3 Ajaran Budi Pekerti Menurut Suluk Sujinah

3 Ajaran Budi Pekerti Menurut Suluk Sujinah
3 Ajaran Budi Pekerti Menurut Suluk Sujinah

3 Ajaran Budi Pekerti Menurut Suluk Sujinah

Kilatnews.co Sebagai manusia, tentu kita senantiasa berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik mungkin. Sedari kecil kita juga telah diajarkan nilai-nilai luhur seperti sopan santun oleh keluarga,l dan lingkungan agar kelak kita menjadi manusia yang berguna, serta dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.

Tidak hanya di rumah, di sekolah pun tetap diajarkan bagaimana berperilaku yang baik. Salah satunya melalui pendidikan budi pekerti.

Dalam tulisan kali ini, pembahasan ajaran budi pekerti diambil melalui naskah kuno, yaitu Suluk Sujinah. Suluk Sujinah merupakan bagian dari kitab Suluk yang mengajarkan pendidikan budi pekerti.

Bentuk dari Suluk Sujinah merupakan dialog antara Syekh Purwaduksina dengan istrinya yang bernama Dyah Ayu Sujinah yang berisikan asal mula, kewajiban, tujuan, dan hakikat hidup menurut ajaran Islam khususnya tasawuf.

Ternyata tidak mudah untuk menemukan jaran budi pekerti dalam Suluk Sujinah karena sebagian besar isinya adalah masalah jati diri manusia, hal yang akan di alami dari masa kanak-kanak hingga meninggal, dan hal lain yang sulit dipahami.

Selain itu, Suluk Sujinah berbahasa sarat lambang sehingga agak sulit untuk memahaminya. Namun, berdasarkan sumber yang ditulis oleh Mas Kumitir, ada beberapa ajaran budi pekerti menurut suluk sujinah.

Berikut 3 Ajaran Budi Pekerti Menurut Suluk Sujinah

1. Sifat Perbuatan Lahiriyah

Pada dialog ini disebutkan bahwa manusia dalam hidupnya akan melewati berbagai masalah yang hanya akan teratasi apabila banyak bicara (berusaha menyelesaikan) serta dengan laku amal.

Baca Juga: Serat Jongko Joyoboyo: Potret Tragedi Kehidupan dalam Bait-Bait Serat ‘Jaman Edan’

Pada bagian ini juga digambarkan kehidupan rumah tangga yang baik adalah apabila seorang istri berbakti pada suami. Bahwa sebagai istri dapat mendengarkan dan menyaring tutur kata orang lain, tidak mudah terpengaruh oleh apa pun, dan patuh terhadap nasihat suami.

2. Mati dalam Hidup

Pada bagian ini dijelaskan ada istilah tapa yang terbagi menjadi empat. Pertama, Tapa Ngeli, maksudnya adalah berserah diri dan mematuhi sembarang kehendak Tuhan. Kedua, Tapa Geniara, maksudnya adalah tidak sakit hati apabila dipercakapkan orang.

Ketiga, Tapa Bayuara, maksudnya adalah mampu menyaring kata dalam tutur anak saudara, tidak terpengaruh orang lain, dan hanya mematuhi nasehat suami. Keempat, Tapa Ngluwat, maksudnya adalah tidak membanggakan kebaikan, jasa, mau pun amalannya.

Pada bagian ini disebutkan bahwa sebagai manusia hendaknya untuk selalu bersikap rendah hati, tidak mudah berseteru dengan orang lain, sabar, ikhlas, dan tidak musyrik. Manusia yang mulia sudah pasti akan mendapat kebahagiaan baik di dunia dan akhirat.

Baca Juga: Nasihat-Nasihat Agama dalam Naskah Qashidah Burdah Karya Imam Syarafuddin Al-Bushiri

Pada hakikatnya, semua manusia sama di mata Tuhan. Setiap manusia mempunyai kebaikan dan keburukannya masing-masing.

3. Sifat Ahli Hakikat

Pada bagian ini, manusia sudah pada tahap mengenali jati dirinya yang dilambangkan sebagai 7 lapis bumi dan 7 lapis langit sebagai kelengkapan ilmu.

Manusia yang bertambah ilmunya maka akan menambah tebal imannya. Manusia yang berilmu itu tidak berpikir sempit, fanatik, dan tidak takabur.

Begitulah 3 ajaran budi pekerti menurut Suluk Sujinah. Pada intinya, dalam Suluk Sujinah mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersikap baik, rendah hati, sabar, dan ikhlas agar hidupnya tetap berjalan karena dalam sebuah kehidupan pasti akan terjadi masalah.

Dalam Suluk Sujinah juga berpesan bahwa manusia harus selalu menuntut ilmu karena dengan ilmu dapat menjadikan seseorang menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tidak berpikir sempit, fanatik, dan tidak takabur.

Semoga teman-teman semua selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar mendapat kebahagiaan dunia akhirat.

Natasha Alya Putri. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.