“Mantan” Merusak Catatan Tak Terkalahkan Graham Potter di Chelsea
Kilatnews.co – Mungkin Graham Potter mulai menyesal telah meninggalkan Brighton dan menerima pinangan Chelsea. Pasalnya, tadi malam Chelsea dipermak dengan telak 1-4 oleh Si Burung Camar, Brighton Albion.
Bermain penuh percaya diri di kandang sendiri, mungkin Brighton ingin membuktikan kepada Potter bahwa tanpa dirinya mereka baik-baik saja.
Sekaligus mengirim pesan bahwa memilih Chelsea adalah keputusan yang salah untuk Potter. Sebagaimana diketahui Graham Potter yang sebelumnya juru taktik Brighton, mengambil alih Chelsea setelah Thomas Tuchel dipecat. Padahal saat itu Potter bersama Brighton sedang moncer dan sempat menyodok papan atas liga Inggris.
Brighton bersedih dan banyak yang menyayangkan bahkan menganggap alasan Potter pergi ke Chelsea adalah karena uang. Tentu gaji dan fasilitas yang bakal diterimanya di Chelsea lebih besar ketimbang di klub lamanya. Brighton sakit hati dan merasa dikhianati.
Baca Juga: Fenomena The Reds, Kuat di Liga Champion, Bapuk di Liga Lokal
Untuk membuktikan keputusan Potter adalah salah, anak-anak Brighton bermain penuh semangat hingga hasilnya mampu membantai Chelsea, yang dianggap telah merebut pelatih mereka.
“Ini adalah bagian dari proses. Anda harus menderita dan merasakan sakit supaya tumbuh dan menjadi lebih baik. Tidak ada yang bilang bahwa kami sudah sempurna. Kami harus merasakan sakit pada hari ini dan belajar dari ini,” imbuh Potter.
Sepeninggalan Potter, Brighton tidak menunggu lama untuk mendapatkan penggantinya. Brighton kemudian memilih De Zerbi sebagai suksesor Potter. Pelatih berusia 43 tahun asal Italia tersebut dikontrak selama empat tahun di AMEX Stadium. Sebelum bergabung Brighton, De Zerbi sebelumnya menjadi pelatih Shakhtar Donetsk.
Namun dia meninggalkan klub asal Ukraina tersebut pada bulan Juli karena invasi Rusia. De Zerbi berhasil membantu Shakhtar Donetsk meraih Piala Super Ukraina pada 2021. Sebelumnya, De Zerbi juga pernah menangani Palermo, Sassuolo dan Benevento. Beban De Zerbi tidak ringan untuk menangani Brighton.
Brighton di tangan Potter sebelumnya sudah diakui sebagai kuda hitam pendatang baru di papan tengah bahkan bisa mengancam posisi tim-tim papan atas. Jadi, tim ini tidak kacangan, dan butuh tanggung-jawab besar pula melatihnya. De Zerbi yang berasal dari Italia tidak begitu familiar dengan gaya dan budaya sepak bola Inggris. Biasanya membutuhkan waktu adaptasi yang agak lama.
Baca Juga: Jadwal Manchester United vs West Ham Live SCTV
Namun semua itu sepertinya tidak berlaku bagi coach De Zerbi. Dia bisa langsung nyetel dengan klub dan pemain barunya yang bisa dikatakan tanpa bintang. Berbeda dengan Potter yang melakoni kepelatihannya di Chelsea, di sana banyak pemain bintang dan sudah menjadi tradisi penghuni papan atas liga Inggris.
Yang dapat dicatat di sini bahwa pemain bintang dan mahal belum menjamin kemenangan di setiap laga. Juga, pelatih yang biasa saja belum tentu kalah kualitas dengan pelatih terkenal. Sekali lagi, memang banyak faktor yang terlibat langsung dalam sebuah pertandingan (apakah itu menang ataupun kalah).
Dari beragam faktor tersebut jika pengelolaan nya berada di track yang benar maka hasilnya akan baik. Semua faktor itu pula saling berkait satu sama lain, tidak bisa hanya mengandalkan satu faktor saja. Itu yang menjadi pelajaran atas kekalahan tim kuat seperti Chelsea dan juga Liverpool.