Sekolah PolitikĀ
Oleh : Agung Wibawanto
Mengamati dinamika politik di Indonesia dapat dikatakan berkembang pesat dibanding 20 tahun terakhir. Paska runtuhnya regim Soeharto (baca: ORBA), 1998, setiap orang tidak lagi dihantui rasa takut untuk bicara bahkan terlibat praktik politik. Ini merupakan “buah” penting reformasi yang bisa dipetik (lepas dari segala kegaduhan yang ditimbulkan kemudian).
Sebagai sebuah proses belajar berpolitik (demokrasi), munculnya “keramaian” dalam berpolitik dianggap sebagai hal yang wajar, bak seorang anak tengah menuju usia dewasa. Proses pendewasaan dalam berpolitik memang tidak bisa instan dan tidak sekadar dipelajari begitu saja, melainkan bisa terasa berat dan lama karena juga berimplementasi.
Baca Juga:
Ilmu politik tidak statis melainkan dinamis karena tidak hanya teori di atas kertas tapi juga perlu diuji dalam kehidupan nyata berbangsa dan bernegara. Karena adanya “benturan-benturan” itulah bangsa ini akan terus belajar menemukan formula dari sistem demokrasi pancasila yang ideal itu seperti apa?
Kelak setiap kejadian-kejadian politik di negara ini akan tercatat sebagai sejarah, bagaimana proses pendewasaan politik itu terjadi. Tentu hal ini merupakan keberkahan, jika dilihat dari sisi baiknya. Karena di masa orba, politik hanya teori yang dipelajari di bangku kuliah (berbeda dengan faktanya). Tapi kini teori-teori itu betul-betul diuji dalam praktik bernegara yang sesungguhnya.
Menjadi penting kemudian pendidikan politik bagi generasi selanjutnya yang ingin terjun ke dunia politik (sedang tren kaum muda menjadi pengurus partai politik, bakal calon legislatif, bakal calon kepala daerah). Bahkan masyarakat ataupun komunitas umum yang akan terlibat dalam proses bernegara, entah menjadi oposisi, kelompok penekan, partisipatif, ormas dan sebagainya.
Baca Juga:
Penting bagi mereka mempelajari mengapa hari ini seperti itu? Dalam politik tidak ada yang berdiri sendiri ataupun tiba-tiba saja muncul sebuah peraturan dan atau kesepakatan politik, misalnya. Mereka perlu tahu apa dan bagaimana penyebabnya? Serta apa dan bagaimana yang harus dilakukan sekarang sesuai dengan koridor-koridor konsensus yang sudah ditetapkan dan berlaku.
Kaum muda milenial jangan hanya terjebak pada perseteruan kandidat yang berkontestasi saja, misalnya. Sementara ia tidak mengetahui apa dan mengapa ia terlibat di sana? Pun para calon legislator dan pengurus partai politik yang baru dibentuk, bukan sekadar berpikir menang tanpa tahu tugas dan fungsinya. Kaum muda berpolitik wajib berbekal pendidikan politik yang mumpuni.
Lembaga yang memberikan pendidikan politik praktis selama ini biasanya ditangani langsung oleh parpol untuk kebutuhan pengembangan wawasan politik bagi kader-kadernya (itupun hanya di saat kader mengikuti proses pencalegan ataupun pilkada). Tidak ada misalnya, untuk menjadi anggota partai diwajibkan lulus pendidikan politik dasar terlebih dahulu. Atau, parpol berkait fungsinya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat awam.
Baca Juga:
Tak Disangka: Ini 14 Prestasi Puan Maharani yang Dilupakan Banyak Orang
Lembaga lainnya adalah perguruan tinggi. Persoalannya selain berbiaya mahal, lembaga kampus hanya mempelajari teori yang kadang tidak aplikatif, hampir tidak ada gunanya, selain stempel lulus perguruan tinggi. Memadupadankan antara teori dengan praktik menjadi penting bila ingin benar-benar terlibat dalam kancah politik praktis.
Dalam tulisan ini, ingin digagas kembali sebuah ide lama hadirnya lembaga pendidikan politik bagi siapa saja yang memang tertarik berkiprah di dunia politik. Sekolah dimaksud adalah non-partisan, tidak berafiliasi kepada partai apapun, untuk itu materi yang disampaikan bersifat umum dan terbuka (baca: politik kebangsaan). Sekolah ini berharap menghasilkan lulusan dengan bekal kompetensi politik yang mencukupi dengan kebebasan memilih afiliasi politiknya masing-masing.
Dengan “bekal” pendidikan ini, kaum muda dan para pemain baru dunia politik akan memahami hal ikhwal politik Indonesia, dan lebih utama lagi memahami mengapa mereka berada di sana serta bagaimana menjalankannya. Hingga praktik perpolitikan di Indonesia semakin tumbuh dewasa, tanpa harus mengorbankan keutuhan bangsa karena biaya atau harganya mahal sekali. Silahkan digagas.