Kilatnews.co – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 050 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan kunjungan ke tempat bersejarah di desa Ciaretun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada Kamis (04/8/2022)
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua dan terbesar di pulau Jawa. Kerajaan ini terkenal dengan peninggalan-peninggalannya yang cukup banyak dalam wujud prasasti. Rajanya yang paling terkenal adalah Purnawarman yang menjadi asal muasal adanya prasasti Ciaretun.
Saat berkunjung kami menemukan di sana terdapat tapak kaki raja Purnawarman disertai tulisan aksara Pallawa diatas batu prasasti tersebut. Tulisan itu menerangkan bahwa itu merupakan tapak kaki dari raja Purnawarman layaknya dewa Wisnu.
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi prasasti Ciaretun untuk dikunjungi. Kunjungan bisa dilakukan untuk rriset/penelitian maupun hanya sekadar datang saja tetap akan memperoleh pengetahuan sejarah. Seperti yang dilakukan oleh sebagian mahasiswa KKN UIN 050 yang melakukan kunjungan ke tempat-tempat prasasti peninggalan dari kerajaan Tarumanegara.
Adapun prasasti yang dikunjungi diantaranya, yakni prasasti Ciaretun, Kebon Kopi I, Kebon Kopi II atau Situs Batu Dakon, Muara Cianten.
Masing-masing prasasti memiliki letak yang berbeda karena tersebar antara satu prasasti dengan prasasti lainnya. Mahasiswa KKN 050 memulai kunjungan dari prasasti Ciareteun. Prasasti yang terdapat tapak kaki raja Purnawarman dan tulisan-tulisan dengan aksara Pallawa.
“Prasasti Ciaretun ini sudah ada sejak abad 130M, dulu ditemukannya malah oleh orang Belanda ketika masa penjajahan kemudian diangkat dari sungai ke tempat ini sekitar tahun 1980-an dan dilindungi oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala hingga menjadi salah satu situs warisan bersejarah. Jadi, kalau dilihat ke belakang sebenarnya kerajaan Tarumanegara ini merupakan kerajaan paling tua yang berdiri di Nusantara. Lumayan banyak dan sering mahasiswa yang melakukan kunjungan ke sini misal untuk bahan penelitian.”, Ujar Pak Ghandi penjaga tempat prasasti (Kamis, 2/3/2022)
Setelah dari prasasti Ciareteun mahasiswa melanjutkan kunjungan ke prasasti Kebon Kopi I yang terdiri dari prasasti Tapak Kaki Gajah dan sekumpulan batu-batu putih sebagai bahan bangunan yang bernama Umpak. Prasasti Kebon Kopi I merupakan prasasti yang ditemukan di lahan perkebunan kopi, sehingga dinamakan prasasti Kebon Kopi dan terdapat tulisan Pallawa dengan Bahasa Sanksekerta.
Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi prasasti Kebon Kopi II yang terdapat situs batu Dakon. Hal ini dikarenakan prasasti Kebon Kopi yang asli telah hilang lenyap. Situs Batu Dakon ini berada pada lahan 7 x 6m yang terdapat jajaran dua batu dari timur ke barat dengan jarak 1m. Pada permukaan batunya terdapat 8-10 lubang. Di sebelah selatannya terdapat dua menhir yang berjajar dari timur hingga barat berjarak 1 M.
Selanjutnya prasasti terakhir yang dikunjungi adalah prasasti Muara Cianten. Prasasti ini belum dipindahtempatkan seperti prasasti-prasasti lainnya. Jadi, prasasti tersebut masih berada pada tempat aslinya yaitu di pinggiran sungai Cisadane serta akses menuju tempat prasasti Muara Cianten cukup sulit dan jauh dari tempat prasasti-prasasti lainnya. Tulisan pada prasasti tersebut juga menggunakan aksara Pallawa.
Kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN 050 UIN Jakarta ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk melakukan observasi. Biasanya memang sering mahasiswa-mahasiwa berdatangan untuk melakukan penelitian terhadap prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara. Bahkan hingga saat ini pun sedang mahasiswa dari salah satu kampus ternama Indonesia sedang melakukan penelitian untuk tugas akhirnya.
Akan tetapi, mahasiswa KKN 050 UIN Jakarta melakukan kunjungan untuk melakukan edukasi terhadap warga sekitar terutama para generasi mudanya. Kegiatan ini dilakukan untuk memupuk kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya daerah setempat yang ditargetkan untuk siswa/i Sekolah Dasar (SD) Ciareteun Ilir.