OPINI  

Jam Terbang Tinggi Tanpa Landing Membumi

Jam Terbang Tinggi Tanpa Landing Membumi

Jam Terbang Tinggi Tanpa Landing Membumi

Kilatnews.coSurya Paloh menegaskan, Nasdem tidak sembrono pilih Anies Baswedan. Dia dikatakan memiliki jam terbang tinggi. Sebentar, yang disebut Nasdem itu siapa? Nasdem yang sebenarnya itu (suara DPC seluruh Indonesia), mengusulkan tiga nama, jangan lupa: Anies, Ganjar dan Andika. Lalu, suara 2/3 Nasdem yang lain kemana (pengusul Ganjar dan Andika)? Diabaikan?

Suara Nasdem sudah menjadi suara SP, mutlak, hak veto!! Wajar kader lain menolak dan pergi. Infact, Anies memang nirkerja, dan nirprestasi. Yang ada hanya pencitraan bikin foto di gerobak sampah, dan gunting pita persemian gardu listrik. Jalan kaki saja belum bisa lurus (nyemplung got). Terlebih narasinya belepotan, banjir dikatakan karena air turun berbarengan, hingga perlu dibikin parkir air.

Itu sebabnya dia katakan “Kerja kami tidak terlihat tapi terasa.” Terasa kacaunya. Ada benarnya, karena ide gagasan Anies yang terlihat itu unfaedah dan berumur singkat, seperti beberapa monumen yang dibuatnya. Tidak ada yang awet kan, buat apa buang duit? Trotoar lebar dan track atau jalur khusus sepeda juga dipakai PKL, ya dibiarin.

Jadi, buat apa jam terbang tinggi, tapi tidak pernah landing, tidak pernah membumi bekerja membuat prestasi? Rakyat itu ada di bawah, bukan di atas awan atau langit tinggi. Lihat saja sekarang bagaimana Gubernur Heru mengerjakan semua yang tidak dikerjakan Anies. Mengakui Anies bekerja, itu sama dengan percaya ikan bisa terbang.

Ya mau bagaimana lagi? Diaku-akui faktanya memang tidak begitu? Pada akhirnya akan jatuh sendiri dengan ketidak-mampuannya itu. Mereka pendukung Anies, sebenarnya pun mengakui Anies tidak bisa kerja, hanya karena mereka tidak suka Jokowi dan nanti calon yang direkom Jokowi, makanya mereka lebih memilih Anies. Dan lagi, Anies itu manutan (tidak punya prinsip).

Eforia semu ini yang tidak dilihat Nasdem (atau lebih tepatnya SP). Lagian, Jokowi memberi “arahan” kepada Golkar agar tidak memilih pilot sembarangan, kenapa SP/Nasdem yang merespon? Merasa disindir Jokowi? Kalau peka, ya syukur harusnya paham. Tapi ini malah berapologi? Berargumen tanpa referensi itu lemah dan bahaya.

Kalau tidak merasa tersindir ya sudah, silahkan jalan dan yakini sendiri saja semua keputusan, tidak perlu baper merasa disindir. Semua akan terkuak seiring perjalanan waktu. Dan jangan lupa, bersiap terkesima lagi calon pemimpin dengan jam terbang tinggi itu sangat mungkin segera memakai jaket orange KPK.

Well, Nasdem, look who’s talking too. Yang bicara itu adalah pemilik mu (owner), bukan rakyat Nasdem. Maka kamu harus manut. Kalau merasa itu tidak sesuai dengan asas kepartaian, maka bersuara lah dengan keras, bahwa Nasdem bukan SP. Nasdem itu punya rakyatnya sendiri yang berdaulat, yang punya tujuan untuk diperjuangkan.

Suara Nasdem adalah suara konstituen, bukan suara segelintir elite partai, terlebih seorang SP. Hati-hati pula dengan penunggang gelap para petualang politik yang berjiwa oportunis dan ingin mengendalikan Si Biru Restorasi. Orang-orang itu pernah mencoba di PDI Perjuangan tapi sudah didepak, gagal menguasai PDI Perjuangan.

Orang-orang petualang seperti itu hanya melihat partai sebagai alat sementara mencapai tujuan, yakni kekuasaan. Karena untuk pilpres, mereka dan Anies butuh partai dan juga Bohir tentunya (Anies tidak punya apa-apa). Anies pula dianggap cocok dan bisa diterima kelompok Islam garis keras. Bertemulah mereka dengan satu hasrat.

Awam sudah pada tahu apa hasrat itu. Kalau belum tahu, ya tebak sendiri. SP/Nasdem sepertinya sudah tahu tapi masih pura-pura belum tahu. Sampai kapan seperti itu, serahkan lagi kepada SP, atau konstituen yang akan bergerak melawan. Ini dunia politik, bung. Politik itu sangat dinamis. Semua apapun bisa terjadi cepat atau lambat.

Wallahualam.