KilatNews.co – Teknologi pengemasan produk melalui pengalengan makanan merupakan salah satu metode pengawetan makanan yang dapat meningkatkan daya tahan makanan. Prinsip utamanya adalah menekan sedikit mungkin terjadinya kontak udara pada tahap pengepakan makanan ke dalam kaleng.
“Pemanfaatan teknologi tersebut memberikan berbagai keuntungan bagi pelaku usaha makanan olahan. Hal tersebut menjadikan kualitas produk semakin terjaga dan ujungnya usaha dapat semakin meningkat dan berkembang.”
Demikian disampaikan oleh Emmy Nurhayati ST M.Eng selaku Tim Diseminasi Teknologi Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta (UST) dalam rangkaian kegiatan Pengabdian Masyarakat UST tentang “Diseminasi Teknologi Pengemasan Makanan sebagai Sistem Pengawetan Alami.
Kegiatan ini merupakan kerjasama UST dengan Kelompok Perempuan Pelaku Usaha Rumah Mandiri Perempuan (Rumpoen) dan Warga Dukuh Lusah Desa Gondangan Klaten”, beberapa waktu lalu bertempat di Sekretariat Dasa Wisma RW 15 Dukuh Lusah Desa Gondangan Kecamatan Jogonalan Klaten.
Kegiatan ini juga diikuti segenap Kelompok Dasa Wisma Dukuh Lusah Desa Gondangan. Lebih lanjut Emmy Nurhayati ST MEng yang juga Dosen Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa (UST) berharap dapat menjadi solusi dari masalah yang ada terutama soal kemasan produk.
“Kegiatan diseminasi teknologi pengalengan makanan diharapkan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi kelompok warga khususnya terkait kemasan produk makanan olahan. Makanan yang dimasukkan dalam kaleng dengan metode sterilisasi dapat bertahan sangat lama tanpa bahan pengawet selama kemasan kaleng tidak rusak,” ungkap Emmy.
Lebih lanjut dijelaskan pula, “Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan pada proses pengalengan antara lain kaleng dapat menjaga bahan pangan dan makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis (kedap udara). Dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan dan atau penyimpangan penampakan dan citarasanya,” tambah Emmy.
“Selain itu, kaleng juga dapat menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan. Selain itu, kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-bauan dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer,” ucapnya lagi.
Sedangkan Ani Widyastuti selaku Ketua Kelompok Perempuan Pelaku Usaha Rumah Mandiri Perempuan (Rumpoen) mengatakan bahwa pengemasan produk olahan makanan yang dilakukan oleh kelompok usahanya masih relatif sederhana.
Yakni menggunakan kemasan plastik “standing pouch” yang terkadang mudah rusak dan mempengaruhi kualitas produknya. “Kelompok usahanya dan seluruh warga sangat berharap adanya pendampingan bagi pengembangan usaha khususnya inovasi teknologi pengemasan produk olahan makanan warga,” tutur Ani.
Adapun Agustinus Eko Susetyo, ST, MSc selaku Dosen dan juga Anggota Tim Diseminasi Teknologi UST menyampaikan, “Kemasan produk yang baik dan bagus akan meningkatkan nilai jual produk. Namun, kemasan yang bagus juga harus dipasarkan. Kemasan yang bagus tanpa ada aktivitas pemasaran atau marketing yang baik tentu saja produk tidak akan terjual dan meningkat usahanya,” tuturnya.