukan dengan olahraga lainnya seperti sepakbola dengan basket menjadi futsal, sepakbola dengan pingpong menjadi teqbal dan masih ada olahraga lainnya.
Setiap negarapun mempunyai filosofi atau gaya permainan khas dalam permainannnya, semisal Italia yang mempunyai permainnan khas bertahan bergerendel “Catenaccio”, ada pula Inggris dengan permainan cepatnya “Kick and Rush”, dan juga spanyol dengan gaya permainnan penguasaan bolanya “Tiki-taka”.
Indonesia sendiri juga mempunyai filosofi sepakbola sendiri yang disebut “Filanesia” dan telah dituangkan dalam buku kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia, baik untuk pembinaan usia dini sampai profesional dari segi individu atau tim.
Filanesia
Dikutip dalam buku Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia, “Filosofi Sepakbola Indonesia (Filanesia) adalah suatu rumusan cara bermain yang dipilih Indonesia untuk menuju ke level prestasi tertinggi”.
Tentu cara bermain untuk bisa membawa sepakbola Indonesia ke prestasi tertinggi harus mempertimbangkan beberapa hal kunci, seperti kultur geografis bangsa Indonesia dan sosiologi masyarakat Indonesia.
Kondisi geografis Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa menjadikan negara Indonesia beriklim tropis, maka dari itu diperlukan cara bermain yang perlu dikembangkan sesuai kondisi tersebut.
Secara kultur dan sosiologi masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi hirarki. Keberadaan role model yang bisa dijadikan teladan dan patron didalam tim sangatlah penting, disamping itu masyarakat Indonesia sangat menghargai nilai-nilai kebersamaan, suatu refleksi tentang pentingnya suatu cara bermain yang berorientasi pada kerjasama tim.
Awal mula Filanesia dibentuk
Selama ini muncul pertanyaan besar yang melingkupi seluruh insan pelaku sepakbola Indonesia, baik di jajaran top profesional maupun penikmat sepakbola Indonesia. “Cara bermain seperti apa yang dianggap paling cocok untuk kondisi Indonesia, tetapi juga mampu mengangkat level prestasi sepakbola Indonesia ke tingkat dunia?
PSSI melalui High Performance Unit mewakili seluruh insan pelaku sepakbola Indonesia berusaha mempotret kondisi sepakbola Indonesia, kemudian meriset kelebihan dan kelemahan sebagai titik awal untuk merumuskan suatu Filosofi Sepakbola Indonesia.
Filanesia sendiri dibentuk pada 2017 dibawah Komando Direktur Teknik PSSI Danurwindo, dimana gaya sepakbola khas Indonesia sudah melalui studi, praktek lapangan, diskusi panel, seminar dengan seluruh pelatih Liga 1, praktisi olahraga, dan personel teknis lainnya.
Filanesia memberikan panduan dalam sepakbola seperti penjenjangan latihan berdasarkan usia, pengembangan teknis pemain dan ciri-ciri pemain dilapangan. Kurikulum pembinaan sepakbola bukan bertujuan sebagai menyeragamkan taktik setiap klub, akan tetapi sebagai ciri pemain Indonesia dipentas Internasional.
Konsep Dasar Filanesia
Dalam olahraga sepakbola banyak cara untuk menciptakan sebuah tujuan akhir (gol), banyak tim yang menjadikan pertahanan untuk titik awal permainan. Mereka membiarkan tim lawan menguasai bola, sambil menunggu kesempatan untuk merebut bola. Dalam penerapan taktik ini mereka mempressing setiap pemain lawan sampai mereka melakukan kesalahan dan merebut bola, setelah bola didapatkan tim akan segera mungkin untuk melakukan serangan balik cepat (Counter Attack) skema ini biasa disebut dengan Reactive Play.
Adapun tipe permainan yang mengandalkan penguasaan bola sebagai basis cara bermainnya, tim secara proactive menguasai bola mengatur ritme permainan mencari cara progresi bola kedepan gawang dengan tujuan menciptakan peluang gol. Ketika kehilangan bola mereka secara cepat akan melakukan pressing kearah lawan untuk mendapatkan bola kembali, skema ini biasa di sebut dengan Proactive Play.
Menilik permainan sepakbola tim-tim eropa yang menggunakan skema permainan Proactive sebagai dasar permainannya. Para pakar, pelatih, serta praktisi olahraga Indonesia menerapkan permainnan proactive sebagai landasan Filosofi Sepakbola Indonesia, skema ini juga didukung dengan para pemain Indonesia yang terkenal akan kecepatan, kelincahannya, dan juga sepakbola proactive juga cocok dengan gaya agresifitas para pemain Indonesia.
Dalam skema proactive terdapat dua pendekatan, penguasaan bola dan permainan konstruktif. Dalam permainan penguasaan bola para pemain mencari cara melakukan serangan langsung kedepan (Direct Play) ini bertujuan melakukan serangan secara acak untuk menciptakan sebuah gol. Dalam permainan konstruktif para pemain membangun serangan antar lini ke lini, kombinasi antar pemain menciptakan ruang diantara pemain belakang lawan dan menciptakan peluang terjadinya gol.
Perlu dipahami juga possession bukanlah tujuan melainkan alat. Tujuan penguasaan bola adalah menciptakan sebuah peluang untuk dikonversikan menjadi gol, maka dari itu mengandalkan penguasaan bola berbasis konstruktif bukan jaminan sebuah tim dapat membuahkan sebuah gol, karena dalam orientasinya serangan haruslah progresif kedepan mengarah kegawang lawan sehingga progresi serangan dengan passing atau melakukan aksi individual (Dribling) kepertahanan lawan.
Penulis, Gilang Rijal Achyar
Mahasiswa Jurusan Ilmu Keolahragaan UNNES Semarang