Selain itu, PBNU memiliki kewajiban memberikan dukungan finansial dan prasarana secara transparan melalui berbagai jaringan NU yang ada.
Mendorong dan mendukung penelusuran dan penulisan sejarah para tokoh Nahdlatul Ulama di luar Jawa. Mulai dari para pendiri NU, alim ulama yang menjaga NU, dan berbagai khazanah-khanazah ke-NU-an dan kepesantrenan di luar Jawa.
PBNU memiliki kewajiban mendatangi warga NU di luar Jawa secara intensif dengan mengedepankan asas persaudaraan, kerendahhatian, dan kesederhanaan, juga menjauhi pendekatan elitis dan politik kekuasaan dengan para ulama, pengurus dan warga NU luar Jawa seperti yang terjadi dua puluh tahun terakhir.
PBNU memiliki kewajiban menjembatani pertemuan-pertemuan reguler para ulama kharismatik di Jawa dengan para ulama di luar Jawa di luar program organisasi. Yakni, mendorong pertemuan-pertemuan informal antara para ulama kharismatik di Jawa dan luar Jawa.
Siapapun yang terpilih menjadi Rais Aam PBNU dan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU pada muktamar ke-34 di Lampung, kita mendesak agar mau melanjutkan teladan dari KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Abdul Wahid Hasyim, dan KH. Mahfudz Shiddiq, di masa lalu, dan Gus Dur pada dekade 1980an. Teladan yang dimaksud adalah memperkuat silaturahim dengan ulama NU di luar Jawa.
Seluruh level kepemimpinan di PBNU, terutama Ketua Umum Tanfidziyah dan jajarannya harus aktif berjejaring dan terus melakukan kesepahaman dengan berbagai ormas ASWAJA yang tidak bergabung dengan Nahdlatul Ulama. Sehingga tumbuh kerjasama, ukhuwwah islamiyah yang kuat, dan dapat bersama-sama mengembangkan Islam rahmatan lil’alamien di Indonesia. PBNU juga harus mendorong seluruh jajaran dan kader NU agar lebih aktif berkomunikasi dengan berbagai kelompok umat Islam yang tidak berpaham ASWAJA tanpa mengurangi komunikasi dengan berbagai kelompok non-muslim di Indonesia. Sesuai dengan kaidah NU, ukhuwwah islamiyah harus berjalan seiring dengan ukhuwwah wathaniyah dan basyariah. Jangan sampai ukhuwwah wathaniyah dan basyariah menanggalkan kewajiban PBNU dan warga NU terhadap upaya menegakkan ukhuwwah Islamiyah.
Demikian poin-poin yang kami simpulkan dari hasil pengkajian dan mujahadah kami sebagai masukan dan bahan renungan bagi kami sendiri, para muktamirin, pengurus NU dan semua warga NU umumnya.
Semoga Allah mengampuni dan memberikan kekuatan untuk selalu berkiprah mengembangkan NU.
Majlis Perumus
Hasan Basri Marwah (Nusa Tenggara Barat) Sekaligus Juru Bicara FMNI
Ainul Yaqin (Pasuruan)
Nurul Huda SA (Solo)
Nur Khalik Ridwan (Banyuwangi)
Ahmad Anfasul Marom (Bojonegoro)
Muhamad Nasihudin (Cilacap)
Ali Usman (Madura)
Sugiarto el Zuhri (Jambi)
Hafidzen (Palembang)
Edwin Ristianto (Jogjakarta)
Rilis Forum Muda Nahdliyyin Indonesia (FMNI)