OPINI  

Nilai Perjuangan Bung Karno yang Menjadi Contoh di Masa Depan

Nilai Perjuangan Bung Karno yang Menjadi Contoh di Masa Depan

Oleh: Nisrina Eka Khalda Razzaq

KilatNews.Co – Tepatnya 6 Juni 1901, sosok besar dalam sejarah Indonesia dilahirkan. Dia adalah bapak Proklamator Indonesia yang juga Presiden RI pertama, Ir. Soekarno atau akrab disapa Bung Karno. Bung Karno dilahirkan di Surabaya pada 6 Juni 1901. Sempat ada beberapa versi terkait tempat kelahiran Bung Karno.

Selain Surabaya, ada juga versi yang menyebutkan bahwa Bung Karno dilahirkan di Blitar, Jawa Timur. Setiap  warga  NKRI semestinya   mengingat sejarah Indonesia. Sekaligus   tidak  melupakan sejarah perjuangan dan peran Bung Karno pada masa prakemerdekaan, kemerdekaaan dan awal menggerakkan roda NKRI.

Dengan demikian kita akan memahami Bung Karno dan nilai  yang diperjuangkan. Adapun  filosofi perjuangan Bung Karno tidak lepas dari nilai-nilai.

Pertama, Nilai Nasionalisme nya terhadap Negara Indonesia. Saat mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia setelah merasakan kejam-nya penjajahan dengan kawan seperjuangan nya, Ia masih gagah dan tak gentar untuk memerdeka-kan bangsanya. Jangan lupa, Ir. Soekarno juga menyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika (KAA).

Kedua, Nilai Kerakyatan. Sikap yang komitmen terhadap seluruh rakyat,terutama pada Tani dan Buruh yang sering kali di pandang sebelah mata dari dulu hingga sekarang. Berkat Bung Karno, semua pun berubah saat melahiran MARHAENISME. Agar para juragan atau pengusaha tidak lagi menelantarkan kaum buruh dan tani Bung Karno menyebut ”lima pesannya” yaitu: Wareg, Waras, Wasis, Wutuh dan Wisma. Pengertian dari Wareg adalah cukup pangan, tidak kurang dan tidak lah lebih. Waras, terjamin Kesehatan nya. Karena seorang pekerja harus memiliki badan yang fit dan bugar.

Wasis, mendapat Pendidikan dan pelatihan yang terjamin. Wutuh, cukup sandang dan pakaian. Wisma, Rumah atau tempat tinggal yang layak Lima pesan tersebut bertujuan, agar pengusaha saat memberi upah pada pekerja nya jangan berpikir hanya sebatas memenuhi kewajibannya saja,tapi perlu juga mengingat keluarga dan anak si pekerja tersebut.

Ketiga, Nilai Kemandirian. Yang dimaksudkan itu,agar rakyat Indonesia terutama Negara Indonesia kita sendiri untuk tidak bergantung pada asing. Maka relevan ketika Bung Karno menggagas konsep BERDIKARI (Berdiri di atas Kaki Sendiri). Jangan sampai Negara ini bergantung dan dikendalikan kebijakannya oleh kekuasan Asing.

Oleh karena itu,banyak pembicara yang mendukung sikap mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu, Susi Pudjiastuti. Mendapat banyak apresiasi karena sikap jujur dan keberanian nya yang mampu memberantas penjahat kapal penangkap ikan asing yang sering mencuri di wilayah perariran Indonesia.

Keempat, Nilai Solidaritas. Perlu dicatat bahwa konsep bangsa Indonesia sudah ada terlebih dulu, baru kemudian menyusul konsep bernegara. Soekarno-Hatta memproklamasikan berdirinya negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan atas nama mereka berdua, melainkan atas nama bangsa Indonesia. Lalu mereka membuat suatu organisasi yaitu Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan titik berangkat dari kesepakatan untuk berbangsa Indonesia itu.

Sumpah ini adalah sumpah untuk membangun solidaritas besar yaitu kepada bangsa Indonesia, dengan menjadikan semua orang yang mengaku dirinya “Indonesia” memiliki kesadaran yang sama pula untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.

Mengingatkan pada rasa solidaritas kebangsaan bebas sentimen SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Persis seperti peristiwa pasca bencana Tsunami di mana seluruh masyarakat bersatu padu membantu Aceh.

Tak ada lagi sekat-sekat yang membatasi keinginan hati untuk bersatu membantu Aceh. Seluruh masyarakat bangsa Indonesia dan bahkan dunia ingin terlibat dalam program kemanusiaan meringankan beban penderitaan masyarakat Aceh.

Kelima, Nilai Cinta pada Tanah Air. Cinta tanah air adalah faktor pendorong yang sangat kuat bagi para pejuang masa revolusi di medan juang. Cinta tanah air menimbulkan semangat patriotisme di kalangan para pejuang untuk melawan penjajah.

Pada masa sekarang, banyak anak muda generasi milenial sekarang yang masih kurang cinta pada tanah air nya sendiri. Untuk itu, Kita harusnya patut bersyukur karena tak harus angkat senjata untuk menjaga perdamaian seperti para pejuang di masa lalu. Dengan cara yang lebih mudah, kita juga bisa menunjukan rasa cinta kepada tanah air. Sebagai generasi muda, kita memegang peranan penting untuk menjaga negara ini, apalagi disaat pandemi Covid-19 yang masih mewabah di negeri kita, karena di tangan para anak muda lah masa depan Indonesia akan di emban.

Keenam, Nilai Toleransi. Saat Bung Karno membangun masjid istiqlal, beliau menyelipkan pesan toleransi yang sangat kental dalam pembangunan Istiqlal. Pesan itu sudah ditanamkan sejak penentuan lokasi pembangunan Istiqlal. Bung Karno memilih kawasan lapangan Banteng dan bukannya Jalan Thamrin seperti yang diusulkan Bung Hatta.

Lokasi ini sengaja dipilih karena berhadapan langsung dengan Gereja Katedral yang sudah berdiri lebih dulu. Dengan ini, Bung Karno menitipkan pesan penuh toleransi dan persatuan. Agar bangsa Indonesia menghargai satu sama lain yang artinya walaupun beda prinsip,suku maupun ras tetapi tetap satu jua.

Pesan toleransi yang ditanamkan Bung Karno sejak dulu harus benar-benar dijaga. Karena masih banyak yang selalu rasis terhadap satu sama lain,terutama di masa sekarang ini.

Demikian nilai-nilai perjuangan Bung Karno yaitu : Nasionalisme,Kerakyatan, Kemandirian , Solidaritas, Cinta pada Tanah Air, dan Toleransi yang harus kita terapkan di masa sekarang. Dan nilai-nilai perjuangan Bung Karno harus diajarkan pada generasi muda yang cinta NKRI.


Nisrina Eka Khalda Razzaq. Penulis adalah Mahasiswa Universitas Bung Karno