Eksistensi Sastra di Kalangan Anak Muda

Eksistensi Sastra di Kalangan Anak Muda

Eksistensi Sastra di Kalangan Anak Muda

Oleh: Khairani Rafiyanti Nasution


KilatNews.Co – Keberadaan sastra saat ini semakin dikenal banyak kalangan, terlebih lagi dikalangan anak muda. Sastra sendiri dinilai mempunyai banyak kelebihan dalam membangun karakter setiap orang. Ketika karya sastra bisa mengubah cara pandang seseorang, maka karya sastra tersebut mempunyai makna bagi penikmat sastra.

Menurut Herfanda (2008:131), sastra memiliki potensi besar bagi perubahan sosial, termasuk perubahan kepribadian (pen.). Sebagai ekspresi artistik bahasa yang refleksif dan interaktif, sastra dapat menjadi munculnya gerakan perubahan sosial, kebangkitan bangsa menjadi lebih baik, cinta tanah air, dan semangat sumber inspirasi dan motivasi. Kekuatan moralnya melawan perubahan sosiokultural menuju negara merdeka yang independen dari situasi terjajah yang runtuh.

Sastra tidak hanya mengenai soal seni saja, tetapi membahas soal perubahan karakter. Dalam sastra juga memiliki makna bahwa generasi muda adalah harapan bangsa untuk membangun perubahan yang lebih baik dan terarah, sehingga pengolahan dalam diri pribadi diperlukan untuk membentuk moral yang sesuai dengan yang diharapkan sebagai generasi penerus bangsa.

Baca Juga: Peran Sastra dalam Membentuk Kepribadian Anak Bangsa

Mengenai pendidikan karakter dalam sastra juga diperlukan dan dibutuhkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan pembentukan kepribadian, yaitu pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa peserta didik, mereka memiliki nilai dan kepribadian sebagai kepribadian mereka sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Masyarakat dan warga negara yang religius bersifat nasionalis, produktif dan kreatif.

Pendidikan karakter diharapkan dapat membangun kesadaran moral, peduli sosial, peduli linkungan, kekeluargaan, cinta tanah air dan gemar membaca serta membangun insan cendekia yang mumpuni dan diharapkan setiap generasi. Pada gilarannya dapat diaktualisasi dalam lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tak salah, kalau pendidikan karakter dirasa penting untuk diinternalisasikan dalam jiwa dan sikap anak muda.

Berbicara anak muda. Barker (2005: 424) mendefinisikan anak muda sebagai sekumpulan klasifikasi kultural yang kompleks. Sebagai konstruksi sosial, makna anak muda berbeda-beda untuk tiap waktu dan ruang yang berbeda, tergantung pada siapa yang sedang mendefinisikan siapa.

Hal inipun diperkuat oleh pernyataan Sibley (dalam Barker, 2005: 425) yang menyatakan bahwa setiap budaya punya batasan yang berbeda untuk kategori anak-anak. Batas yang memisahkan anak-anak dan orang dewasa adalah batas yang buram. Remaja adalah zona ambigu di mana garis antara anak-anak dan orang dewasa berubah tergantung pada siapa yang mengklasifikasikannya.

Bahwa anak muda dimasa-masanya mengalami perubahan dalam membangun posisi sosialnya, yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi generasi yang lebih baik, dan tetap dalam pengawasan kendali orang dewasa.

Baca Juga: Labsos sebagai Kritik Terhadap Sistem dan Budaya Pendidikan Tinggi

Maka dari itu, eksistensi sastra dikalangan anak muda dinilai perlu untuk membangun pendidikan karakter demi mengarahkan, dan membawa perubahan yang positif dari aspek keberadaan sastra sendiri, serta dalam membangun anak muda yang diharapkan perlu berbagai cara sesuai dengan karakter setiap orang. Akhirnya, engembangan dirinya bisa dilakukan secara maksimal dan menghasilkan penerus sesuai yang diinginkan.

Anak muda mempunyai peran penting dalam membangun generasi yang diharapkan. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam karya sastra bisa dijadikan contoh atau panutan yang baik untuk kehidupan. Terlebih lagi, sastra merupakan alat ajar. Sejalan dengan kepribadian anak muda yang sedang mencari identitas dirinya.

Maka dari itu, anak muda bisa belajar mengenai karya sastra yang di dalamnya berkaitan nilai seni dan nilai kehidupan. Apabila nilai-nilai luhur tersebut dapat dimaknai dan diterapkan sesuai aturan yang berlaku, maka anak muda akan memperoleh timbal balik yang positif untuk dirinya. Mulai dari menerapkan nilai sosial, nilai kehidupan, nilai moral, nilai kekeluargaan dan nilai kasih sayang dari orang sekitarnya.

Apabila anak muda berperan penting dalam mengapresiasi karya sastra yang diterapkan di masyarakat. Maka, semakin baik juga cara pandang para orang tua terhadap anak muda. Hal tersebut lah yang diinginkan oleh generasi terdahulu, yaitu menerapkan nilai-nilai kehidupan yang positif agar membawa perubahan yang positif pula. Karena anak muda di zaman sekarang adalah teladan untuk calon anak muda di masa yang akan datang.

Baca Juga: Belajar Arti Pahlawan dari Film Accidental Hero

Kesimpulannya, sastra dalam membangun pendidikan karakter anak muda harus mampu mengubah perilaku di masyarakat, mulai dari penerapan nilai moral, nilai religius dan nilai sosial. Pada saat mengambil setiap keputusan bisa dilakukan dengan bijak yang menghasilkan suatu hal positif yang di dapat dalam memaknai, mengapresiasi dan menerapkan sebuah karya sastra.

Oleh karena itu, anak muda zaman sekarang adalah penerus di masa depan dalam membangun generasi yang mempunyai nilai-nilai yang bisa dijadikan teladan.

Lewat karya sastra anak muda diharapkan bisa kreatif dan inovatif serta tidak melupakan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra sebagai contoh yang baik bagi kehidupan.

Diharapkan, anak muda bisa terus berkarya dan mengapresiasi setiap hal yang membahas mengenai karya sastra dan bisa menjadi insan cendekia.


Khairani Rafiyanti Nasution. Penulis adalah Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Sumber Referensi

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Adji, Muhammad. 2017. Budaya Anak Muda pada Sastra Populer. Bandung: Unpad Press.

Suryaman, Maman. “Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Sastra”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Mei 2010. Edisi Khusus Dies Natalis UNY. H. 114.