Canda Politik 2022

Canda Politik 2022
(Ilustrasi : pixabay)

Canda Politik 2022

Kilatnews.co Memasuki tahun politik, seperti juga di tahun politik sebelumnya, banyak masyarakat dan warganet yang kemudian “mendadak politik”. Semua kejadian dibawa ke politik. Menjadi senang dan ahli menganalisa dan menggoreng isu. Menjadi serba tahu teori dan definisi istilah politik dan sebagainya.

Meski kadang menjengkelkan, namun juga bisa menjadi hiburan dalam percakapan sehari-hari, terutama kaum muda yang sering kreatif. Tidak jarang, untuk mencairkan suasana, mereka sering menyentil atau menganalogkan antara hubungan asmara dengan politik.

Berikut beberapa guyonan atau canda politik 2022 yang bisa membuat tertawa ataupun tersenyum kecut sendiri. Semoga tidak baper membacanya, karena sekali lagi ini hanya candaan. Pas juga buat materi obrolan dengan pasanganmu di malam minggu.

Fatsun Politik

Aku tidak akan mencari atau mengejar-ngejar wanita, tapi aku akan menerima dan melaksanakan dengan sebaiknya jika diberi amanah menjaga seorang wanita.

Cek Isi Dompet

Orang politik itu sungguh hebat karena bisa mendapat banyak orang yang mau memilihnya. Sementara bagimu, untuk mendapatkan satu wanita yang mau memilihmu saja begitu sulitnya.

Janji Lamis

Mengapa mudah bagi politisi memberi dan menebar janji hingga banyak mereka terpedaya menjadi suka lalu memilihnya? Saya pun pernah berjanji tapi wanitaku berkata, “Gak usah banyak omong, buktikan saja sekarang kita ke mall!”

Tebar Pesona

Para jomblo belajarlah kepada politisi yang mau mengubah dirinya untuk menyenangkan para pemilih. Coba katakan bahwa dirinya cantik, dan kamu akan dibilang pembohong, “Yang jujur aja deh,” kata wanitamu.

Komitmen

Kamu hanya bertanggungjawab mengurus satu orang saja, yakni wanitamu, tapi sudah banyak mengeluh. Lihat presiden itu tanggungjawab mengurus seluruh rakyat.

Tetap Sambat

Prabowo telah melakukan bermacam strategi untuk menang, dan kalah berkali-kali. Tapi dia tetap semangat. Kamu baru sekali kalah saja sudah putus asa untuk memenangkan hati seorang wanita.

Ngarep Dotcom

Jika satu, kamu akan mudah bosan kepada pasanganmu. Bandingkan dengan presiden, bagaimana dia bisa bosan dengan rakyatnya yang berjumlah jutaan?

Gombal

“Percayalah sayang, hanya kamu satu-satunya, yang lain hanya selingan.” Itu sesuatu yang tidak mungkin dikatakan seorang capres kepada rakyatnya.

Demi Masa

Pernikahan itu diharapkan langgeng untuk selamanya, tapi jabatan politik itu diharapkan lancar paling lama 2 periode saja.

Mantan Terindah

Apa bedanya mantan pacar dengan mantan presiden? Kalau mantan pacar, kadang kamu yang suka baper. Sedangkan kalau mantan presiden, dia lah yang suka baper, post power syndrom.

Deklarasi di KUA

Yank, daripada berantem terus, bagaimana klo kita berkoalisi saja? Kamu akan aku jadikan kandidat pendampingku. Besok kita deklarasi di KUA. Untuk panitianya kita bentuk relawan pendukung.

Kawin Demokrasi

“Sayang, kamu lebih memilih sistem demokrasi atau kerajaan?”–“Jelas demokrasi dong!”–“Baiklah, bagaimana kalau kita kawin kontrak saja satu periode? Jika cocok bisa lanjut periode kedua?”

Dasar Politikus

“Maaf sayang, aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan lagi.”–“Tapi kamu sudah melakukan kesalahan berkali-kali, dan kali ini kesalahan besar.”–“Aku tidak akan mundur mendapatkanmu.”–“Dasar politikus, selalu berjanji dan gak mau mundur meski sudah salah.”

Pasangan Calon

Saat kamu ke kondangan ditanya, “Mana pasanganmu?” Katakan saja nunggu KPU buka jadual pendaftaran pasangan calon.

Camer yang Caleg

Carilah calon yang anak seorang caleg, perjuangannya lebih mudah. Katakan kepada camer bahwa kamu akan membawa pemilih untuk mencoblosnya. Jamin direstui hubungan, plus kamu dapat amplop.

Badut dan Politisi

Seorang ibu berpesan pada anak perempuannya. “Jangan pilih politisi, carilah pasangan seperti badut.”–“Mengapa Bu?”–“Politisi itu banyak bicara sedikit kerja, dan sulit diatur. Sedangkan badut, banyak bekerja sedikit bicara dan mudah diatur.”

Habis Kontrak

“Mengapa Ibu bercerai dengan Ayah?”–“Karena Ayahmu mantan Bupati.”–“Kenapa dengan bupati? Bukankah uangnya banyak?”–“Justru itu. Ayahmu sudah dua periode. Kontraknya sudah selesai.”