DUNIA bisnis sekarang menuntut setiap perusahaan agar dapat mencapai kesiapan untuk berubah. Kesiapan untuk berubah menjadi penting bagi perusahaan karena akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Pasalnya, kesiapan untuk berubah ini merupakan salah satu kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya melalui sebuah proses organisasi yang optimal.
Tentunya kesiapan untuk berubah yang dimaksud adalah sebuah sikap konpersif yang di pengaruhi secara simultan oleh konten (hal apa yang mengalami perubahaan), proses (bagai mana perubahan itu di terapkan), konteks (situasi dan keadaan dimana perubahaan itu terjadi) dan karakteristik individu.
Kesiapan untuk berubah bagi sebuah perusahaan tidak lepas dari Kualitas sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Jika kualitas SDM perusahan masih rendah niscaya perubahan tak akan dapat terwujud. Dengan begitu para karyawan dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional, bertanggung jawab, serta memiliki attitude yang baik guna dapat membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin kompleks di era globalisasi.
Pengelolaan SDM dalam perusahaan tidaklah cukup dengan hanya program perekrutan yang baik atau pelatihan— pengembangan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kemampuan individu karyawan dalam perusahaan. Akan tetapi suatu program yang dapat menjaga kepuasan setiap individu karyawan terhadap pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya, menjaga dan membangun loyalitas serta komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Tak ayal, perusahaan diharapkan mampu mempertahankan SDM yang berkualitas dan memiliki kinerja tinggi untuk mengembangkan perusahaan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu lingkungan kerja dan budaya organisasi. Lingkungan kerja perusahaan haruslah sesuai dengan kebutuhan karyawan agar karyawan tersebut dapat lebih maksimal dalam menyelesaikan tugasnya.
Pun dengan budaya organisasi harus mampu menyesuaikan karakater dan sifat seriap individu karyawan. Sebab, budaya organisasi berkaitan erat dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari budaya suatu organisasi tersebut. Artinya, budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif atau suatu persepsi bersama yang dianut oleh semua anggota organisasi.
Menukil Edison (2016) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan hasil dari suatu proses mencairkan dan meleburkan gaya budaya dan atau perilaku tiap individu yang dibawa sebelumnya ke dalam sebuah norma-norma dan filosofi yang baru, yang memiliki energi serta kebanggaan kelompok dalam menghadapi sesuatu dan tujuan tertentu.
Kepemimpinan Transformasional dan Kesiapan Berubah
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan muncul ketika bawahan terpengaruh untuk melakukan apa yang etis dan bermanfaat bagi organisasi dan bagi mereka sendiri. kepemimpinan menjadi penentu keberhasilan organisasi.
Seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran, pendapat dan tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.
Hal senada dikatakan Robbins (2013) bahwa sumber pengaruh ini dapat dari formal maupun informal karena pimpinan puncak memberikan kekuatan manajerial kepada seseorang.
Penerapan kepemimpinan yang baik, teladan spiritual, dan akhlak yang baik memiliki peran penting dalam mendukung terlaksananya kepemimpinan sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepemimpinan dan kinerja perusahaan.
Pemimpin organisasi menciptakan suasana keamanan psikologis bagi semua individu untuk terlibat dalam perilaku baru dan menguji aliran manajemen baru dan pembelajaran organisasi.
Untuk itu karyawan perlu dilibatkan dalam memverifikasi validitas keyakinan baru— memeriksa konsekuensi untuk diri mereka sendiri sebagai individu. Dan mengeksplorasi bagaimana mereka dapat berkontribusi pada upaya manajemen perubahan.
Kekuatan kepemimpinan transformasional diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan yang dibuktikan dengan sikap saling menghargai.
Tentunya soeorang pemimpin juga harus memiliki integritas dan berkualitas dan harus memiliki visi yang jelas agar dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Kepemimpinan transformasional memiliki kecenderungan untuk mendukung kualitas serta kepuasan di lingkungan kerja.
Melihat pengaruh antara kepemimpinan transformasional dengan kesiapan untuk berubah, maka satu hal yang menjadi dasar adalah melihat sejauh mana inovasi dapat dilakukan oleh anggota organisasi dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Inovasi berkelanjutan sudah seharusnya menjadi budaya perusahaan dengan memberikan pelayanan yang ramah kepada konsumen, memberikan hasil kerja terbaik yang dapat menjangkau pelanggan sehingga pelanggan merasa nyaman dan ingin kembali melakukan transaksi di perusahaan.
Penulis, Haris Hidayatullah
Mahasiswa UST Yogyakarta