Italia Terkenal Pertahanan Bergerendel (Catenaccio) dan Munculnya False Nine Sepakbola Modern

Filanesia: Filosofi Sepakbola Indonesia Menuju Level Prestasi Tertinggi Sepakbola Italia Terkenal Pertahanan Bergerendel (Catenaccio) dan Munculnya False Nine Sepakbola Modern Link Live Streaming Kualifikasi Piala Dunia–Europa September 2021Nonton Live Streaming Kosovo vs Spanyol
Ilustrasi:(S. Hermann & F. Richter dari Pixabay)

Italia adalah sebuah negara yang terletak di Benua Eropa, tepatnya di semenanjung Apenina atau semenanjung Italia Eropa Selatan. Italia berbatasan darat dengan Perancis, Swiss, Austria, Slovenia disebelah utaranya. sedangkan disebelah Timur, Barat dan Selatan dikelilingi oleh laut. Laut Adriatik disebelah timur, laut Tirenia disebelah Barat dan laut Ionia di sebelah selatan Italia.

Italia merupakan salah satu kiblat sepakbola dunia di buktikan atas pencapaian Tim Nasional sepakbola Italia (Gli Azzurri) sebagai salah satu tim nasional terbaik di dunia.

Mereka telah memenangkan Piala Dunia FIFA sebanyak empat kali (1934, 1938, 1982, 2006), setelah Brazil dengan 5 gelar. Tim Nasional Italia juga menjadi runner-up di dua final Piala Dunia yaitu (1970, 1994) dan juga mencapai tempat ketiga (1990).

Mereka juga telah memenangkan satu Kejuaraan Eropa UEFA (1968), dan menjadi finalis pada tahun (2000, 2012). Tim nasional Italia juga berhasil memperoleh medali emas pada Olimpiade Musim Panas 1936.

Dalam tingkatan klub siapa yang tidak tahu akan Serie A, salah satu liga terbaik Eropa dan banyak mengukir prestasi di kejuaraan dunia semisal Liga Champions, Liga Europa/piala UEFA, dan kompetisi yang sekarang sudah dihapus, Piala Winners.

Dalam aspek yang murni terkait sepakbola, tak diragukan lagi bahwa Italia menjadi yang terdepan dalam inovasi strategi pada persepakbolaan modern saat ini. Mulai dari Catenaccio, sampai false nine sudah lama diterapkan di Italia.

Catenaccio

Catenaccio adalah sebuah taktik atau aliran dalam sepakbola klasik yang menganut filosofi sederhana “selama lawan tidak bisa mencetak gol, lawan tidak akan menang”. Sehingga tujuan utama dari taktik ini adalah mencegah sekuat mungkin agar lawan tidak bisa mencetak gol.

Catenaccio sangat melekat akan sepakbola Italia, Catenaccio dipopulerkan oleh Helenio Herrera di Italia. Herrera adalah otak di balik lahirnya La Grande Inter, generasi hebat Inter Milan yang berhasil menguasai sepak bola Italia dan Eropa pada era 1960-an.

Menukangi Inter Milan pada periode 1960-1968, Herrera sukses membawa klub berjulukan I Nerazzurri itu memenangi tiga scudetti (bentuk jamak dari scudetto) Serie A, dua trofi European Cup (sekarang Liga Champions), dan dua gelar Piala Interkontinental.

Tak hanya membuat Inter menjadi tim yang disegani di Eropa, Helenio Herrera yang meninggal dunia pada 1997 dikenal sebagai pelatih yang revolusioner. Pria kelahiran Argentina itu dianggap sebagai Bapak Catenaccio, taktik pertahanan gerendel khas Italia.

Berbeda dengan kultur sepakbola negara lainnya bermain dengan Agresif, seperti Inggris dengan kick and rush, Belanda dengan Total Football, dan Spayol dengan Tiki-takanya, Italia justru menerapkan pertahanan bergerendel yang memusatkan seluruh pemain untuk bermain defensif di lini belakang, dan melakukan Counter attack untuk menghasilkan gol.

False nine

False nine adalah peran dalam sebuah taktik, bukan penempatan posisi pada sebuah formasi. Tak seperti striker kovensional yang bertugas sebagai penyelesai akhir yang hanya berposisi di depan menunggu suppIy bola, peran ini memiliki pergerakan yang sering turun ke area tengah lapangan.

Tujuan dari peran ini adalah memberikan ruang bagi winger ataupun fullback. Sehingga winger dan fullback bisa masuk ke area pertahanan lawan yang melakukan pressing terhadap striker.

Setelah sekian lama menghilang false nine kembali dimunculkan ke eropa disaat Luciano Spalleti menukangi AS Roma di tahun 2006/2007, kala itu peran false nine diterapkan pada sosok pangeran Roma Francesco Totti.

Francesco Totti yang biasanya bermain sebagai gelandang serang menjadi penyerang dalam formasi dasar 4-1-4-1, walau begitu, bentuk penyerangan Roma saat itu membuat mereka seperti bermain tanpa penyerang, karena Totti tetap bermain layaknya gelandang serang meski secara posisi ia ditempatkan menjadi penyerang tengah.

Di sisi lain, 4-1-4-1 yang digunakan Spalletti dengan Totti sebagai false nine justru membuat ikon Roma tersebut panen gol. Ia mencetak 32 gol dalam satu musim, membuatnya meraih gelar top skor Serie A dan Sepatu Emas. Eksperimen Spalletti yang sebelumnya lebih sering menggunakan 4-2-3-1 sangat berhasil saat itu.