Mengenal “Nilai Berita”

Mengenal Nilai Berita
Mengenal Nilai Berita. (Ilustrasi: pixabay)

Mengenal “Nilai Berita”

Kilatnews.co Apa yang disebut dengan nilai berita? Masih ingat dengan kategori pembaca kan, ada yang karena menyukai dan ada yang karena membutuhkan. Kira-kira, bacaan atau jenis tulisan seperti apa yang disukai dan dibutuhkan pembaca? Tidak perlu memikirkan para pembaca, tapi tanyakan saja kepada diri kita sendiri.

Tulisan yang semakin disukai atau dibutuhkan orang untuk dibaca, itulah yang disebut sebagai nilai berita. Perlu diketahui bahwa nilai berita juga biasanya sangat ditentukan kepada beberapa faktor. Secara umum, setiap media menempatkan “selera masyarakat” sebagai faktor yang paling menentukan.

Apa yang dikehendaki, apa yang disukai dan apa yang akan dibaca masyarakat, maka itulah yang diutamakan (prinsipnya, tidak ada media tanpa pembaca). Faktor penentu lainnya adalah iklan (berita pesanan seperti advetorial) dan kebijakan pimpinan media itu sendiri (editorial). Sebagai sebuah industri, media akan berpikir bagaimana masyarakat mau membaca medianya.

Penggunaan kriteria “nilai berita” biasanya juga berlaku baik dalam artikel jenis berita maupun opini. Semakin kita terbiasa menulis, maka harusnya tantangannya lebih ditingkatkan lagi. Bukan sekadar menulis apa yang sedang kita pikirkan saja, tapi juga mulai belajar menulis apa yang harus kita pikirkan.

Mari dipahami, jika kita sudah berpikir soal publikasi (tulisan yang di-publish), maka mau tidak mau mulai berpikir apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan (baca: selera) publik. Memang sih, terkadang kita ingin menulis apa pun yang kita inginkan, tidak peduli publik mau membaca ataupun tidak. Namun yang perlu diingat, sebaik-baiknya tulisan adalah yang bermanfaat bagi orang banyak yang membacanya.

Lebih-lebih di media cetak yang resmi, jika memang ingin dimuat kita akan sulit untuk menulis atas dasar sesuka hati kita (baik berita maupun opini). Dalam hal ini, banyak penulis pemula yang kurang memahami bahwa tidak semua tulisan dapat dimuat kecuali yang memiliki nilai berita tinggi. Sebenarnya, hal-hal apa saja yang bisa menaikkan nilai berita?

(1) Aktual, jika tulisan tersebut berdasar kepada sebuah kejadian, maka utamakan memilih kejadian yang aktual, terbaru dan sedang menjadi pembicaraan banyak orang. Pembaca akan menganggap basi jika sebuah tulisan mengangkat kejadian yang sudah berlangsung beberapa waktu lalu, kecuali ada hal baru yang belum pernah dituliskan;

(2) Issue, pilihlah issue-issue yang memang disukai banyak orang. Tidak semua tulisan akan dibaca, atau setiap orang tidak akan membaca semua tulisan, melainkan (biasanya) memilih-milih issue yang memang disukainya. Masyarakat cenderung masih lebih menyukai issue politik ketimbang issue kesehatan, ekonomi ataupun pendidikan, misalnya;

(3) Wilayah, semakin skip nya lokal sebuah tulisan maka para pembaca semakin tidak merasa berkepentingan, sebaliknya jika mencakup wilayah yang lebih luas (nasional) maka orang semakin peduli. Sebagai contoh, menulis soal kos-kos an di mana penulis tinggal, akan sangat tidak menarik dibanding kasus Penggandaan Uang yang wilayahnya hingga nasional (meski terjadi di Probolinggo, Jatim).

Namun faktor ini kadang tidak berlaku jika membandingkan antara tulisan yang membahas kejadian di dalam negeri dengan luar negeri. Kedekatan wilayah (dalam negeri) lebih memiliki “emosi” yang lebih kuat, contoh: korupsi pejabat di dalam negeri masih lebih laku daripada korupsi pejabat di Amerika Serikat, meski jumlah korupsinya lebih banyak dan penangkapannya lebih dramatis;

(4) Tokoh, siapa yang terlibat atau siapa-siapa yang disebutkan dalam tulisan tersebut. Tentu sosok yang lebih terkenal akan lebih menarik untuk diikuti pemberitaannya atau tulisannya daripada orang yang sama sekali tidak dikenal. Tulisan tentang Kak Jaja, Baim Wong dan Lesti tentu lebih menarik minat pembaca. Sebaliknya, siapa yang mau membaca tulisan tentang Si Pulan yang meninggal karena kecelakaan kerja, misalnya.

Penulis: Agung WibawantoEditor: Redaksi